Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sahabat dan (Terpaksa) Berseteru, Beruang dan Manusia dalam Kartun dan Realita

27 September 2024   23:47 Diperbarui: 28 September 2024   02:23 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai saat ini saya masih bingung bagaimana ceritanya beruang madu bisa berkonflik dengan manusia di Indonesia, tepatnya di Sumatera dan Kalimantan sekira sepuluh tahun terakhir.  Hingga saat ini saya belum menemukan tradisi cerita tutur, dongeng dalam berbagai budaya di Indonesia.   Baca: Setelah Harimau, Gajah, Buaya Kini Beruang Madu Konflik dengan Manusia 

Perjumpaan antara manusia dengan satwa liar itu seperti dianggap tidak terlalu penting, cerita berbeda manusia dengan harimau, gajah maupun buaya, sekalipun ditempatkan sebagai antagonis dalam sejumlah cerita tutur dan dongeng, ketiga jenis satwa liar mendapatkan kehormatan dalam beberapa budaya yang berbeda.

Dalam budaya sejumlah negara Eropa beruang mendapat tempat yang cukup istimewa dan umumnya dipandang sebagai sahabat manusia.  Yang paling anyar adalah cerita kartun "Masha and The Bear" yang kerap berseliweran di sejumlah acara televisi. 

Serial televisi yang dirilis sejak 2009, sekitar 14 musim, tayang di 150 negara benar-benar pas untuk anak-anak di bawah 7 tahun, tetapi juga bisa dinikmati orang dewasa seperti saya untuk edukasi budaya.

Beruang melindungi Masha bagaikan seorang Bapak.  Dalam beberapa episode beruang itu panik ketika Masha hilang atau pakaiannya kotor hingga merelakan kain miliknya untuk dibuat pakaian.  

Itu artinya dalam budaya Rusia beruang bukanlah musuh manusia.  Cerita-cerita  dari Masha and The Bear benar-benar berdasarkan  dongeng Rusia dengan desa yang nyaman, penuh cinta.

Tidak ada tokoh anatagonis dalam serial ini. Dua serigala yang tinggal dalam ambulan rusak lebih sering jadi bulan-bulanan Masha. Kalau mau dicari beruang hitam saingan sang beruang merebut beruang betina dikalahkan Masha dalam main tenis.

Masha digambarkan kerap bergaun tradisional Rusia, tinggal di kabin milik penjaga gerbang-tidak jelas siapa orangtuanya yang berbatasan dengan hutan.

Nyaris tidak ada adegan kekerasan, bertolak belakang  dengan "Tom and Jerry", hampir setiap episode baku hantam, membully antara kucing, tikus dan anjing bulldog, walau dikemas dengan lucu-lucu.  Dari segi mengajarkan cinta kasih, jelas "Masha and The Bear" jauh lebih baik, walau ada penulis menyebutnya sebagai propaganda Rusia.  Baca: Masha and The Bear 

Namun dalam tulisan ini, saya menggarisbawahi  beruang adalah sahabat anak-anak dalam masyarakat Rusia. Dalam sebuah artikel disebutkan  bagi  orang Slavia pagan, beruang menjadi  hewan totem.

Bahkan dalam artikel itu disebutkan selama masa abad pertengahan beruang jinak dilatih menari, melakukan trik sederhana bahkan untuk mengemis.   Baca Russian Bear Become symbol    

Lalu saya beralih ke budaya yang lain, novel yang diangkat ke layar lebar kesayangan saya karya sastrawan Inggris Rudyard Kippling, berjudul " The Junggle Book" (1894). 

Dalam novel itu Baloo (beruang) dan Bagheera (Macan Kumbang) adalah sahabat Mowgli, anak yang dipelihara serigala.   Tokoh anatagonisnya seekor harimau  bernama Shere Khan yang membenci manusia dengan setting rimba di India.

Beruang digambarkan hewan yang jenaka yang bermain-main dengan Mowgli, bukan musuh manusia. Kalau dianggap mewakili hibrida Inggris-India, maka citra beruang positif dan harimau negatif yang menjadi seteru manusia. 

Beruang dan Manusia di Amerika

Saya juga teringat dengan suku Indian Amerika Utara di mana beruang mendapatkan tempat terhormat. Bagi sejumlah suku Indian Amerika, beruang  adalah  kekuatan, kekuasaan, dan kebijaksanaan.  

Sekalipun orang Indian juga berburu beruang  untuk  memakai kulitnya untuk keperluan ritual, namun bukan memusuhinya. Orang Indian lebih banyak daging  bison, sesuai kebutuhannya.   Baca: Bear Symbolism in Native American Culture.  

Bagi masyarakat Amerika citra beruang dalam kartun juga digambarkan ramah bersahabat seperti "Yogi Bear Show"  (rilis 1961)  yang mengambil setting di sebuah taman nasional fiksi, tetapi dipastikan gambaran bagaimana beruang diperlakukan aslinya di taman suaka alam negeri itu. Beruang dan ranger (manusia) adalah sahabat menanamkan nilai konservasi.

Citra positif beruang  lainnya adalah kartun Amerika  ialah "Winnie  The Pooh" (aslinya rilis 1926) bahkan pernah  menjadi simbol persahabatan dunia oleh Perserikat Bangsa-banga pada 1997. Dalam kartun itu Winnie bersahabat dengan berbagai hewan seperti Kanguru, kelinci, macan bahkan manusia yang diwakili oleh Robin.

Beruang mengais sampah di Colorado-Foto:https://coloradooutdoorsmag.com/2023/02/18/help-reduce-human-bear-conflict-2022-colorado-bear-conflict-report/
Beruang mengais sampah di Colorado-Foto:https://coloradooutdoorsmag.com/2023/02/18/help-reduce-human-bear-conflict-2022-colorado-bear-conflict-report/

Realitasnya hubungan manusia dengan beruang di Amerika Serikat tidak seharmonis yang ada dalam kartun.  Sebuah artikel dalam Mongabay menggambarkan kawasan Danau Tahoe di barat Nevada ke timur hingga gurunGreat Bassion adalah tempat habitat beruang hitam dan beruang grizzly hingga 1930-an.

Akibat ekspansi manusia yang menjadikan beruang sebagai predator membuat satwa malang ini kehilangan habiatnya.  Tempat rekreasi untuk bermain ski, hiking hingga resor dan perumahan jadi penyebab beruang itu harus tersingkir.  Sekalipun otoritas membuat regulasi agar satwa liar kembali ke habitatnya.

Akibat tergerusnya habitat beruang, Mongabay mengungkapkan sebanyak 382 ekor beruang tewas antara 1997 hingga 2013, mulai dari ditabrak dengan kendaraan dan konflik dengan manusia karena dianggap membahayakan.  Baca: bear and human conflict risk 

Di negeri Akang Sam ini, beruang hitam berkontribusi pada ekosistem seperti penyebar benih namun sebagai omnivora mereka memakan apa saja, termasuk peliharaan manusia, bahkan sampah. 

Masalah di beberapa tempat beruang terbiasa dan tidak mempunyai rasa takut pada manusia. Beruang hitam jadi satu-satunya spesies jenis beruang di negara bagian California, setelah beruang  jenis Grizzly dilaporkan punah pada 1924.  Baca: Human-Wildlife Conflicts: Black Bears 

Di Negara Bagian Clorado, Colorado Parks and Wildlife menerima 4.282 laporan penampakan dan konflik  manusia-beruang pada  2022. Jumlah ini meningkat 16% dibanding 2021, tetapi penurunan 1,3% dari dua tahun sebelumnya. Beruang mencari makan dengan mengaduk tempat sampah. Baca: Help reduce human-vera conflict 

Artikel lain yang saya temukan ialah konflik beruang dengan manusia di Penticton British Coloumbia (Kanada), di mana lima ekor beruang hitam, termasuk dua betina ditembak mati ketika makan sampah pada 2019. Pada tahun itu juga enam ekor beruang ditembak dalam kurun waktu tiga hari di Kelowna.

Alasannya sama beruang kehilangan rasa takut dengan manusia, hingga para pemburu mempunyai pemikiran solusi yang terbaik adalah menumpasnya agar konflik berkurang. Namun mereka yang berkecimpung di bidang ekologi tidak ada akarnya konflik beruang dengan manusia.  Baca: Problem Humans  and The Ecology of bear-human conflict 

Dalam sebuah film  televisi Amerika "The Life and Times of Grizlly Adams" era 1970-an merupakan gambaran yang memperkuat pada pandangan ahli lingkungan bahwa beruang dan manusia bisa kok hidup berdampingan dalam satu habitat. Diceritakan seorang penebang kayu yang melarikan diri karena tuduhan pembunuhan yang dilakukannya di era pertengahan 1850-an.

Adams mengadopsi seekor anak beruang yang diberi nama Ben, yang yatim piatu dan ketika besar jadi sahabat Ben.  Dia pun memperlakukan satwa liat dengan lembut dan menjadi sahabat mereka.  Dibantu orang asli Indian, Adams banyak membantu pendaki gunung sekaligus melindungi satwa liar.  

Film yang pro konservasi menempatkan bahwa beruang dan manusia bisa kok jadi teman, karena memang manusia bukan mangsa beruang yang potensial. Jadi berbeda dengan harimau, singa, serigala atau buaya.  

Hingga saat dari artikel yang saya riset konflik beruang dengan manusia di Amerika terutama lebih karena kepentingan manusia lewat komersialisasi dan pemukiman mengerus habitat beruang.  Mirip dengan kejadian di Indonesia, hanya kita belakangan baru terjadi.

 Irvan Sjafari

 

Foto:

Masha and The Bear  https://eastjourneymagz.com/2024/08/review-film-animasi-masha-and-the-bear-asal-usul-hingga-konspirasi/

Beruang di pemukiman manusia di Colorado  https://coloradooutdoorsmag.com/2023/02/18/help-reduce-human-bear-conflict-2022-colorado-bear-conflict-report/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun