Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1969, Isu Dekadensi Moral dan Fenomena "Sakit Asmara"

31 Agustus 2024   22:58 Diperbarui: 2 September 2024   13:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi bioskop film-film dengan tema ini merupakan fenomena sejak 1968 menguntungkan, setelah terpuruk pada masa akhir kekuasaan Sukarno. Begitu juga bagi Pemerintah Kota Bandung mendapat untung dari pajak tontonan. 

Pikiran Rakjat edisi 19 Juni 1969 mengungkapkan bahwa pemasukan pajak tontonan pada 1968 mencapai Rp14,6 juta dan nyaris tiga kali lipat target Rp5 juta.  Padahal pada 1967 pemasukan pajak tontonan hanya Rp3 juta.  Pajak tontonan menempati urutan kedua setelah pajak rumah tangga Rp80 juta pada 1968.

Film nasional belum bisa mengimbangi waktu itu, sehabis masa transisi politik. Para elite politik masih sibuk dengan penumpasan komunis, yang sudah merambah ke daerah seperti PGRS-Paraku dan muncul lagi lagi masalah Organisasi Papua Merdeka. 

Sementara di bawah kebutuhan hiburan bagaikan mendapatkan saluran setelah mendapatkan ketegangan berada dalam  masa Demokrasi Terpimpin yang sangat membatasi hal-hal yang berbau barat.

Masalah yang menimpa remaja semakin kencang ketika Pikiran Rakjat 16 Juni 1969 menuliskan berita tentang "Sakit Asmara" yang menjangkiti sebagian anak muda kota Bandung yang menjadi gosip di kalangan masyarakat.

Kepala Rumah Sakit  Immanuel Drs JE Siregar mengungkapkan seorang gadis kedapatan meninggal karena bunuh diri akibat minum obat dildrin  dengan sebab perkara asmara.

Ini menjadi soal karena rumah sakit ini merawat sepuluh pemuda karena mengkonsumsi obat tidur overdosis yang dipicu masalah cinta.  "Akibat perbuatan nekad-nekadan mereka diserang penyakit jiwa," kata JE Siregar.

Tidak diketahui apa pemicu minum obat tidur overdosis ini. Namun kemungkinan terinspirasi dari  kalangan selebrtis Barat. Pada era 1960-an sejumlah artis Hollywood bunuh diri dengan minum obat tidur, seperti Marlyn Monroe (1962), Judy Garland (1969).

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun