Secara sinematografi Lutung Kasarung versi 1983 tidak terlalu menarik. Film ini menonjolkan adegan laga seperti film Indonesia 1980-an dan penampilan fisik Johan Saimima dan Avent Christie sebangun dengan Barry Prima dan Advent Bangun (juga Geroge Rudy) termasuk gaya rambut yang gondrong. Juga adegan duel pamungkas mereka di akhir cerita.
Selain itu Indrajaya digambarkan sebagai tokoh yang mata keranjang dan menganggu Purbasari, namun Purbararang justru mengira Purbasari yang menganggu suaminya. Saya ragu apakah pakem aslinya juga seperti itu. Adanya adegan ranjang antara Purbararang dan Indrajaya justru merusak cerita karena seharusnya cerita Lutung Kasarung bisa ditonton mereka yang di bawah 17 tahun.
Tiga film dari tiga zaman berbeda ini menceritakan hal yang sama kekuasaan zalim akan jatuh oleh kebijaksanaan. Namun yang menarik cerita rakyat Sunda ini tidak mempersoalkan perempuan menjadi raja. Sunan Ambu juga menjadi pemimpin di Kahyangan, seorang perempuan.
Â
Lutung Kasarung dalam Balutan Budaya Pop
Selain versi film ada versi Drama Musikal Lutung Kasarung yang digarap almarhum Didi Petet dan versi lain ada tabahan tokoh dukun perempuan tukang sihir bernama Ni Ronde seperti versi Iklan Sirup Marjan.
Drama Musikal Lutung Kasarung yang saya tonton 28 Desember 2011 jam 14.00 di Sabuga merupakan hibrida budaya Sunda dengan budaya modern tanpa meninggalkan pakem dasar. Musiknya merupakan campuran musik tradisional Sunda, tetapi ada jazz, rock dan nge-beat. Begitu juga koreagrafinya keren.
Dalam versi drama musikal Purbararang tidak terlalu jahat sebeutlnya, tetapi dia dihasut suaminya Indrajaya untuk merebut tahta Pasir Batang dari Purbasari, pewaris yang sah. Dia hanya arogan.
Pemeran Purbararang adalah Astri Hapsari, saya tidak tahu siapa dia waktu itu. Tetapi aktingnya paling baik di antara semua pemain bahkan lebih bagus dari Purbararang yang diperankan Erna Santoso ketika main film Lutung Kasarung versi 1983. Namun pemeran Purbasari punya suara bagus, tetapi aktingnya biasa saja.
Drama Musikal ini dengan rapi menyindir soal kolusi dan korupsi ketika Purbararang memerintah benar-benar kontekstual, bahkan juga menyindir keberadaan infotainment. Dalam ceritanya Purbasari didukung Lutung Kasarung atas permintaan rakyat melakukan perlawanan menumbangkan rezim Purbararang.Â