Secara pop culture, kesenian, musik, dan komunitas terkait, Bandung sepertinya lebih unggul. Hampir setiap minggu sejak dua puluh tahun ada Gigs atau pertunjukkan musik. Ratusan musisi lahir dan besar jadi penyanyi di Kota Bandung. Mereka rata-rata punya latar belakang pendidikan tinggi.
Angklung Mang Udjo adalah aset yang bagus yang harus dipertahankan, begitu juga dengan ekstra kurikuler angklung dan event angklung karena ini membuat kota lebih hidup dan Bandung adalah hibrida yang bagus antara "Modern" dan "tradisional".
Kota Malang dan Kota Batu masih punya kesenian Bantengan yang menurut saya atraktif dan saya kurang tahu perkembangan musik modernnya.Â
Kuliner bagaimana? Saya setuju dengan Jujun Junaedi, Bandung luar biasa. Ada kuliner yang usianya puluhan tahun, ada sumber Hidangan di Braga (1929), BMC (1928), Toko Roti Sidodadi (1954), masih banyak lagi. Kalau Malang punya Toko Oen (1930), Kairo (1953), itu yang saya tahu dan pernah saya singgahi.
Bandung juga punya kafe-kafe yang kreatif, Sementara untuk para backpacker makanan kaki limanya, relatif seimbang Bandung punya lontong kari ayam, mi kocok, batagor hingga surabi, hingga minuman cendol, bajigur, wedang ronde.
Kota Malang punya tahu campur, sego empog yang rata-ratanya enak termasuk di Kota Batu, cwie mie, rujak cingur dan sebagainya. Sekalipun secara kuantitas Malang-Batu di bawah Bandung dari variasi, tetapi kualitasnya sama dan harganya bersaing.
Kalau dari fashion, Bandung punya factory outlet dan aneka ragam butik terutama yang kekinian, juga ada batik. Jelas Bandung punya keunggulan. Tetapi Malang punya keunggulan dalam kerajinan, terutama keramik. Bandung punya pusat sepatu Cibaduyut, sayang kini harus bersaing dengan produk impor.
Pangan danBagaimana dengan upaya peningkatan kualitas hidup? Kota Bandung punya program Buruan SAE (urban farming) dan Kang Pisman (pemisahan sampah) sejak 5-6 tahun terakhir luar biasa.
Keduanya kalau digandeng menjadi sinergi, pupuk organik dari sampah organik mensupai Buruan SAE dan produksi Buruan SAE sudah masuk hotel, pasar swalayan, selain dipakai warga sendiri dan bisa berpotensi untuk mendukung program Makanan Bergizi Gratis.
Titik Buruan SAE sampai 2023 ada 375 dan dijanjikan 100 lagi pada 2024, maka kalau terwujud hampir mencapai 500. Kalau Pekot bisa memberikan dukungan dan pendampingan pada warga yang mau dan titiknya bisa didongkrak sampai 1.000 bukan saja menambah kekuatan ketahanan pangan, tetapi juga membantu meredam polusi entah berapa persen.Â