Busyet! Menemukan seorang saksi mata yang hanya percaya sama aku, tetapi aku tidak mengenalinya di Perpustakaan Nasional, tempatnya belum pasti? Seperti main petak umpet.
Inspektur Polisi Satu Chichi Kemala membaca surat penugasan atasannya Komisaris Besar Nur Aisyah dengan seksama dengan alasan saksi mata ini fansnya dia, hanya percaya padanya. Tugas mendadak lagi. Nur Aisyah sudah membatalkan cutinya ke Singasari harusnya pada 4 November 2025. Â Â
Chichi juga tidak bisa menyalahkan hal itu, nah dia sendiri sebagai alumni jurusan sejarah sering ekspos soal soal bangunan dan tempat bersejarah di media sosial hingga acara televisi.
Apa sih kesaksian yang mau diungkapkan Mr X itu? Â Atasannya bilang secara tidak sengaja sewaktu berkunjung ke kawasan dari Candi Singasari dia menemukan pencurian mahkota emas yang dipercaya milik Ken Dedes. Pencurian itu terjadi hanya berapa saat sebelum tim arkeolog mau ke tempat itu atas laporan itu dan tempat itu sudah dibongkar. Presiden menanyakan kebenarannya.
Ini yang membuatnya tertarik. Soalnya Chichie sendiri pernah mendapat mimpi aneh mengenakan mahkota itu dengan pakaian kuno dengan orang-orang yang bersimpuh di kakinya.
"Seolah-olah aku Ken Dedes," ceritanya pada Nur Aisyah. Atasannya itu tertawa. "Ngawur!"
Pencurinya melibatkan seorang pengusaha besar dan pejabat yang berpengaruh di Republik ini.  Nah, Si Saksi Mata memotret Sang Pencuri  ketika sedang membongkar yang akan digali para arkeolog itu.
Masalahnya pencurinya tahu dia dipergoki hanya saja wajahnya tidak diketahui kecuali bon pinjaman perpustakaan nasional yang namanya belum sempat terisi. Dalang ini mengirim seorang pembunuh bayaran yang kemungkinan setiap hari mencarinya di perpustakaan nasional.Â
Sang saksi berkeras menyelesaikan risetnya dulu di Perpustakaan nasional, tentang apa, nah itu dia yang dia tidak kasih tahu tetapi terkait dengan sejarah Malang Raya.
"Aku harus melacak dua orang sekaligus, si Saksi dan Pembunuhnya, yang wajahnya tidak diketahui," gumam Chichi ketika memasuki ruang penyimpanan tas.
"He, Mbak Chichi, sedang meneliti atau tugas," sapa  Mia yang sudah mengenalnya.Â
Chichi berpakaian sipil.  Tentu Mia mengenalinya dari televisi atau media sosial. Dia hanya tersenyum. Bisa jadi  Si Pembunuh juga bisa mengenalinya sebagai polisi.
Si Pembunuh tentu membuat kartu anggota. Â Perpusnas ada CCTV. Dia pasti tertangkap kalau membunuh. Â Sebagai pembunuh bayaran tidak perlu pakai senjata sehingga bersih ketika masuk dari lantai ke lantai.
Klu pertama yang diberikan Si Saksi adalah Ken Dedes, De Melanger 1940. Â Surat kabar berbahasa Belanda, bagian microfilm di lantai 8. Â Jam 10.00. Â Dia terlambat lima menit.
Begitu memasuki ruang audivisual di mana ada dua microreader (alat untuk melihat microfilm), Chichi melihat salah satu di antaranya masih menyala dan satu lagi diisi oleh dua orang mahasiswi.
Satpam yang menjaga dan memberi hormat. Dia sudah mengenal Chichi ketika dia masih menjadi mahasiswa jurusan sejarah FIB UI. Â Begitu juga petugas layanan bernama Khoirun Nisa.
"Chichi!" sapanya sambil tertawa. "Kami mendapat kehormatan dikunjungi konten kreator yang produktif."
"Terima kasih. Â Ada yang mencariku? Bukankah kalian mengenali siapa pun yang datang di lantai 8 bagian audiovisual karena orangnya hanya biasanya itu-itu saja."
Nisa, demikian panggilannya terdiam sesaat.  Wajahnya menunjuk ke arah meja yang kosong, tetapi  microreadernya  masih menyala.
"Katanya dia pergi sebentar dan bilang Chichi Kemala akan datang. Sepertinya dia fansmu," ucap Nisa.
Chichi bergegas ke meja yang dimaksud. Dia terkejut  microreader itu membuka halaman  11 November 1940 memuat artikel penemuan sebuah situs di dekat Watugede, Singosari  dekat pertitraan Ken Dedes.Â
Ada inlander yang menemukan mahkota emas yang diyakini terkait Ken Dedes, tetapi kemudian hilang ketika ahli Belanda datang ke tempat itu pada 6 November 1940.
Aneh? Penemuan mahkota emas itu sudah terjadi pada masa Hindia Belanda, kemudian hilang lagi dan ditemukan berapa hari yang lalu  tak jauh dari penemuan pertama?  Bukankah pencurian itu dilakukan pada  Kamis , 6 November 2025 lalu? Hari ini, Senin 11 November 2025 persis seperti 1940.
Di dekat microreader itu Chichi membaca  kertas  Ken Dedes sudah bangkit dari moksa. Ken Dedes ada  di "Notonogoro", terbitan  November 1965. Â
Lah? Majalah apa itu? Setahu dia tidak pernah ada di Lantai 23 koleksi majalah langka? Pikir Chichi. Lalu dia menghampiri Nisa.
"Fans gue itu laki-laki atau perempuan seusia atau lebih tua?"
"Laki-laki lebih tua, gue nggak pernah lihat tampangnya  tetapi tahu banyak tentang sejarah.  Dia pake celana kombi biru berkantung banyak dan kemeja kotak-kotak biru membawa ponsel."
Chichi segera bergegas ke Lantai 23. Tetapi ketika dia naik lift, seorang pria berbadan tegap mengenakan jins dan jaket hitam melihat dia. Nalurinya mengatakan ini pembunuhnya sedang melacak.
Di Lantai 23, Chichi  disambut beberapa mahasiswa "Iptu Chichi ada di sini, minta tanda tangan dong!" seru mereka sambil foto bersama.  Chichi segera menandatangani sambil melihat seisi ruangan. Dia melihat sebuah  majalah dibuka lebar.
"Oh, itu. Ya, tadi ada seorang pria usia 40 tahunan memesan Majalah Notonogoro  dan kemudian pergi begitu saja, katanya sebentar. Dia bilang Mbak Chichi akan kemari mencari itu, jadi kita siap-siap deh!" kata seorang mahasiswi.
Chichi nyengir. Dia segera bergegas dan membaca halaman yang dibuka isinya tentang hilangnya seorang perempuan yang diyakini sebagai reinkarnasi dari Ken Dedes. Â Saksi mata bilang dia dibunuh oleh orang yang takut bangkitnya seorang Ratu Adil. Namun tidak ada mayat dan tidak ada kasus.
"Lah, majalah ini ada?" tanya Chichi pada petugas bernama Naning.
"Kami juga bingung, majalah itu, nomor buku tiba-tiba saja ada sejak berapa tahun lalu. Â Setahu kami tidak pernah ada majalah Notonogoro."
Chichi membaca isi artikel yang semuanya terkait cerita tentang ramalan Jayabaya, kecuali artikel tentang Ken Dedes kembali moksa karena kekuatan jahat.  Dia  melihat secarik kertas Ken Dedes, Roof Lantai 24.
Dia kemudian bergegas ke Roof Lantai 24, diikuti oleh tiga mahasiswa yang ingin tahu rupanya. "Wah, kalau mau content ikut dong!"
Namun ketika dia naik lift, pria tinggi tegap yang tadi dicurigai Chichi ingin masuk dalam lift. Rupanya dia pembunuh bayarannya? Lalu Chichi chat pada Nur Aisyah. Pembunuhnya membuntuti aku, minta back up.
Chichi dan tiga mahasiswa tiba di  Lantai 24.  Dia terkejut laki-laki yang dimaksud sudah menunggu  bersama dua laki-laki lain di salah satu spot.  Di sana ada seorang tentara ikut berjaga.  Begitu Chichi tiba kecuali laki-laki berbaju kotak-kotak biru dan tentara dengan mata awas berlutut.
Laki-laki itu mengeluarkan mahkota emas dari tas ransel entah bagaimana dia dapatkan dan meletakannya di kepala Chichi.
"Selamat kembali dari moksa,  Ratu kami  Ken Dedes!"  ucap mereka yang berlutut.
Pria berbadan tegap yang membuntuti keluar dan hendak menyerang dengan keris entah bagaimana lolos.
"Awas Mas!" teriak Chichi. Namun laki-laki itu justru menyerang Chichi.
Tetapi tentara itu menembak dengan peredam bunyi dan dia rubuh.
"Aku berhasil mengubah sejarah. Â Dia dari kelompok ingin mencegah kembalinya Ken Dedes," kata laki-laki itu.
"Siapa kamu?"
"Aku dari masa depan. Secara tak sengaja aku membaca artikel tentang hilangnya seorang polisi di Singosari pada 6 November 2025. Â Artikel itu di perpustakaan kami di Planet Titanium. Dalam artikel itu disebut polisi perempuan bernama Chichi Kemala menemukan mahkota emas yang dipercaya milik Ken Dedes dan diduga kawanan pencuri melakukannya. Tetapi dia hilang bersama mahkota emas."
"Aku memang harusnya ke Jawa Timur pada 6 November 2025 ke lokasi itu untuk mengunjungi pentitraan Ken Dedes. Tetapi atasanku membatalkan cutiku karena ada tugas."
"Nah, aku mencoba menggagalkan peristiwa hilangnya kamu karena meyakini Ken Dedes memang ada dalam dirimu. Lalu aku mencuri pesawat alat teleportasi Planet Titanium membawa serangkaian rekayasa sebelumnya termasuk membuat majalah itu. Tetapi peristiwa 1940 dan 1965 itu ada cuma tidak tercatat, aku yang membuatnya tercatat."
"Jadi?"
"Kau harusnya moksa pada 1940 dan 1965, tetapi digagalkan kelompok itu, karena mereka takut kepentingan mereka  akan terganggu dengan kembalinya Ken Dedes."
"Mereka ini?"
"Pengikutmu nanti, peristiwa hari ini mengubah hidupmu. Selama berapa saat tetap jadi Chichi Kemala, sampai waktunya tiba."
"Nanti bilang apa sama Nur Aisyah?"
"Bilang saja pembunuh bayaran itu kau gagalkan  dibantu tentara ini. Aku akan cerita sebelum pulang ke planet aku, planet manusia masa depan di Titanium. Dalang pencurian akan kebongkar, tentunya mereka tidak mengaku mengincar kamu."
Chichi Kemala lemas. Dia tidak tahu mendapat anugerah atau beban jadi Ken Dedes. Sebentar lagi Nur Aisyah dan anak buahnya datang. Â
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H