"Namun itu hitungan bagi yang sudah punya hunian. Kalau harus bayar biaya sewa hunian, sepertinya ngepas," ujar Geza.
Jadi pilih mana ya? Kalau dari lingkungan hidup dan biaya hidup Malang atau Batu adalah pilihan ideal, terutama untuk mengasingkan diri. Keduanya pas untuk jadi tempat slow living yang berkelanjutan.
Tetapi kalau tetap ingin hidup dengan pop culture, serta hiburan dan kebutuhan intelektual, Bandung adalah pilihan. Secara pribadi sebagian keluarga ada di situ. Namun perlu kerja keras semua pihak untuk menjadikan Bandung sebagai tempat slow living yang berkelanjutan. Termasuk menurunkan biaya hidup. Program Buruan SAE lebih masif untuk membantu kebutuhan pangan.
Sementara kedua kota merupakan kota pelajar, namun untuk universitas dan perguruan tinggi Bandung punya keunggulan. Jadi bagi mereka yang ingin punya anak kuliah, Bandung ideal dan hanya bisa ditandingi Yogykarta.
Masih ada Yogyakarta, Padang, Pekan Baru, Tanjung Pinang, Banyumas yang seperti disampaikan Kompasiana, tetapi itu hitung-hitungan potensi seperti tempat hangout, keragaman kulinerdan biaya hidup saya belum melakukannya, perlu riset lagi. Bukan itu saja, tetapi juga kerabat dan hubungan sosial.
Jakarta, saya pasrah untuk jadi tempat slow living, menekan biaya hidup di sana sangat sulit, siapapun gubernurnya. Karena kuncinya adalah di akomodasi dan harga kebutuhan pokok harus di bawah penghasilan. Belum lagi soal kerasnya hidup.
Irvan Sjafari
Referensi:
https://www.cakrawala.co/daerah/77514033578/2023-ibm-kota-bandung-catat-angka-7871
https://www.instagram.com/jawaposradarmalang/p/C26bwAVBfH_/