Ditemukan dua jenis mikroplastik yaitu fiber dan filamen, dengan fiber mendominasi (81.03%) dibandingkan filamen (18.96%). Dari kelima sampel, ditemukan total 58 partikel mikroplastik (47 fiber dan 11 filamen).
"Keberadaan mikroplastik di sumber air bersih (hulu sungai) adalah hal yang mengkhawatirkan, karena ini menunjukkan bahwa pencemaran plastik sudah mencapai daerah hulu," ujar Aqli.
Meskipun jumlahnya bervariasi antara 6-17 partikel per sampel, kehadiran mikroplastik di semua sampel menunjukkan bahwa masalah ini sudah menyebar.
Tidak ada standar baku mutu internasional untuk tingkat mikroplastik yang "aman" di perairan, sehingga sulit untuk mengatakan apakah jumlah ini "wajar" atau tidak.
Namun, mengingat bahwa ini adalah daerah hulu sungai yang seharusnya relatif bersih, keberadaan mikroplastik dalam jumlah tersebut bisa dianggap cukup mengkhawatirkan.
Perlu diingat bahwa mikroplastik dapat terakumulasi di alam dan organisme hidup, sehingga bahkan jumlah kecil pun bisa menjadi masalah jangka panjang.
Kesimpulannya, meskipun jumlah partikel mikroplastik mungkin tidak terlihat sangat tinggi, keberadaannya di semua sampel hulu Sungai Citarum menunjukkan situasi yang cukup mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian serius.
Ini bisa dianggap sebagai peringatan dini akan potensi masalah pencemaran mikroplastik yang lebih besar di masa depan jika tidak ditangani dengan baik.
Aktivis lingkungan ini mengatakan berbagai jenis sampah plastik di perairan sungai-sungai di Kota Bandung saja, seperti Cikapundung, Cikapundung Kolot, Cidurian, Cibeureum  dan sebagainya volumenya sudah sangat masif sekali.
Diperkirakan pada musim penghujan yang akan datang, seluruh sampah plastik pada setiap anak Sungai Citarum tersebut akan terseret arus dan terakumulasi di kawasan Jembatan BBS Batujajar dengan volume yang lebih tinggi dibanding pada Juni lalu.
"Hal tersebut tentu saja semakin membuktikan bahwa Sungai Citarum akan semakin tercemar oleh mikroplastik," pungkasnya.