"Kamu mengharapkan perempuan atau laki-laki?" tanya perempuan itu.
"Apa saja . Tidak penting Adik Ningsih," kata Henry.
"Jadi kapan kalian menikah?" tanya temannya.
"Memang penting?" ucap Ningsih. "Bapak dan ibukku nggak peduli."
Keempatnya tertawa. Â
"Ntar sudah lahiran paling mereka nurut. Untung Bapakku bukan orang NU atau Muhammadiyah. Hanya dia mantan pejuang," tutur Ningsih santai.
Syafri dan Widy yang duduk dekat mereka tidak ikut campur. Begitu teman-temannya selesai. Â Syafri membawa dua bungkus Sate Padang untuk orangtua Widy dan Kintan yang pasti nagih oleh-oleh.
"Uda Daus bagaimana sudah sembuh dari influenzanya? Untuk geng kita tidak ada yang kena?"
"Sudah Kang Angga," jawab Syafri. "Ya, syukurlah. Kita bisa menjaga kesehatan dengan baik."
"Sampai saat ini," kata Utari.
Mereka pulang diantar Angga (Bersambung)