Pertanian hidroponik tampaknya bakal menjadi tren di perkotaan sejalan dengan urbanisasi dengan cepat. Â Bank Dunia (World Bank) mengungkapkan saat ini lebih dari separuh populasi manusia di dunia atau sekira 4,4 miliar bermukim di perkotaan. Â Pada 2050 diproyeksikan sekira 70 persen dari penduduk dunia tinggal di kota.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan penduduk perkotaan terjadi di wilayah Afrika, Asia Selatan dan negara berkembang. Mereka mencari peluang ekonomi atau melarikan diri dari konflik hingga imbas dari perubahan iklim.
Baca: The Future is Urban
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan bagaimana menghadirkan sistem pangan lokal untuk memberi makan penduduk di perkotaan. Sementara lahan di perkotaan semakin langka dan untuk itu diperlukan sistem pertanian yang efsien. Â Sistem pertanian hidroponik dilirik sebagai pertanian masa depan.
Tantangannya pertanian masa depan bukan saja soal ketahanan pangan, tetapi juga tamannya adalah penyerap karbon yang ditimbulkan dari transportasi-terutama jika kendaraan berbahan bakar fosil masih menjadi dominan.
Salah satu kota di dunia yang sudah menjadi hidroponik bagi ketahanan pangannya adalah Chicago di Amerika Serikat, di mana terdapat ratusan pertanian dan perkebunan kota.  Bahkan ada yang dikelola oleh industri seperti di Bedford Park  yang mempunyai luas sekitar 30 ribu meter persegi dengan dukungan teknologi.
Pertanian hidroponik didukung oleh Chicago Urban Agriculture Mapping Project  yang membawahi  821 lokasi penanaman di seluruh kota, termasuk kebun komunitas, sekolah hingga pertanian di balkon dan atap bangunan.
Salah satu kelebihan sistem pertanian hidroponik ialah kemampuannya untuk menghemat air. Â Hidroponik bisa menghemat hingga 90 persen air dibanding pertanian tradisional dan cocok di daerah kering selama musim kemarau seperti di sejumlah negara Afrika.
Sistem pertanian ini juga dapat melindungi tanaman dari ketergantungan bahan kimia berbahaya hingga mendorong praktik pertanian berkelanjutan. Seperti halnya urban farming, sistem pertanian hidroponik mempunyai keuntungan ekonomis yaitu dekat dengan konsumen karena rantai pasok dipotong. Â
Pertanian sistem hidroponik juga menciptakan peluang kerja baru.  Apalagi penyediaan pangan seperti halnya air di masa mendatang akan lebih dibutuhkan  terkait dengan pertambahan populasi. Jadi semakin banyak titik urban farming maka makin kuat ketahanan pangan di perkotaan.
Baca: Hydroponics the future of urban farming Â
Kelebihan sistem pertanian hidroponik rupanya disadari sejumlah pihak di Kota Bandung. Di antaranya PT Pos Indonesia memberikan pelatihan wirausaha hidroponik kepada karyawan yang akan pensiun di kawasan Maribaya, Lembang pada 11 dan 12 Desember 2024.
Salah seorang pembicaraKetua Bidang IX, HIPMI Kota Bandung Ganjar Hidayat menyampaikan pertanian media hidroponik tidak memerlukan lahan luas.
Media hidroponik sangat efisien dalam menggunakan ruang  karena bisa bertingkat, dalam satu meter persegi, tergantung pada jenis rak bertingkat yang digunakan.
Ganjar mencontohkan, misalnya, rak 3 tingkat membutuhkan tinggi plafon minimal 2,5 meter. Maka dengan area satu  meter persegi, rata-rata bisa menampung 20-30 tanaman per tingkat, sehingga jika bertingkat 3, bisa mencapai 60-90 tanaman per meter persegi.
