Suara gendang bertalu-talu...
Pura-pura bingong...
Dalam hati siapa yang tahu...
Pak ketipak ketipong...
Pak ketipak ketipong...
Dan lagu indah yang menguntai dari setiap gumam penduduk yang bersahaja. Disaksikan Gurung Naras yang menopang langit biru seperti hari kemarin, sekarang dan esok... dan janjinya kepada harapan dan inspirasi...
melintas sepi secercah bersit kilat sinar lekat menjatuhkan tetes tetes air,oleh kepaknya
kemunang,disisa bekas hujan sedikit angin berbisik lewat daun daun.cericit jengkerik juga hewan malam lain perlahan kembali berderik derik, pun rembulan yang merambat menampil senyum eloknya:dialog hati
terlontarlah kesaksian penantian:tentang jalan kedepan,sejarah jua kan dilalu langkah berpaduan, seloka menyemai, ooo engkau duhai yang lembut jernih tatap hatinya…aku memuja “kan kuukir keping itu”,katamu, “ah ya,resaplah dalam asma dan amsal” kataku kemudian setapak demi setapak pagutan lewat hendak kembali menemu arah pada pijak cahya tentu :menepi “pada dendang Mangir dan Retno Pembayun rinduku, mentari indah lelap menemani sedang purnama menyinar lembut mesra menemumu rentang ruang panjang waktu ia pasti tertebus [kuusap perih mataku...] tuntas kudekap selaksa erat pelukmu tiada lepas” “sinar eloku” *dan ungkapan jujur untukmu: lalu angin yang bersisetia ditiap saat senantiasa membisikan salam sukacita:harapan
****
****