Situs ZME Science juga menyatakan lautan sebagai penyerap karbon kini menanggung beban  berat, karena 22 juta ton emisi harus diserap setiap hari berimbas membuat air semakin asam.Â
Hal ini membuat banyak kehidupan laut, seperti terumbu karang terancam. Jika terumbu karang mati, begitu juga ribuan spesies yang bergantung padanya. Â Kalau kiamat ini terjadi maka satu miliar manusia di seluruh dunia juga akan merasakan akibatnya.
Coral Reef Watch dari National Oceanic and Atmospheric Administration di Amerika Serikat pada April 2024 seperti dikuti dari The Guardian menyebutkan pemanasan global mengakibatkan terumbu karang terdampak pemutihan massal keempat di seluruh dunia. Â
Pemutihan global pertama kali terjadi pada 20 persen terumbu karang di lautan. Kedua terjadi dalam 2010 menyebabkan 35 persen dan ketiga dan keempat pada 2014 dan 2017 mencapai puncak pada angka 56 persen.
Dalam artikel itu disampaikan Dr Lorenzo lvarez-Filip, seorang ilmuwan karang di Universitas Otonom Nasional Meksiko bernama Dr.Lorenzo Alvarez-Filip  melakukan pengamatan serius terhadap fenomena pemutihan karang di  Puerto Morelos dekat Cancn, kawasan utara dari Sistem Terumbu Karang Mesoamerika.
Kawasan yang diamati membentang dari Meksiko hingga Honduras, Guatemala dan, di Belize dinyatakan sebagai warisan dunia. Daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami kematian karang massal.Â
Pada 2018 dan 2019 sekitar 80 juta karang diperairan Meksiko mati. Â Mengerikan. Dia memproyeksikan kematian karang di areal ini akan terus berlanjut.
Penelitian Terumbu Karang di Indonesia
Sebagai contoh betapa pentingnya terumbu karang, Yunita Vernandha dan Nirmalasari Idha Wijaya dalam tulisannya di Jurnal Perikanan Ibrahimy  2023 menuturkan di perairan Gili Labak, Madura, terumbu karang menjadi habitat bagi 300 karang, 200 jenis kan hingga spesies seperti moluska, spons, alga dan sebagainya.
Di antaranya yang khas perairan itu adalah aemon laut berbentuk bunga hingga clownfish yang beranekaragam warna, mulai merah, putih, hitam, kuning dan kombinasinya.