Hidroponik menggunakan lebih sedikit air dibandingkan pertanian tradisional karena airnya bersirkulasi. Selain itu pertanian jenis ini bisa dilakukan di atap bangunan,
Tanaman yang disa ditanam dengan Hidroponik, antara lain sayuran Daun seperti Selada, bayam, kangkung, sawi, pakcoy, tanaman berbuah seperti  tomat, cabai, paprika, terong, stroberi, melon mini hingga tanaman herbal seperti basil, mint, oregano, parsley.
Tanaman sayuran berkisar antara 3 hingga 4 minggu, sementara tanaman yang berbuah berkisar 8-10 minggu dan tanaman herbal 3-5 minggu dan dapat terus dipanen dengan memotong daunnya.
Secara ekonomis, bisnis rumahan (Skala Kecil) mulai dapat dimulai  dengan 10-20 rak hidroponik untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga atau pasar kecil.
Sementara untuk skala komersial (Skala Menengah) dibutuhkan  50-100 rak untuk memasok restoran, kafe, atau pasar lokal. Namun jika ingin skala besar atau industri memang dibutuhkan atusan hingga ribuan meter persegi dengan sistem greenhouse untuk memenuhi permintaan supermarket atau ekspor. Margin keuntungan bisa mencapai 20 hingga 30 persen per siklus panen.
"Hidroponik memungkinkan diversifikasi produk, seperti salad bowl siap makan, paket tanaman herbal segar, atau bahkan edukasi pertanian urban untuk sekolah dan komunitas," ujar Ganjar kepada saya, 17 Desember 2024.
Dia mengungkapkan adanya  kebijakan makan bergizi gratis ini memberikan peluang besar bagi pemilik usaha hidroponik untuk berkontribusi.
Berikut adalah beberapa alasan dan langkah strategis untuk menyesuaikan panen agar lebih sering dan mendukung kebijakan ini terutama dalam penyediaan sayuran segar.
Hidroponik bisa dibuat ramah lingkungan dengan memanfaatkan pupuk organik dari kompos hasil pemilahan sampah. Meskipun sistem hidroponik umumnya menggunakan nutrisi sintetis, pendekatan organik dapat diterapkan dengan beberapa penyesuaian.
Pupuk organik yang bisa digunakan antara lain kompos dari sampah organik seperti sisa makanan, daun, atau limbah dapur bisa diolah menjadi larutan kaya nutrisi yang disebut compost tea. Cairan ini dapat digunakan sebagai pengganti nutrisi hidroponik sintetis.
Selain itu bisa digunakan  air bekas  cucian beras mengandung karbohidrat yang baik untuk bakteri menguntungkan di sistem hidroponik.
Sistem hidroponik merupakan sistem reusable, seperti menggunakan instalasi yang terbuat dari bahan tahan lama seperti bambu atau pipa daur ulang untuk mengurangi limbah plastik.
Dia juga bisa berkolaborasi dengan Sistem Akuaponik, menggabungkan hidroponik dengan akuakultur (budi daya ikan). Limbah dari ikan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman, menciptakan sistem siklus tertutup yang lebih berkelanjutan.
Pada akhirnya pertanian hidroponik berpotensi selaras dengan programm Buruan SAE di Bandung, memperkuat ketahanan  pangan.
Hidroponik bisa menjadi bagian integral dari program ketahanan pangan dan pengelolaan sampah kota Bandung. Pemerintah dapat memfasilitasi kolaborasi antara komunitas hidroponik, program Buruan SAE, dan Kang Pisman.
"Bisnis hidroponik di Bandung mengalami pertumbuhan yang cukup baik seiring dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap gaya hidup sehat dan kebutuhan akan produk pangan lokal. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan ini," ungkap Ganjar.
Jika dikembangkan dengan baik, Bandung tidak hanya mandiri dalam pasokan lokal, tetapi juga bisa menjadi pusat produksi hidroponik untuk ekspor sayuran segar berkualitas.
Irvan Sjafari
Â
Sumber Foto:
https://birokratmenulis.org/buruan-sae-inovasi-urban-farming-dari-bandung/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H