Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Putri Putih Bersih

19 Januari 2025   21:46 Diperbarui: 19 Januari 2025   21:46 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  pantai-Foto: Freepik

Wahai Puteri Putih Bersih dari Negeri Utara. Pagi tadi kudekap bayangmu dalam khayalku, Kamu milikku dalam mimpiku. Adinda kusayang. Bisakah jadi kenyataan?

"Jadi negerinya bernama Utara. Tokoh utama yang mendampingi Anda dalam cerita nanti disebut  Putri Putih Bersih. Apakah karena kulitnya putih seperti dongeng Putri Salju dari Walt Disney?" tanya Brinet, Psikolog yang menangani aku memasukan data ke dalam mesin Artificial Intelligence yang akan mengolahnya sesuai keinginanmu.   

Semua yang aku inginkan akan dibentuk  menjadi cerita yang akan menjadi film dalam mimpiku yang akan ditanamkan di delam kepalaku berdurasi  antara dua hingga tiga jam.

Kata mereka aku punya trauma di masa lalu ketika masih kecil. Ayah dan Ibu angkatnya mengantar laki-laki yang sudah berumur 35 tahun ini untuk mengatasi mimpi-mimpi buruknya, keinginan yang tidak tercapai.

Terapi Kognitif  jasa yang ditawarkan Biro B & R atau Brinet dan Rima menjadi tren bagi warga Distrik Preanger di Planet Titanium, salah satu tempat manusia yang berasal dari Bumi yang melakukan  eksodus berabad-abad lalu. 

Kami dibantu mahluk asing yang kami panggil sebagai Hiyang, yang membantu mencarikan tempat yang 11/12 dengan Bumi. Sekalipun planet ini punya air tetapi tidak punya laut.

Bumi ditinggalkan karena sudah rusak akibat Perang Dunia ke III yang masif diikuti bencana akibat emisi karbon. Entah bagaimana nasib manusia yang masih tertinggal di sana.

Lalu kemudian  Rima rekannya memintaku untuk berbaring di tempat tidur.  Mereka memasukan sebuah helm di kepalaku yang terhubung dengan peralatan digital.

Mulanya aku mendengar musik yang aku inginkan, salah satu lagu yang menjadi soundtrack dalam film mimpiku yang bertajuk Putri Putih Bersih yang diambil dari lagu sebuah penyanyi trio perempuan di Indonesia waktu Bumi masih ada era 2000-an. Lagu itu adalah intro ke dunia mimpi.

Hamparan pasir putih yang lembut  terasa hangat di  punggungku, ketika aku terjaga.  Ombak menyentuh bibir pantai dengan gemulai. Aku melihat laut biru yang jernih menghampar luas ke batas horizon dan matahari hangat menyapaku.  Di belakangku barisan nyiur dan beberapa rumah panggung tertata dengan jarak empat atau lima meter antara pohon nyiur.

Aku menyadari bahwa aku tidak sendiri berbaring di permadani pasir putih itu.  Seorang perempuan mengenakan kain dan baju tenun, usianya sekitar 25 tahun, sekitar sepuluh tahun di bawah usiaku sudah berdiri di depanku memakai terompa berwarna hijau.

Kulitnya putih bersih seperti hamparan pasir, rambutnya yang hitam hingga bahu.  Dia mengenakan kain tenun bermotif geometris berwarna hijau dengan kotak-kotak hitam dipadu dengan baju hitam. Tingginya tak jauh beda dariku, ketika aku bangun.

"Siapakah Kakanda, orang asing yang singgah di Negeri Utara yang bersahaja," sapanya dengan ramah. "Apakah hamba orang yang terdampar dari laut dari kapal yang pecah yang ditemukan pengawal aku?"

Aku tidak ingat mengapa aku di sini. Seolah dilempar dari langit. Tetapi seingat aku  sudah di laut dan ada ikan paus yang menyelamatkanku dan mengantarkan aku ke pantai dan bertemu Putri Putih Bersih.

Aku disebutnya Pengembara dari Negeri Seberang. Dia mengajakku menemui ayahandanya seorang kepala daerah di Negeri Utara. "Ini lelaki yang ada dalam mimpiku ayahanda. Yang dijanjikan dikirim oleh penguasa langit untuk jadi pasanganku" ucapnya.

Ayahandanya menatapku dari ujung kaki hingga kepala. Aku mengenakan celana panjang kombi berwarna biru muda dan kemeja kotak-kotak beda dengan pakaian di negeri Utara.  Tetapi dia menunjukkan sikap tidak menolak.

Kami menjadi suami istri begitu saja. Pesta pernikahan dengan jagung, ikan laut bakar dan minuman kelapa secara sederhana. Aku membawa cukup banyak mas kawin dari peti yang tak jauh dariku karena kapal terdampar.

Malam itu Aku tenggelam dalam aura Puteri Putih Bersih, seperti berenang  dalam telaga anggur putih yang memabukan. Kemudian dia menawarkan minuman nectar dari aneka bunga yang menyegarkan dan menambah tenaga untuk terus berenang.  Aku merasa damai ketika terbangun pagi harinya.   

Pagi itu juga Ayahanda Putri Putih Bersih menjadikan aku  sebagai Syahbandar Negeri Utara. Bandar kecil hanya ada berapa kapal. Di dekat bandar ada benteng melingkar seperti cincin di atas bukit.  Ada beberapa Meriam di sana. 

"Kami memang negeri yang damai, tetapi bangsa berambut dan berjanggut pirang. Mereka pernah datang enam belas purnama lalu. Tapi kami berhasil mengusir mereka," cerita Puteri Putih Bersih.

Kemudian Putri Putih Bersih mengajakku ke benteng. Di sana berkeliaran burung yang mirip ayam, tetapi bulu atasnya hitam dan bagian bawahnya putih, di sekitar matanya ada bulatan kuning.  Putri Putih Bersih tidak memberi tahu apa nama burungnya, tetapi dia menunjuk beberapa telur di pasir putih.

"Telur burung ini menjadi perekat batu-batu di benteng ini, juga bangunan istana kami.  Kami membangun rumah dan istana dengan kayu dari pohon di dalam hutan dan kelapa.  Namun begitu ditebang kami tanam lagi dan baru ditebang kalau sudah tumbuh besar, tidak boleh berlebihan," terang Putri Putih Bersih.

"Bagaimana kalian menangani sampah wahai Puteri Putih Bersih?"

 "Kami makan secukupnya seperti Kakanda kemarin santap, setiap orang diberi atau mengambil porsi yang tidak terlalu banyak, nasi atau jagung, kemudian diberikan ikan laut juga tidak terlalu banyak. Kalau kurang baru nambah, hingga makanan tak bersisa. Yang bersisa pun kami tumbuk dan dijadikan pupuk buat tanaman sayur, ladang padi atau jagung," terang Putih Bersih.

"Kalau di pasar warga kerajaan membungkus ikan atau sayur dengan apa?"

Putih Bersih menunjuk berapa warga sedang membuat anyaman dari janur ketika kami kembali turun ke pantai.  Sementara yang lain ada yang membawa daun pisang.

"Kalau sudah kering mereka dikubur di tanah dan hancur sendiri," terang  dia.

Putri Putih Bersih aku pernah mengejar kamu tetapi oleh kekuatan besar terlempar dalam sungai berjeram  dan airnya deras mengalir, tetapi sama kuatnya seperti cintaku padamu. 

Ketika itu aku melihat kamu terancam air bah dari lautan  yang melanda negeri kamu.  Sepertinya lautan naik menenggelamkan Negeri Utara dan negeri lain.  Aku berenang ingin menyelamatkanmu tetap tidak dapat.

Air bah yang membawa aneka macam sampah yang aneh, elastis dan membuat burung-burung teperangkap menjerit dan ikan mengunyahnya dan kemudian perutnya kembung. 

Orang dalam mimpiku menyebutnya plastik.  Udara begitu panas menyengat karena kami memamai bahan bakar berlebihan  dan mengotori udara.

"Tidak akan terjadi di negeriku, Wahai Kakandaku. Kami menggunaan penerangan dengan lemak ikan paus yang sudah mati dan terdampar di pantai atau menggunakan minyak kelapa. Untuk mengunjungi tempat yang jauh kami menggunakan kapal laut atau kereta dengan kuda," ujar putri Putih Bersih.

"Aku mimpi tenggelam melihat kamu dikejar air, tetapi ada kekuatan yang mengangkatku ke langit dan kemudian gelap dan lalu tiba-tiba ada di sini?"

"Oh, itu penjelasan mengapa Kakanda ada di tempat ini?"

"Aku ingin bersamamu selalu."

Dia hanya tertawa.

Negeri Utara adalah negeri damai dengan tempat ibadah berbeda. Ini tidak menjadi persoalan di sini karena mereka tidak saling mengusik.Hampir tidak ada konflik karena setiap orang mendapatkan kebutuhannya. Harta kekayaan diukur dengan pohon kelapa yang dimiliki.

Konflik pada pembagian harta warisan jika jumlah pohon kelapa sulit dibagi bulat. Misalnya anaknya lima, pohon kelapanya 24. Berarti ada yang tidak kebagian. Oleh raja akhirnya yang 4 dikelola bersama, buah kelapanya dibagi rata. Jika ada buah kelapa yang tidak bisa dibagi maka air dan daging kelapanya dibagi rata.

Aku memeluk Putih Bersih  erat dan tidak ingin berpisah.

                                                                                                  ****

"Dia tersenyum seperti berada di negeri utopia. Tetapi bukankah di Planet Titanium juga demikian. Di sini udara bersih, air bersih, kendaraan dan perumahan menggunakan energi matahari yang sangat memadai. Malam hari terang benderang dengan tiga bulan, tidak ada penggunaan plastik sekali pakai sejak kedatangan koloni pertama," tutur Brinet.

"Kecuali kalau dia tidak lahir di Titanium tetapi dibawa Hiyang dari Bumi ketika kecil ke tempat ini persis ketika es kutub mencair dan menenggelamkan sebagian negeri tempat asal kita," kata Rima menunjukkan catatan harian milik laki-laki itu.

"Lalu mengapa dia selalu menggunakan lagu dari penyanyi trio yang hidup di Indonesia era 2000-an ini? Apakah salah seorang personelnya mirip dengan Putri Putih Bersih yang dilihatnya di perpustakaan digital? Mungkin mengacu ke daerah asal personel itu?" tanya Brinet.

"Mungkin iya, mungkin tidak. Tetapi terapi ini harus terua berlanjut. Ada dua masalah di sini, cinta dia tak terbalaskan dan trauma dari Bumi yang menghadapi bencana besar."

Brinet mengangguk menyaksikan laki-laki itu tersenyum bahagia dalam tidurnya, entah setelah dia bangun.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun