Penelitian demi penelitian dari berbagai penjuru dunia mengungkapkan bahwa berbagai spesies laut mulai dari kerang, udang hingga ikan terkontaminasi mikroplastik dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia.
Yang paling anyar adalah penelitian dari Universitas Negeri Portland, Oregon, Amerika Serikat yang memperingatkan bahwa makanan laut yang Anda konsumsi belum tentu aman dari mikroplastik.
Mikroplastik di sini adalah partikel kecil yang berasal dari pakaian, kemasan seperti saset dan berbagai produksi plastik. Para peneliti mendesak perlunya sebuah teknologi untuk mengurangi serat mikro agar tidak memasuki lingkungan.
Tim dari Universitas Portlan yang dipimpin Guru Besar Imu Lingkungan Elise Granek mengamati prevalensi sejumlah tiram dan kerang  dan akhirnya ke ikan sirip, udang dan kepiting  yang biasa menjadi makanan manusia di Laboratotirum Ekologi Pesisir Terapan.
Hasilnya tim peneliti menemukan1.806 partikel mikroplastik yang diduga terdapat pada 180 dari 182 sampel individu, di antaranya udang merah muda, ikan salmon Chinook, ikan black rockfish dan lingcod.
Di antara spesies yang diambil sampelnya, udang merah muda, yang menyaring makanan tepat di bawah permukaan air, memiliki konsentrasi partikel tertinggi dalam jaringan yang dapat dimakan. Sementara Ikan salmon Chinook, ikan black rockfish dan lingcod  mengandung konsentrasi paling rendah. Â
"Udang dan ikan haring memakan makanan kecil dari zooplankton dan juga partikel mikroplastik yang berada di tempat zooplankton berkumpul," ungkap Granek seperti dikutip dari situs Universitas Portland, Â 6 Januari 2025.Â
Penelitian ini memperkuat berbabagi penelitian laut sebelumnya. Di antaranya Tim Peneliti dari Universitas Adelaide, Australia yang meghimpun sekira 600 riset global tentang bahaya dari makanan laut akibat triliunan partikel  mikroplastik di lauatan.  Â
Tim Universitas Adelaide yang  didukung oleh badan penelitian dan pengembangan perikanan negeri kangguru itu (FRDC) menyampaikan 93 persen dari seluruh spesies laut terkena dampak mikroplastik.
Studi penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa mengonsumsi mikroplastik menyebabkan perubahan pada perilaku spesies, kadar hormon, pertumbuhan, reproduksi, dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Menurut salah seorang peneliti,  Ekolog Laut Universitas Adelaide Nina Wootton menguturkan sekira  94,2 persen ikan, 90 persen hewan laut jenis  krustasea (seperti kepiting dan udang), dan 93,5 persen moluska yang mereka teliti terkontaminasi.
"Ada masalah tingkat pertumbuhan dan dampak pada kesehatan populasi yang menyebabkan kelangsungan hidup keturunan untuk bereproduksi terganggu," kata ahli ekologi laut dari Universitas Adelaide  Nina Wootton  seperti dilansir situs FDRCÂ
Dia berharap hasil riset dari Tim Universitas Adelaide berkontribusi melahirkan  praktik dan inovasi teknis untuk mengurangi plastik di lingkungan dan menjaga ekosistem yang sehat. Apalagi hal ini menyangkut ancaman terhadap sektor makanan laut.
Sementara para peneliti dari Konservasi Lautan Universitas Toronto juga menemukan bahwa saat ini makanan manusia yang berada di darat maupun laut tidak akan lepas dari kontaminasi mikroplastik,
Tim Konservasi Lautan Universitas Toronto menemukan partikel mikroplastik dalam 88 persen sampel makanan berprotein di 16 jenis, termasuk makanan laut, daging babi, daging sapi, ayam, tahu, dan tiga alternatif daging nabati yang berbeda. Ternyata tidak ada perbedaan, semua terkontaminasi.  Sumber:  Food Safety  Â
Mereka juga meneliti sampel udang dari berbagai jenis  baik dengan kepala maupun udang kupas, fillet ikan pollok Alsaka tanpa kulti, ayam ngget, steak sirlon, potongan daging babi, dada ayam, nuget nabati, daging sapi gilling nabati. Â
Tim peneliti mendapatkan 44 persen mikrolastik yang teridentifikasi adalah jenis serat, yang paling umum berada di lingkungan dan tiga puluh persen jenis pecahan plastik.
Dengan menggunakan data survei dari studi terkait, para ilmuwan memperkirakan orang dewasa Amerika akan mengonsumsi, rata-rata, 11.500 mikroplastik per tahun.
Paparan tahunan dapat mencapai 3,8 juta mikroplastik per tahun jika dihitung menggunakan tingkat mikroplastik tertinggi yang ditemukan pada setiap jenis protein dan tingkat konsumsi protein rata-rata yang dilaporkan.
Bagaimana dengan Indonesia? Sama saja.  Menurut situs Universitas Airlangga  dalam studi kasus di Pulau Biawak, Jawa Barat, pada Februari 2023 tim peneliti menemukan adanya mikroplastik pada sedimen mangrove dan ikan terumbu karang yang ada di sana. Sumber: Universitas Airlangga  Â
Mereka mengumpulkan lima belas individu ikan terumbu karang dari tiga famili taksa berbeda. Â Tim melakukan analisis dnegan dukungan mikroskop monocular.
Hasilnya mereka menemukan adanya kelimpahan mikroplastik di tiga stasiun,masing-masng 1.422 partikel di Stasiun A, 1.185 partikel di Stasiun B dan 59,8 partikel di Stasiun C.
Sementara pada penelitian di saluran pencernaan ikan terumbu karang menunjukkan hasil rata-rata 726,7 partikel mikroplastik per kilogram ikan.
Pada 2022, Peneliti dari Depatemen Biologi FMIPA UIÂ Mufti Petala Patria juga mengungkapkan hasil penelitiannya di kawasan Kamal Muara, Jakarta Utara. Â Dia menemukan satu kilogram sedimen terdapat 868,33 partiekl mikroplastik.Â
Pada akhirnya sejumlah penelitian yang telah dirilis dan saya prediksi bertambah lagi menjadi masukan bahwa polusi sampah plastik yang menghasilkan mikroplastik merupakan bahaya lingkungan yang tak kalah menyeramkannya dengan emisi karbon.Â
Ancaman pada kesehatan manusia bergantung pada akumulasi mikroplastik yang tertelan, tetapi siapa yang bisa mengukur berapa banyak mikroplastik dalam tubuh kita?
 Â
Irvan Sjafari
Sumber Foto: Â https://www.scientificamerican.com/article/from-fish-to-humans-a-microplastic-invasion-may-be-taking-a-toll/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H