Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hippies di Amerika Serikat dan Jerman Barat 1960-an, Catatan Awal

21 Desember 2024   11:29 Diperbarui: 21 Desember 2024   11:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelompok para pemuda dan pemudi ini berkeliaran dengan kaki telanjang berpakaian seenaknya dengan rambut panjang menggendong  tenda dan ransel. Kelompok ini berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lain. Kegiatan ini marak musim panas ketika mahasiswa sedang libur.

Mereka kerap duduk-duduk bergerombol di tempat terbuka seperti taman dan pantai.  Gerombolan ini tidak menimbulkan ancaman, tetapi sewaktu-waktu menjadi militant membawa bendera Mao, Fidel Castro,Che Guevara hingga Herbert Marcuse. Mereka melakukan aksi unjuk rasa menentang pemerintahnya.

Prinsip yang mereka anut ialah anti perang, anti kapitalisme, anti individualisme, anti wajib militer.  Mereka menyerukan semangat saling mencintai, perdamaian, hingga prinsip kemanusiaan. Mereka menukarkan lambang negara mereka dengan bunga.  Mereka mengidolakan John Lennon dan Yoko Ono, Mia Farrow dan sebagainya. Gerakan ini tidak didorong oleh kekurangan uang.

Demikian gambaran, wartawan Pikiran Rakjat Ahmad Saelan menuliskan laporannya ketika berkunjung ke Jerman Barat pada 2 Oktober 1969 tentang apa yang disebut hippies.  Kelompok ini melakukan tindakan anti sosial seperti pergaulan bebas hingga pemakaian mariyuana, melakukan pemutusan hubungan dengan keluarga.

Saelan mempertanyakan mengapa gerakan ini muncul di negara-negara yang sudah mapan yang mampu memberikan kebutuhan dasar pada warganya.  Dia melihat gerakan Hipies merupakan gerakan penuh kontradiksi.

 "Mengapa berteriak kemanusiaan tetapi melakukan hal yang bukan kemanusiaan seperti melakukan seks bebas dan memutuskan hubungan dengan keluarga mereka? Mereka mengatakan anti kekerasan tetapi mereka meneriakan revolusi untuk membentuk masyarakat sosialistis dan komunis, padahal revolusi merupakan jalan yang penuh pertengkaran dan peperangan?" Saya tidak bisa membayangkan seperti apa masa depan masyarakat Eropa?"  tulis Saelan.

Tulisan Ahmad Saelan yang tidak secara sengaja saya ditemukan dalam penulusuran sejarah Bandung di Pikiran Rakyat membuat saya ingin tahu terhadap gerakan ini dan mencari referensi lain sebagai catatan awal. Menurut saya gerakan hippies adalah bagian dari gerakan kiri baru dan anti kemapanan dan di Indonesia baru  menunjukkan pengaruhnya pada dekade 1970-an. Tapi itu nanti saya pelajari.

Faktanya memang sejak awal 1960-an hingga awal 1970-an di Amerika Serikat, Kanada, serta Eropa Barat muncul gerakan anak muda yang mengusung apa yang disebut "counterculture" atau budaya tandingan.

Menurut Fred Frommer, editor Brittanica dalam tulisannya yang diupdate pada 24 Oktober 2024 gerakan ini memang menolak adat istiadat konvensional dan otoritas tradisional.  Yang menjadi masalah ialah mereka mengekspresikan aspirasi  dalam aktivitas gaya hidup seperti penggunaan narkoba dan seks bebas, namun ada yang positif seperti  menjadikan musik rakyat dan rock sebagai pilihan. 

Psikolog Amerika Serikat  Timothy Leary pada 1967 di sebuah pertemuan yang dihaddiri tiga puluh ribu kaum hippies di Golen Gate Park di San Fransico  mencetuskan frasa apa yang disebut sebagai "turn on, turn in, drop out".

Pidatonya memberikan pengaruh untuk mendorong kaum muda untuk tidak hormat terhadap otoritas dan mendukung penggunaan LSD atau obat-obatan psikoaktif untuk melakukan budaya tandingan.

