Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemanasan Global dan Sampah Makanan Picu Pertumbuhan Populasi Tikus

2 Februari 2025   18:32 Diperbarui: 2 Februari 2025   18:32 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tikus di perkotaan" Sumber Foto: :  https://keenanrecycling.co.uk/giant-rats-feasting-on-food-waste-threat-to-public-health/

Kebiasaan manusia membuang sampah dari sisa makanan bukan saja ikut berkontribusi bertambahnya emisi karbon yang berimbas pada naiknya suhu Bumi, tetapi juga memicu masalah lain yang bisa menjadi petaka besar di masa mendatang, yatu meningkatnya populasi tikus. 

Sampah sisa makanan ini menjadi santapan lezat bagi tikus yang membuat populasinya di daerah perkotaan bertambah dengan pesat. Padahal manusia secara tak sengaja sudah menciptakan bangunan dan saluran pembuangan menjadi rumah nyaman bagi satwa pengerat itu.

Scoottish Bussiness News edisi 1 Juli 2024 mengungkapkan pernyataan pengawasan pengumpulan sampah makanan Keenan Recycling dari Depo Skotlandia bernama Ben Green. Dia dan para petugas sampah di Inggris  merasa berada di dalam sebuah film horor penampakan tikus yang tumbuh seukuran kucing.

Ben Green menyesalkan banyak kantong sampah yang terbuka membuat tikus dapat menciumnya dan merobek kantongnya.  Tikus besar berlarian di lantai dan meninggalkan jejak kotoran dan penyakit adalah hal yang memungkinkan.

Baca: Giant Rats feasing on food waste threat to Public Health

Seorang direktur teknis pemberantasan hama di Singapura Hadi Hanafi  seperti dilansir Channel New Asia 28 Februari 2024  mengakui perusahaannya kerap menerima banyak terkait tikus hanya dalam berapa bulan.

Tikus-tikus itu bersarang  di lantai dasar bangunan tempat tinggal dan pemilik tempat makan dan minuman, seperti kedai kopi atau dekat pasar di mana terdapat makanan.

Hadi mengatakan  bahwa seekor tikus betina dewasa pada usia 8-12 minggu mampu melahirkan hingga 6 kali per tahun dan sekali melahirkan 4-12 anak tikus. 

Jadi dalam setahun, kalau tidak dikendalikan maka tikus betina lahir tumbuh dewasa dan melahirkan lagi, maka jumlahnya menjadi ribuan. Mereka punya kemampuan adaptasi, sulit dilacak sarangnya dan mampu bersembunyi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Dia juga menyebutkan ada sebab lain yang mempercebat metabolisme hewan pengerat ini, hingga mereka makan dan berkembang biak lebih cepat, yaitu suhu yang hangat.   

Perusahaannya telah menerima 30 hingga 40 persen lebih banyak pertanyaan terkait tikus dalam beberapa bulan. Sebagian besar kliennya adalah mereka yang tinggal di lantai dasar bangunan tempat tinggal, dan pemilik tempat makan dan minum (F&B).

Tikus-tikus ini dapat bersembunyi tanpa diketahui selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Suhu Bumi yang semakin hangat ini yang menarik perhatian Jonathan Richardson di University of Richmond di Virginia dan rekan-rekannya meneliti  terkait jumlah keluhan tentang tikus yang tercatat di kota-kota.

Dalam penelitian yang dimuat dalam studi baru di Jurnal Sciences Advances, para penelitii menemukan bahwa lingkungan perkotaan yang lebih padat dan populasi manusia yang lebih tinggi membantu meningkatkan jumlah tikus.

Suhu yang lebih hangat tampaknya menjadi pengaruh terbesar. Kota-kota dengan tingkat pertumbuhan terbesar adalah Washington D.C., San Francisco, Toronto, New York City, dan Amsterdam.

Hasilnya selama dekade terakhir, jumlah populasi tumbuh hingga 390 persen di Washington DC. Populasi tikus juga tumbuh signifikan di San Fransisco sebanyak 300 persen, Toronton sebanak 186 persen dan New York 162 persen.

Para peneliti mengatakan temuan tersebut akan berlaku untuk banyak kota serupa di seluruh dunia. "Tidak ada alasan untuk mengharapkannya berbeda di tempat lain," kata peneliti utama Jonathan Richardson.

Baca:  Rat Numbers Cities Climate Temperatures Rodents 31 Januari 2025  di The Guardian s  31 Januari 2025

Dan Population Rats climate Change Cities di NPR edisi 31 Januari 2024

Kepala enomologi untuk Orkin, perusahaan pengendalian hama terbesar di KanadaAlice Sinia mengatakan saluran bantuan kota Toronto menerima 1.600 panggilan terkait tikus pada 2023. Jumlah panggilan ini  naik dari 940 pada tahun 2019 dan Orkin juga mengalami lonjakan panggilan.

"Saat Anda berjalan di jalanan Toronto, di bawah kaki Anda, jauh di dalam sistem pembuangan limbah, terdapat tempat yang penuh dengan tikus," kata Alice Sinia.

Dia mengingatkan tikus sangat tangguh untuk bertahan  dan mudah  beradaptasi terhadap peurbahan lingkungan. Sejarah bumi menunjukkan bahwa tikus mampu bertahan melewati zaman es.  Cuaca lebih hangat membuat mereka mudah berkembang biak. Berbeda dengan lembu kesturi  yang tidak bakal bertahan dengan cuaca hangat.

Mengapa jumlah tikus meningkat

Jonathan Rihardson menyampaikan ketika cuaca dingin, tikus cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu di luar ruangan untuk mencari makanan. Mereka memiliki waktu di atas tanah untuk mencari makanan.

"Nah, cuaca hangat menjadi  lebih lama hingga musim gugur atau musim dingin bahkan lebih awal di musim semi memungkinkan tikus berada di atas tanah, mencari makan sedikit lebih lama. Bertambahnya makanan membuat mereka berkembang biak dan menciptakan lebih banyak bayi tikus," papar Jonathan.

Dia menuturkan satu atau dua minggu suhu hangat yang tidak normal selama musim dingin  cukup memberikan kesempatan  mengisi persediaan makanan mereka dengan melarikan sepotong pizza.

Banjir bandang  menghantam Toronto pada 2024  menyebabkan kerugian bukan saja menyebabkan kerugian materi tetapi membuat para tikus mengungsi ke permukaan dan masuk ke rumah-rumah dan bangunan milik penduduk yang membuat mereka melakukan reproduksi dengan cepat.

Nah, Richardson menyerukan perubahan iklim menambah tantangan tambahan bagi kota-kota, yaitu harus  mengatasi hama tikus. Satwa ini menyebarkan patogen atau penyakit yang bisa menganggu dan membahayakan kesehatan manusia dan kerusakan infrastruktur tentunya.

Dia mendesak pemerintah kota sudah saatnya mengkaji pembuangan makanan, mengelola lokasi konstruksi bangunan untuk mengendalikan populasi tikus dalam skala lebih besar.

Pengajar Ilmu Kesehatan Simon Fraser Kaylee Byers mengapresiasi penelitian ini dan berharap dapat menjadi masukan bagi stake holder bagaimana perubahan kota memengaruhi populasi tikus termasuk juga dampak perubahan iklim.

Byers mengatakan tikus dapat menyebar secara tidak merata di seluruh kota dan seperti halnya manusia, sangat setia pada lingkungan tempat tinggalnya, beberapa tidak pernah bepergian lebih dari 100 kaki dari rumah.

"Kuncinya memang berpulang pada manusia sendiri dalam mengelola sampaj makanan dan membatasi akses bagi tikus untuk keluar masuk ke tempat sampah," ucap Byers.

Baca: More Bad News for Rat Infested Cities Climate Change is Making it Worst CBC  31 Januari 2015 

Saya sendiri membaca laporan ini bukan hal mengherankan. Saya berapa kali melihat tikus-tikus semakin besar menyantap sisa makanan di bak sampah dan kucing-predator alami mereka enggan memburu tikus.

Memang belum saya temukan penelitian yang signifikan tentang meningkatnya jumlah tikus di perkotaan Indonesia dan juga ukurannya. 

Okelah, masalah mengatasi dampak perubahan iklim hal pelik karena melibatkan pemerintah berbagai negara. Namun hal mudah untuk mencegah bertambahnya populasi tikus bisa dilakukan dengan sederhana, kita  sedapat mungkin tidak memperbanyak sampah sisa makanan.

Irvan Sjafari

Foto:  https://keenanrecycling.co.uk/giant-rats-feasting-on-food-waste-threat-to-public-health/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun