Alkisah di Kaledonia Baru awal abad 20, seorang supervisor pembuat jalan berkabangsaan Prancis meminta pegawainya orang Jawa membawakan batu-batu kecil: Toi Va Chercher Caillou pour faire La Route . Â Namun telinga orang Jawa itu malah membawakan kayu. Vala kayou patrong. Â
Rupanya telinga pegawai orang menangkap perintah majikannya  caillou berarti batu kerikil sebagai kayu. Tidak heran mengeja voila sebagai vala dan patron sebagai patron, dan kayu dibuat dengan bahasa Prancis sekenanya.
Di tempat lain seorang ibu rumah tangga Prancis meminta pembantu rumah tangganya seorang Jawa mengambil topi. Dalam bahasa Prancis topi adalah chapeau. Tetapi telinga pembantunya adalah sapu dan dibawakan sapu.
Anekdot ini ada dalam buku L'immingration Javanaise en Nouvelle-Caledonie 1896-1950 yang ditulis Fridayanti Muljono Larue. Buku ini tidak terlalu tebal bercerita tentang terbentuknya komunitas Orang Jawa di jajahan Prancis terakhir itu saya pinjam dari CCF baca pada 12 Mei  2008 dan catatannya ada di diary saya.
Orang Jawa yang pertama datang berjumlah 170 orang berangkat pada 16 Februari 1896 dengan kapla Saint Louis. Tiba di Noumea 28 Juni 1896. Â Kedatangan ini kedatangan imigran lainnya melalui sindikat dan di antaranya ada pasangan menikah.
Pada 1899 menurut Administrasi Prancis yang dikutip buku itu (lihat Tabel)  penduduk  Kaledonia sal Jawa berjumlah 215 bekerja di sektor pertanian domestik (pembantu rumah tangga). Pada 1907 datang 809 orang Jawa termasuk anak-anak dan remaja  hingga populasinya di atas seribu jiwa.
Dari buku itu terungkap upah minimum setiap bulan 12 florin untuk laki-laki dan 6 florin untuk perempuan.  Keberadaan orang Jawa di Kaledonia Baru ini disinggung di Harian Sinpo edisi 20 Mei 1949, di antaranya pada 1903 upah disediakan 9 franc per bulan. Namu nada juga mendapat upah 15-20 franc per bulan bergantung usia pekerja.
Saya juga membaca lampiran Soerat Kawin tertanggal  29 Juli 1950 menyebutkan penghulunya M. Achmad Dahlan menikahkan seorang pria bernama  Boedjari dengan seorang perempuan bernama Manisan dengan mas kawin 50 franc.  Itu artinya di antara imigran Jawa ini kebanyaan  penganut Islam, namun ada yang Katolik.
Ketika merilis catatan ini di Kompasiana, saya mencari sumber lain di:Â Histoire Javanaise Nouvelle CaledonieÂ