diary hingga mendapat manfaat lain sudah saya tulis tahun lalu.Â
Testimoni apa lagi nih tentang Kompasiana? Kalau terkait manfaat saya nge-blog di Kompasiana  yang tadinya tidak punya ekspetasi apa-apa yang berawal dari mengumpulkan hasil riset di perpustakaan nasional dan penggantiIntinya saya surprise bahwa tulisan saya jadi referensi sejumlah tulisan ilmiah terutama sejarah dan resensi musik-film, kemudian terlibat dalam berapa komunitas dapat teman baru.
Yang belum kalau sesama kompasianer yang menarik bagi saya siapa sih? Â Kalau saya sih berdasarkan apakah tulisan itu memberikan data dan gambaran sesuatu hal yang fokus hingga layak jadi referensi penelitian. Ada berapa sih, tetapi saya kasih contoh hanya satu.
Bagi saya  tulisan staf pengajar Universitas Indraprasta Syarif Yunus layak dijadikan kajian sosiologi tentang pendidikan alternatif dari akar rumput.  Syafri sendiri konsisten mencatat kiprah Taman Bacaan Masyarakat Lentera Pustaka (TBM) di kawasan Bogor, hingga menjadi referensi bagi mereka yang ingin meneliti soal literasi di kalangan masyarakat desa. Dari hampir 4.000 tulisannya sebagian tentang TBM Lentera Pustaka, saya berikan contoh  di catatan kaki  (1).
Dari sejumlah tulisan tampak bahwa TBM Taman Bacaan Lentera Pustaka  yang terletak di kaki Gunung Salak bukan hanya sekadar tempat membaca, tetapi juga memberdayakan masyarakat marjinal .
Taman bacaan juga menggelar berbagai event dan didukung oleh sejumlah relawan. Â Luar biasa, harusnya menjadi inpirasi bagi perpustakaan pemerintah kalau ingin meningkatkan tingkat literasi masyarakat.Â
Mengapa tulisan Syafri Yunus penting? Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat  pada 2023 memberikan angka Indeks Pembanguanan Literasi Masyarakat untuk Kabupaten Bogor di angka 38, 1900 dan Kota Bogor 52,000. Â
Jauh sekali dibandingkan Kota Depok 74, 4400, Kota Sukabumi 82,1500, Kota Bandung 75,7000. Â Hanya tiga daerah yang angkanya di bawah 40, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Cianjur.
Bagaimana tingkat pengunjung perpustakaan per hari, oh menyedihkan. Kabupaten Bogor mencatat angka 0,0544. Ketercukupan Koleksi Tenaga perpustakaan di Kabupaten Bogor 0,0876.Â
Nah, dari angka-angka itu kehadiran TBM Lentera Pustaka bak oase, apalagi muncul dari akar rumput dan setahu saya perpustakaan kecil yang punya gerakan literasi bagus berikutnya adalah yang dikelola Yayasan Alang-alang di Ciawi Bogor.
TBM Lentera Pustaka menarik bagi saya untuk  jadi bahan head to head dengan gerakan literasi akar rumput di daerah lain, yang luput mendapat perhatian.  Seharusnya yang seperti ini mendapatkan perhatian dari  pemerintah atau CSR minimal untuk bantuan buku dan bacaan. Saya suka Syafri Yunus mau didebat.Â
Percayalah kawan-kawan, asal konsisten dan berani didebat tulisan di blog akan dapat apresiasi dari orang lain. Datangnya juga mengejutkan. Â Saya yakin sudah banyak dijadikan tulisan kompasianer yang dijadikan rujukan.Â
KOMiK
Kalau dari Komunitas ya, KOMiK, komunitas film yang dikomandoi Dewi Puspasari yang saya suka panggil Ibu Ketua menurut saya komunitas yang paling agresif dan aktif, yang membuat saya tertarik bergabung. Kemampuan anggotanya mengulas film merata.
Paling tidak  sudah bisa membuat film pendek "Ngidam" dan tinggal waktunya saja orang-orang dari komunitas ini jadi sineas Indonesia yang sejajar dengan nama besra ada yang sekarang.
Ibaratnya bukan saja sudah sekadar menulis review film, beberapa di antara kawan-kawan saya sudah mampu menjadi kritikus. Tinggal dikasih skill menulis skenario, sinematografi dasar dan hal teknis.Â
Film yang dibahas juga luas bukan hanya film Hollywood dan Indonesia yang populer di bioskop, tetapi juga dari negara lain. Kemajuannya pesat.Â
Event nonton bersamanya juga hampir setiap bulan ada. Tetapi memang kalau mau buat komunitas yang kuat harus ada motor yang kreatif dan rela berkorban. Dampaknya sangat luas.Â
Saya yakin suatu ketika akan ada yang meneliti tentang KOMiK.Â
2024 Bergeser  Lingkungan Hidup
Nah, saya sendiri agak berkurang menulis film karena minat saya mengalami perubahan besar sejak pertengahan 2022, berawal dari media Koridor ketika ditawari pegang rubrik Lingkungan Hidup, yang sebetulnya sudah saya minati sejak 2000.Â
Fokus di sana membuat saya tersentak ketika mengetahui bahwa masalah lingkungan adalah hal serius. Masalah emisi karbon dampaknya sangat luas pada masa depan. Yang terkena imbasnya adalah generasi milenial, generasi Z dan generasi alpha. Pantas generasi ini terutama di Eropa dipelopori antara lain Greta Thunberg menjadi sangat galak, mereka yang menderita.
Jika permukaan air laut naik, air bersih menjadi langka, diikuti pangan, suhu makin panas, akankah manusia punah? Kata kawan saya yang aktivis lingkungan punah sih tidak, menderita iya.Â
Jangan lupa transmigrasi ke planet lain yang punya daya dukung kehidupan seperti di Bumi sampai saat ini hanya ada dalam fiksi. Dan salah satu orang yang berfantasi adalah saya di karya fiksi di Kompasiana.  Fokus saya di lingkungan Hidup ketika pindah kerja media. Dan kemudian akhirnya menular ketika ngeblog  ke Kompasiana.
Sejak 2024 memang sekira 40 persen tulisan saya menyorot  lingkungan hidup di berbagai rubrik, terutama nature bahkan di karya fiksi pun dikaitkan dengan lingkungan hidup, bahkan di event lomba. Soal kalah atau menang bukan persoalan bagi saya.
Kalau saya jadi bergabung untuk media sebuah NGO tentu konsentrasi akan lebih fokus ke lingkungan hidup. Apakah ada Kompasianer yang juga menulis lingkungan hidup yang menarik, ada seperti Jandris Slamat Tambatua, Tutut Setiorinie, Muhammad Dahron dan masih ada berapa orang lagi. Beberapa di antarannya seperti saya duga datang dari generasi milenial.Â
Sekalipun tetap mempertahankan tujuan semula yaitu menyalin catatan-catatan dari perpustakaan nasional terutama sejarah Bandung, blog itu ibarat diary kedua yang pernah saya utarakan  dan sekali-sekali review film dan musik.
Menulis musik  yang tentunya yang penyanyinya saya suka, misalnya Yura Yunita, Andien Aisyah, Iga Mawarni, Tiara Putri Effendy. Karena di blog boleh penulis kalau suka sama penyanyi atau artis boleh subyektif, beda dengan menulis  di media jurnalistik. Menurut saya jangan takut subyektif dalam hal terkait seni.Â
Itu catatan untuk  Kompasiana di 2024 ini.  Untuk 2025 saya belum tahu, fokus di mana. Selamat Ulang Tahun ke 16 Kompasiana.Â
Â
Irvan Sjafari
Â
Catatan Kaki:
1. Beberapa contoh Tulisan Syarif Yunus terkait Taman Bacaan Lentera Pustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H