Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Makan Bergizi Gratis Rp10.000, Apa Mungkin?

7 Desember 2024   17:00 Diperbarui: 7 Desember 2024   17:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simulasi makan siang gratis. Sumber Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO  

Secara pribadi saya termasuk memberikan apresiasi terhadap program makan siang gratis yang kemudian menjadi program Makan Bergizi Gratis.  Apalagi anggaran yang dijanjikan pemerintah Presiden Prabowo Subiano pada awalnya  Rp15.000 per anak setidaknya akan memberikan dampak bermanfaat bagi dua pihak.

Pertama anak itu  sendiri mendapatkan makanan bergizi dan kedua UKM seperti Warung Tegal jika dilibatkan dalam program ini akan mendongkrak pendapatan mereka karena meluasnya basis pasar.  

Sebagai orang yang makan di warung nasi rakyat dengan Rp15.000 bisa mendapatkan nasi dengan sepotong ikan tongkol, daging cincang, udang plus sayur bayem, sayur asem, sayur kacang panjang.  Kalau nasi, sayur dengan sepotong ayam atau sepotong daging rendang  bisa mencapai Rp18.000.

Harga itu bisa ditekan ke Rp15.000 kalau jumlah yang dipesan cukup besar. Karena nasi ayam geprek dengan lalapan ada yang menjual Rp15.000. Bahkan ada rumah makan Padang serba Rp13.000 dengan ayam, daging cincang, kecuali rendang Rp15.000.

Sekalipun dalam hati kecil saya punya pertanyaan bagaimana dengan limbah yang akan ditimbulkan kalau dengan cara dipesan? Apakah makanan itu akan dikirim dengan styrofoam atau memakai bahan yang ramah lingkungan. Kalau yang terakhir biaya pemaketan akan lebih mahal tetapi imbas lingkungannya lebih kecil.

Nah, pertanyaan muncul ketika Presiden Prabowo Subianto menyampaikan revisi bahwa anggaran begrizi gratis itu  hanya Rp10.000 per anak/ ibu hamil per hari.  Keputusan ini dinyatakan pada 29 November 2024  Baca: Anggaran Makan Bergizi Gratis Jadi Rp10.00, Dapat Apa Saja?  Kompas 1 Desember 2024

Bagaimana reaksi Warung Tegal yang awalnya memberikan harapan tinggi terhadap program itu, karena berpotensi omzet mereka? Ketua Koperasi Warung Tegal Nusantara Mukroni yang waktu September lalu menjawab pertanyaan saya melalui Whatsapp pada 7 Desember 2024  bahwa penurunan anggaran makan bergizi gratis dari Rp15 ribu menjadi Rp10 ribu memberikan berapa pertanyaan.

Pertama apakah dengan jumlah Rp10 ribu dapat memenuhi kebutuhan gizi harian? Dengan Rp10.000 maka variasi menu pun akan terbatas, sementara harga makanan semakin meningkat. Apalagi paket makanan itu bukan karbohidart tetapi juga protein, sayuran dan buah-buahan.

Lembaga yang bergerak di bidang gizi dan pendidikan melihat bahwa anggaran sebesar itu dapat membatasi variasi menu dan akses terhadap sumber gizi utama seperti protein, sayuran, dan buah-buahan. Persoalan lain yang menunggu ialah harga bahan makanan yang terus meningkat.

Dengan Rp10.000,  warteg memberikan  Pertama, nasi setengah porsi, oreg tempe dan kerang balado. Opsi kedua, nasi setengah porsi, usus ayam, teri balado atau nasi satu porsi dengan sayur," ungkap Mukroni.

Baiklah, saya mendatangi sejumlah warung nasi tempat saya biasa makan di kawasan Cinere, Depok.  Franki, seorang karyawan Warteg  di pinggir jalan Cinere Raya menyatakan Rp10.000 itu hanya satu porsi nasi dengan satu lauk, misalnya nasi rawon atau nasi udang.  Sementara satu porsi dengan sayur Rp8.000.  

Saya sendiri biasa makan di sana  Rp13.000, seporsi nasi dengan sayur sop dan telur balado atau  seporsi nasi dengan sepotong tongkol. Kalau dari segi gizi cukup walau tanpa buah.

Di Mal Cinere Lantai Atas ada Ibu Ami, sebuah pemilik warung nasi binaan UMKM Depok menjual seporsi nasi, lauk dan sayur Rp12.000. Lauknya itu berupa suir ikan tongkol, potongan-potongan kecil cumi atau potongan ati-ampla.  Sementara sayurnyatumis  toge, kadang sop atau campuran bihun.

"Nggak mungkin Rp10.000. Kalau nasi dengan sayur saja bisa atau itu harga sepiring mi instan dengan telur seporsi," ujar dia, seraya mengatakan harga bahan makanan mahal.

Namun kata Ibu Omi, yang mempunyai warung nasi sebelah mal menjawab Rp10.000 bisa dengan hitungan katering dengan jumlah yang besar. Dengan Rp10.000, bisa dapat nasi, sayur, dengan dua pilihan lauk, telur atau ikan tongkol atau ikan cuek. Jumlahnya paling tidak 50 porsi.  Di samping usaha rumah makan, Ibu Omi memang juga usaha katering.  Dia bisa buat harga nasi, sepotong ayam dan sayur Rp15.000.

Salah satu menu makanan saya di sebuah warteg kawasan Cinere, seharga Rp13.000-Foto: Dokumentasi PribadiI
Salah satu menu makanan saya di sebuah warteg kawasan Cinere, seharga Rp13.000-Foto: Dokumentasi PribadiI

Dari hasil survei dan pengalaman saya makan di warung nasi besar kemungkinan paket makan siang bergizi gratis itu tidak dilakukan melalui pesanan dari pihak ketiga karena biayanya bisa lebih besar.

Misalnya begini, sebuah sekolah mempunyai kebun sayur atau mendatangkan sayur yang dikelola dengan cara urban farming (yang makin menjamur di kota seperti Bandung dan Yogyakarta), juga urban farming  lele dengan ember, pertenakan ayam skala kecil yang tersedia di sekitar. Kemudian dimasak di suatu tempat dan didisribusikan ke sekolah. Begitu juga buah-buahannya hingga memangkas ongkos transportasi. 

Saya pernah menulis soal SMPN 2 Bandung yang mampu mengelola kebun sayur untuk kebutuhan sekolahnya sendiri dengan cara ramah lingkungan pupuk kompos pula. Baca: Bawa Bekal atau Jajan, Siswa Wajib Bawa Misting dan Tumbler.  

Economics of Scale

Peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama mengatakan program itu  dimungkinkan, jika pembuatan makanannya dalam skala besar. 

Kemungkinan pada pelaksanaannya akan terbatas variasi menunya. Dimungkinkan menggunakan bahan pangan lokal, apalagi jika harganya memang bisa lebih murah.

Anggaran yang lebih rendah memberikan beberapa tantangan di antaranya bagaimana agar dengan anggaran rendah dapat membuat makanan dengan kompisisi gizi terpenuhi dan bukan hanya kenyang.

"Tantangan lain ialah  sistem pembuatan makanannya untuk mencapai economics of scale supaya anggaran Rp10 ribu cukup, dan magnitude dampak bergandanya apakah bisa seperti yang direncanakan di awal," paparnya ketika saya hubungi 7 Desember 2024.

Sementara Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana  menyatakan alokasi anggaran sepuluh ribu rupiah itu sudah melalui uji coba di Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi sejak Januari 2024.

Uji coba ini melibatkan tiga ribu pelajar dan 20 sekolah berbagai jenjang. Nah, pada praktiknya anggaran itu tidak digunakan membeli paket makanan jadi, tetapi untuk membeli bahan baku dan dimasak di lokasi.  Masyarakat atau katering lokal dilibatkan. Jadi tetap ada aspek pemberdayaannya.    Hasil uji coba alokasi itu cukup untuk membuat makanan gizi seimbang, mulai karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan sebagainya.

Baca: Program Makanan Bergizi Gratis Rp10.000, Kepala BGN: Seimbang Kalori, Kompas Edisi  1 Desember 2024. 

Nah, pertanyaannya apakah setiap daerah mempunyai ketersedian bahan baku lokal, dengan kandungan karbohidrat,  protein, vitamin dan mineral yang seimbang? Apakah setiap sekolah punya tempat memasak (atau bisa pada satu titik) cukup memadai?  Perlu dilihat bagaimana praktik ini berjalan pada Januari 2025  mendatang. Tetapi bagi saya sendiri program ini menarik, apalagi disebutkan sudah jalan di berbagai negara.

Irvan Sjafari  

Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO  https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/02/29/simulasi-makan-siang-gratis-smpn-2-curug-jadi-bahan-belanja-masalah-pemerintah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun