Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Butuh Perjuangan Wujudkan Ketahanan Pangan Berbasis Zero Waste

22 Januari 2025   21:10 Diperbarui: 22 Januari 2025   22:43 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan edukasi zero waste YPBB di Bandung-Foto: Dokumentasi YPBB

Tak banyak wisatawan Indonesia yang berpelisir ke luar negeri yang  saya temukan, menulis laporan perjalanan ke Kovalam, wilayah pantai dari kota  Thiruvanathapuram, ibu kota negara bagian Kerala, India yang menghadap Laut Arab. 

Kovalam menawarkan tiga pantai yang berbentuk bulan sabit dengan air yang tenang  cocok untuk berenang atau berjemur. Pantai itu ditopang dengan  aneka fasilitas penginapan mulai bintang lima hingga penginapan murah. 

Keberadaan pantai itu didukung oleh Sungai Karamana yang bisa digunakan untuk bersampan hingga Danau Vellayani. Selain itu terdapat galeri seni dan kerajinan karya perajin lokal.

Sumber: Turisme di Kerala  

Di sisi lain tak banyak yang tahu bahwa Kovalam juga kondang bagi para aktivis lingkungan karena mampu menerapkan konsep zero waste. Puluhan tahun yang lalu Thanal Conservation Group mendukung niat pemerintah untuk mengetasi masalah sampah yang ditinggalkan oleh para wisatawan.

Pada 1996 Thanal mulai Menyusun proyek nol limbah dengan tidak memakai cara pembakaran dengan inserator yang dikeluhkan penduduk. Proyek nol sampah  dimulai pada 2001  dan resmi pada 20023 dengan mendirikan Pusat Zero Waste melibatkan masyarakat. 

Berhasil.  Hingga kini  warga memanfaatkan limbah organik menjadi pupuk untuk tanaman bahkan juga membuat mangkuk, piring, gelas, sendok dan garpu dari batok kelapa atau daun palem. 

Baca: Proyek Thanal   

Koordinator Divisi Humas dan Relawan  Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB)  Shendi H Hendarlin   menyampaikan gerakan zero waste di Kerala itu menjadi role model gerakan zero waste di banyak negara dunia, termasuk YPBB yang berbasis di Bandung.

"Di Kerala, sampah organik tidak pernah diangkut petugas tapi digunakan oleh masyarakat untuk jadi pupuk kompos atau bahan pakan ternak. Nantinya ada pasar-pasar lokal yang membuat setiap orang menjadi produsen sekaligus konsumen kami menyebutnya prosumen," ujar Shendi kepada saya melalui Whatsapp, 22 Januari 2025.

Organisasi nirlaba ini bekerja keras mengedukasi masyarakat setidaknya di Bandung agar bisa menerapkan gaya hidup zero waste lewat berbagai kegiatan.

Yang paling anyar adalah YPBB  Bandung menggelar edukasi bertajuk "Peran Zero Waste dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan" pada Minggu 19 Januari 2025 di RW 07, Kelurahan Neglasari.   Bukan saja praktik pengurangan sampah dengan konsep reuse seperti di Kerala, tetapi juga mempromosikan toko organis.

"Secara konsep kita menjaga daur hidup atau siklus. Kami ingin memastikan rantainya pendek dan dekat dengan kita serta tidak banyak menggunakan bahan tambang yang tidak bisa didaurulang," ungkap Shendi.

Praktik sederhananya mulai dari sampah sisa makanan diubah menjadi kompos atau diurai oleh maggot, kompos dijadikan pupuk tanaman dan maggot jadi bahan campuran bahan pakan untuk ternak atau  perikanan.

YPBB bersama RW-RW menerapkan model di bandung mencoba membangun sistem yang demikian. Ada teknologi pengolahan sampah organik dan didekatkan dengan pertanian urban atau peternakan urban bisa dilihat contohnya di beberapa model.

Apakah konsep ini sebetulnya juga digunakan oleh Kang Pisman dan Buruan Sae. Menurut dia Kang Pisman dan Buruan Sae pada dasarnya adalah program pemerintah Kota Bandung.

Pertanyaannya, katanya  sudah seberapa banyak Kang Pisman dan Buruan Sae yang terintegrasi. Integrasi diantara keduanya adalah awal dari ketahanan pangan dengan prinsip zero waste.

Ketika ditanya kemungkinan Program Makan Bergizi Gratis bisa terintegrasi dengan konsep ini. Misalnya saja sampah sisa makanan dijadikan kompos kemudian jadi pupuk tanaman sayuran atau makanan ikan dan akhirnya ketika panen untuk mensuplai kebutuhan program Makan Bergizi Gratis.

"Seharusnya bisa, sejauh ini YPBB masih mempelajari dan melihat kesempatan kerjasama terutama untuk isu sisa dan susut pangan (food waste dan loss) selama proses produksi-distibusi-konsumsi. Sayangnya belum ada model yang benar-benar bekerjasama dengan YPBB," ungkapnya.

Lanjut dia, YPBB membayangkan tidak ada lagi sampah organik yang harus overflow ke TPA, yang kini aturan baru yang sedang disusun mendorong agar sampah organik selesai di sumber, kawasan, dan atau kota. "Sehingga sejalan dengan instruksi gubernur tentang larangan sampah organik ke TPA," pungkasnya.

Siba Klasik Gresik

YPBB tidak sendiri.  Jauh dari kota Bandung, di Kampung Sidokumpul Barat (Siba) Pekauman, Kabupaten Gresik, Jawa Timur ada sebuah sejumlah RT dan RW yang menamakan dirinya Kampung Siba Klasik juga mempunayi semangat yang sama.  Berapa tahun lalu mereka menyatakan  bahwa mendukung program Gresik Kawasan Medeka Sampah dari Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Gresik.

Ketua Lembaga Zero Waste RT02/RW05 Kelurahan Sidokumpul Saifudin Efendi mengatakan pihaknya  terus berupaya mengajak masyarakat luasmengelola sampah organik sehingga tidak ada yang terbuang di TPA ataupun di  TPS.

Hingga saat ini katanya masyarakat di daerahnya sudah mampu memanfaatkan sampah organik menjadi kompos dengan metode biopori, komposter drum. Komposter camonik dan komposter vertika.

Hasil dari pengomposan organik sebagian menjadi media tanam termasuk kompos block,sebagian menjadi kreatifitas kerajinan vas bunga.

Warga Siba Klasik-Foto: Aliansi Zero Waste Indonesia
Warga Siba Klasik-Foto: Aliansi Zero Waste Indonesia

Kampung Siba Klasik mampu membuat tower garden yang terbuat dari kompos hasil dari pengelolaan sampah organik rumah tangga dan kompos daun untuk menanam tanaman sayur.

"Kini kami juga sudah punya toko refill yang ditargetkan berfungsi  mengurangi sampah plastik dan akan didukung bengkel sampahnya yang Insha Allah akan dirilis pada 2025," ungkapnya ketika saya hubungi 21 Januari 2025.

Lanjut Saefudin bengkel sampah tersebut sebagai tempat karang taruna kelola sampah organik dan anorganik mewujudkan program ekonomi kreatif untuk mendaur ulang sampah organik dan anorganik.

"Sementara  untuk sampah residu yang tidak bisa di daur ulang akan kita serahkan ke DLH Kabupaten Gresik," tutur dia.

Hanya saja Saefudin mengakui untuk program ketahanan pangan, Kampung Siba Klasik masih belum bisa dikatakan berhasil. Tanaman sayur dan  umbi umbian memang ada namun tidak banyak.  Begitu juga dengan kolam budi daya ikan juga ada.  Warga juga sudah bisa menikmati hasilnya dan hanya sebatas di konsumsi oleh warga sendiri.

Gerakan Global

Secara global zero waste tetap menjadi salah satu tren pangan terpenting pada  2024 kata peneliti makanan sehat dari Austria Hanni Rutzler.

Dia menyebutkan sisa makanan seperti kulit, daun atau biji-bijian bisa dimanfaatkan dariapada membuangnya. Misalnya remah roti dan kulit serta sisa sayuran bisa diolah menjadi sup yang lezat.

Hanni mencontohkan sebuah rumah makan tanpa limbah pertama dni Silo terletak di Kota pesisir Brighton.  Sejak 2014 rumah makan ini fokus secara ekslusif pada produk musiman dari produsen lokal.

Baca: Food Trend Zero Waste

Silo adalah restoran tanpa tempat sampah.Di situsnya Silo mengatakan pihaknya membuat semua bahan pada menu dalam bentuk utuh, mengurangi pemrosesan berlebih  hingga  jarak tempuh makanan.

Untuk itu Silo mempunyai pabrik tepung sendiri dan membuat roti secara manual, menggiling gandum sendiri, mengaduk mentega sendiri.  Rumah makan ini menggunakan wadah yang bisa digunakan kembali.  Ini diklaim sebagai sistem pangan pra industri. Limbah makanan dibuat kompos dan kemudian digunakan untuk menanam sayuran.

Baca: Silo Restaurant

Menurut saya Bandung juga bisa membuat sistem ketahanan pangan dengan memperbanyak titik Buruan Sae dan Kang Pisman lalu mengintegrasikannya. Hasil panen  bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal bukan saja kebutuhan warga, mendukung program Makan Bergizi Gratis, tetapi juga membuat rumah makan sendiri yang bebas limbah.

Tetapi apa yang dilakukan YPBB memperjuangkan Ketahanan Pangan Berbasis Zero Waste patut dipreasiasi. Memang butuh pejuangan keras dan waktu cukup panjang untuk cita-cita ini. Namun bukan tidak mungkin terwujud.  Namun saya yakin  gerakan ini merambah ke seluruh Indonesia.

Irvan Sjafari

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun