Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melacak Jejak Sejarah Sampah dan Pasar Kota Bandung

25 Januari 2025   16:06 Diperbarui: 25 Januari 2025   16:06 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Kosambi, Kota Bandung pada 1981 Kredit Foto: https://sikn.jabarprov.go.id/index.php/suasana-pasar-kosambi-bandung

Dalam sebulan jumlahnya menjadi Rp1.200.000 dan setahun menembus Rp14.400.000.

Gunawan mengusulkan agar didirikan sejumlah oven sampah di sejumlah titik dengan harga Rp8 juta per oven hingga menghemat biaya pengangkutan.  Tentu saja pada waktu itu belum ada pengetahuan bahwa pembakaran sampah memberikan dampak lain bagi lingkungan.

Cerita seorang pedagang bernama Ahmad usia 68 tahunan  di Bandung Bergerak edisi 12 Juli 2023 menyebutkan kondisi Pasar Kosambi di mana para pedagang berjualan di bawah tenda kayu dan beralasan tanah hingga becek di musim hujan.  Hanya saja Pasar Kosambi waktu itu sudah ramai hingga 24 jam. 

Pasar Kosambi sebetulnya termasuk pasar tua di Kota Bandung sejak masa kolonial berdiri pada 1914. Het Nieuws van dag voor Nederlandsch Indie tertanggal 10 September 1915 memberitakan pembukaan Pasar Kosambi.

"Pasar ini memiliki bangunannya terlihat rapi, dengan  biayanya juga mahal. Tidak kurang dari satu seribu orang  yang terlibat di pasar ini . Jadi orang dapat mengharapkan sesuatu yang baik untuk itu, jika peraturan kebersihan sekarang dipatuhi secara ketat." Demikian sambutan Kepala Dewan Kota.

Dalam berita disebut tak kurang 375 ribu gulden untuk pembiayaan pasar. Kehadiran Pasar Kosambi disebut melengkapi pasar yang sudah ada sebelumnya di Bandung yaitu Pasar Baru dan Pasar Andir.

De Preanger Bode 19 Agustus 1915 memberitakan  Pasar Kosambi semuanya dibangun dari beton dan besi oleh HolL Beton-Maatschappij, yang berarti bahwa persyaratan higienis dan kebersihan yang diperlukan terpenuhi. Sementara  pasar lama di Pasar Baroe sekarang telah telah dibersihkan sepenuhnya, dan pembangunan yang baru akan segera dimulai.

Dua berita tersebut mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Bandung masa kolonial memperhatkan masalah kebersihan sebagai syarat berdirinya pasar. Pembangunan dimulai pada Mei 1914 dan selesai pada Juli 1915.

Hanya saja dalam pemberitaan itu De Preanger Bode mengungkapkan  kondisi penduduk asli di Bandung smakin banyak yang terusir dari rumah mereka karena biaya sewa rumah mahal. Biaya sewa rumah memang melonjak seiring dengan perkembangan kota Bandung yang tadinya F1-2 menjadi F5 (gulden).

Tidak jarang didapati sebuah rumah ditinggal dua atau  tiga keluarga. Kondisi perumahan menindas penduduk pribumi. Preanger Bode ketika itu berharap  wilayah sekitar Pasar Kosambi yang mempunyai luas 1.253 meter persegi juga dijadikan kampung percontohan untuk masyarakat pribumi.

Dengan kata lain pemberitaan sudah memperingatkan bahwa populasi penduduk dan kemiskinan bakal menjadi masalah kota di masa mendatang.  Pertambahan populasi seperti halnya yang terjadi pada Jakarta memberikan masalah lingkuangan seperti bertambahnya jumlah sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun