Aku menyadari bahwa aku tidak sendiri berbaring di permadani pasir putih itu. Â Seorang perempuan mengenakan kain dan baju tenun, usianya sekitar 25 tahun, sekitar sepuluh tahun di bawah usiaku sudah berdiri di depanku memakai terompa berwarna hijau.
Kulitnya putih bersih seperti hamparan pasir, rambutnya yang hitam hingga bahu. Â Dia mengenakan kain tenun bermotif geometris berwarna hijau dengan kotak-kotak hitam dipadu dengan baju hitam. Tingginya tak jauh beda dariku, ketika aku bangun.
"Siapakah Kakanda, orang asing yang singgah di Negeri Utara yang bersahaja," sapanya dengan ramah. "Apakah hamba orang yang terdampar dari laut dari kapal yang pecah yang ditemukan pengawal aku?"
Aku tidak ingat mengapa aku di sini. Seolah dilempar dari langit. Tetapi seingat aku  sudah di laut dan ada ikan paus yang menyelamatkanku dan mengantarkan aku ke pantai dan bertemu Putri Putih Bersih.
Aku disebutnya Pengembara dari Negeri Seberang. Dia mengajakku menemui ayahandanya seorang kepala daerah di Negeri Utara. "Ini lelaki yang ada dalam mimpiku ayahanda. Yang dijanjikan dikirim oleh penguasa langit untuk jadi pasanganku" ucapnya.
Ayahandanya menatapku dari ujung kaki hingga kepala. Aku mengenakan celana panjang kombi berwarna biru muda dan kemeja kotak-kotak beda dengan pakaian di negeri Utara. Â Tetapi dia menunjukkan sikap tidak menolak.
Kami menjadi suami istri begitu saja. Pesta pernikahan dengan jagung, ikan laut bakar dan minuman kelapa secara sederhana. Aku membawa cukup banyak mas kawin dari peti yang tak jauh dariku karena kapal terdampar.
Malam itu Aku tenggelam dalam aura Puteri Putih Bersih, seperti berenang  dalam telaga anggur putih yang memabukan. Kemudian dia menawarkan minuman nectar dari aneka bunga yang menyegarkan dan menambah tenaga untuk terus berenang.  Aku merasa damai ketika terbangun pagi harinya.  Â
Pagi itu juga Ayahanda Putri Putih Bersih menjadikan aku  sebagai Syahbandar Negeri Utara. Bandar kecil hanya ada berapa kapal. Di dekat bandar ada benteng melingkar seperti cincin di atas bukit.  Ada beberapa Meriam di sana.Â
"Kami memang negeri yang damai, tetapi bangsa berambut dan berjanggut pirang. Mereka pernah datang enam belas purnama lalu. Tapi kami berhasil mengusir mereka," cerita Puteri Putih Bersih.
Kemudian Putri Putih Bersih mengajakku ke benteng. Di sana berkeliaran burung yang mirip ayam, tetapi bulu atasnya hitam dan bagian bawahnya putih, di sekitar matanya ada bulatan kuning. Â Putri Putih Bersih tidak memberi tahu apa nama burungnya, tetapi dia menunjuk beberapa telur di pasir putih.