"Nggak lah masih James Dean, seperti Kang Syafri, ini yang memilih film Rinitje dan Hein, kita mah nurut," jawab Widy."Katanya 'The Power and The Prize' bagus."
"Aku sudah bayar biaya kuliah di Unpad, September mendatang kamu mulai kuliah, termasuk mahasiswa pertama di Unpad," bisik Syafri.
"Hatur nuhun," kata Widy menjijir dan mencium pipi Syafri.
"Waah, kamu ingin istri kamu pintar ya?" celetuk Yoga rupanya mendengar.
"Harus begitu," jawab Syafri.
Angga, Utari, Hein, Rinitje, Syafri, Widy, Yoga dan Paramitha memasuki gedung bioskop. Hari menunjukkan pukul 19.30 jam yang cukup ramai. Â Namun di tengah pertunjukkan Yoga mengantuk dan akhirnya tertidur. Di sebelahnya Paramitha hanya tersenyum lalu membisiki Angga.
"Maklum dia suka film cowboy," timpal Angga.
Sebaliknya Syafri kewalahan didebat oleh Widy. Â Rupanya dia tidak suka tokoh Bos bernama George Salt karena Clift Barton tunangan keponakannya yang dipersiapkan untuk mewarisi perusahaannya justru jatuh hati pada seorang pengungsi Austria mantan tahanan Kamp Konsentrasi Nazi bernama Linka.
"Cinta itu tidak boleh maksa. Cinta itu tidak boleh dikaitkan dengan bisnis?" sengit Widy. "Itu juga keponakannya sebagai perempuan tidak punya sikap."
Syafri hanya tersenyum. "Apa bedanya dengan perkawinan politik zaman kerajaan?"
Cerita pun bergulir tokoh Linka dituduh pelacur sebagai agen komunis.