Presiden AS Richard Nixon menyebut  Leary sebagai "orang paling berbahaya di Amerika." Namun gerakan budaya tandingan terus merebak di era itu dengan hadirnya seniman Andy Wahrol.

Aksi unjuk rasa anti perang pada 1969 di Washington, D.C melibatkan lima ratus ribu orang merupakan puncak dari gerakan budaya tandingan di Amerika Serikat.

Hippies adalah bagian dari gerakan budaya tandingan. Menurut Frommer hippies adalah reaksi kaum muda kulit putih yang merasa terasing dari gaya hidup orangtua mereka yang mereka anggap terlalu materialistis dan konsumerisme.

Menurut Frommer ciri khas hippies ialah mengenakan pakaian warna-warni dan sandal. Mereka tidak suka bekerja tetap, menjalankan diet vegetarian, tidak mau terikat perkawinan dan berkelana ke seluruh negeri, terkadang menggunakan minibus volkswagen yang waktu itu disebut sebagai bus hippies. 

Laki-laki kerap memelihara rambut panjang dengan janggut yang tumbuh lebat dan perempuannya mengenakan hotpant dengan baju berhias dahan kayu dan dedaunan.

Pada 1967 musisi Scott McKenzie merilis lagu "San Fransisco: dengan tepat menggambarkan apa yang terjadi kalangan muda awal 1960-an, terutama di Distrik Haight-Ashbury.   Jika Anda datang ke San Fransisco kenakan bunga di rambut.  Bunga dan baju beragam etnik adalah simbol kaum hippies.  Baca: Suatu Hari di Jalan Ashbury 

Kalau disimak lagu San Fransico menyebut pengunjung akan bertemu orang-orang yang ramah dengan bunga di rambut mereka. Musim panas merupakan musim yang penuh cinta. Hal ini mengacu pada kaum hippies.

Sejumlah penelitian menunjukkan sub budaya hippies ini memang bermula dari San Fransisco pada pertengahan 1960-an dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Hippies sendiri berasal dari kata hipster artinya orang yang suka berpetualang. Nafisatul Lutfi dalam artikelnya bertajuk "The Hippies Identity in The 1960s and Its Aftermath" dalam Jurnal Rubikon Volume 2, Number 1 Februari 2015 mendefisikan hippies sebagai mereka yang rela meninggalkan hidup nyaman dan mapan dan memilih kehidupan sederhana, perdebasan dan alami.

Mereka mendobrak sekat-sekat rasial, kebangsaan, perbedaan gender, hinga terkait dengan vegetarian, nudis, menyukai pengobatan alami hingga kekebasan bagi anak-anak, perempuan bahkan binatang.

Hippies adalah reaksi terhadap era di Amerika 1950-an yang disebut sebagai era kelimpahan, di mana jumlah warga yang menjadi kelas menengah lebih.  Amerika Serikat menjadi makmur karena Perang Dunia ke Dua tidak dirasakan di negerinya, sementara Eropa justru bergantung pada AS sebagai salah satu faktornya.

Ironisnya banyak dan ironisnya kaum hippies justru berasal dari kelas ini.  Perang Dingin, ancaman perang nuklir menjadi kekhawatiran bagi kaum muda.  Perang Vietnam merupakan sasaran protes mereka.   Hippies muncul bersamaan dengan gerakan sipil terkait rasialisme terhadap kaum kulit hitam pada era 1960-an. 

Terlepas dari soal moralitas yang kontroversial, hippies adalah reaksi terhadap zaman di negara-negara Barat yang mapan, jadi tidak muncul begitu saja.  Bagi saya film "Across The Universe" yang pernah saya tulis adalah gambaran yang tepat tentang komunitas ini.

Baca: Catatan Pribadi: Review The Across Universe, Cinta Lawan Perang.

Oh, ya entah apa kata Ahmad Saelan kalau melihat masyarakat Eropa (juga Amerika Serikat)  sekarang, apakah mengalami kerusakan atau baik-baik saja?   Anda bisa menilai sendiri. Tetapi apa yang dia kemukakan tetap menarik sebagai fenomena dalam sejarah sosial budaya  dunia.

Irvan Sjafari

 

Foto: https://nikhilkamath499.medium.com/the-hippie-movement-6383fe720cf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun