"Aku yakin bisa Kang Syafri," peluknya.
"Nanti yang jadi dosen siapa? Apa orang Belanda seperti di  Fakultas Teknik dan bahasa pengantarnya Belanda?" ujar Maria.
"Untung anjeun bisa Bahasa Belanda, kan punya Kakak lulusan Ekonomi Rotterdam," kata Widy.
"Wah, You bisa Bahasa Belanda dengan baik?" puji Hein pada Maria.
"Ik Spreek Nederlands Meneer, " ucap Maria tersenyum.
Angga dan Hein mengajak mereka sarapan pagi di sebuah toko roti di kawasan Jalan Merdeka setelah mendaftar. Setelah mereka segera berpisah, karena Angga dan Hein harus kembali ke kantor.
"Siapa yang kira-kira yang nanti jadi rektornya?" Paramitha membuka percakapan.
"Iwa Kusumasumantri," jawab Syafri. "Aku pernah ikut jumpa pers ketika  Iwa jadi Menteri Pertahanan zaman Ali Sastroamidjojo. Lulusan OSVIA kalau tidak salah. Dari kalangan menak."
"Bagus kalau begitu, orang yang tepat," kata Angga. "Waktu Revolusi dia dekat Tan Malaka. Ini yang menarik."
"Meskipun demikian  aku kira dia bukan orang berideologi kiri. Kalaupun dia ditahan waktu 3 Juli 1947, Muhammad Yakin juga ikut ditahan bersama Ahmad Subardjo," timpal Syafri.
"Papa juga tahu dia. Â Kan pernah belajar di Leiden," sela Hein sambil mengunyah roti keju.