Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Selamatkan Terumbu Karang, Cegah "Kiamat" dari Laut

25 Agustus 2024   22:37 Diperbarui: 1 September 2024   02:02 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi terumbu karang di salah satu sudut titik selam Bhayangkari, Desa Barat Lembongan, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Selasa (24/10/2017). (Foto: KOMPAS)

Kerusakan  bahkan kematian terumbu karang memicu "kiamat" di lautan sebagai akibat perikanan yang tidak ramah lingkungan dan pemanasan global. 

Berbagai upaya dilakukan untuk melestarikan terumbu karang, dengan pertanyaan apakah bisa berpacu dengan waktu? 

Saya baru mengenal persoalan terumbu karang sebagai hal yang serius  pada awal April 2006 ketika berkunjung ke Tanjung Lesung untuk tugas meliput dari sebuah majalah komunitas.   Baca:   Ma Petitie Histoire 10: Catatan Perjalanan di Tanjung Lesung 2-3 April 2006 

Seorang petugas resort bernama Haryanto dalam obrolan saya menyinggung tentang akibat penangkapan ikan dengan bom yang menyebab matinya terumbu karang.  

Banyak nelayan tidak menyadari penggunaan bom memang menguntungkan dalam waktu singkat, tetapi merugikan pada masa depan. Itu sebabnya hotel itu juga menggelar atraksi penanaman terumbu karang untuk wisatawan.  

"Terumbu karang adalah soal keberlanjutan keanekaragaman hayati di lautan yang akhirnya juga berdampak pada manusia," kata karyawan itu.

Sayangnya baru pada dekade ini isu itu menguat, karena makin banyak yang menyadari dampak besar kematian terumbu karang. Penyebab bukan hanya di lautan, tetapi justru dari daratan: emisi karbon yang memicu pemanasan global.

Sejumlah ilmuwan memprediksi jika manusia tidak bergerak cepat mengendalikan pemanasan global, maka dalam beberapa dekade sebanyak 70 hingga 90 persen terumbu karang mati.

Jurnalis lingkungan New York Times Raymond Zhong dan Mira Ronasakul dalam laporannya pada 23 Agustus 2024 yang dikutip oleh ZME Science pada hari yang sama mengungkapkan jumlahnya bisa mencapai 99 persen kalau ditambah terumbu karang sehat hingga karangnya memutih dan mati.  ZME Science  

"Kalau itu terjadi, maka akhir kehidupan laut adalah kuburan," tulis Raymond Zhing dan Mira Rojanaskul.

Situs ZME Science juga menyatakan lautan sebagai penyerap karbon kini menanggung beban  berat, karena 22 juta ton emisi harus diserap setiap hari berimbas membuat air semakin asam. 

Hal ini membuat banyak kehidupan laut, seperti terumbu karang terancam. Jika terumbu karang mati, begitu juga ribuan spesies yang bergantung padanya.  Kalau kiamat ini terjadi maka satu miliar manusia di seluruh dunia juga akan merasakan akibatnya.

Coral Reef Watch dari National Oceanic and Atmospheric Administration di Amerika Serikat pada April 2024 seperti dikuti dari The Guardian  menyebutkan pemanasan global mengakibatkan terumbu karang terdampak pemutihan massal keempat di seluruh dunia.  

Pemutihan global pertama kali terjadi pada 20 persen terumbu karang di lautan. Kedua terjadi dalam 2010 menyebabkan 35 persen dan ketiga dan keempat pada 2014 dan 2017 mencapai puncak pada angka 56 persen.

Dalam artikel itu disampaikan Dr Lorenzo lvarez-Filip, seorang ilmuwan karang di Universitas Otonom Nasional Meksiko bernama Dr.Lorenzo Alvarez-Filip  melakukan pengamatan serius terhadap fenomena pemutihan karang di  Puerto Morelos dekat Cancn, kawasan utara dari Sistem Terumbu Karang Mesoamerika.

Kawasan yang diamati membentang dari Meksiko hingga Honduras, Guatemala dan, di Belize dinyatakan sebagai warisan dunia. Daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami kematian karang massal. 

Pada 2018 dan 2019 sekitar 80 juta karang diperairan Meksiko mati.  Mengerikan. Dia memproyeksikan kematian karang di areal ini akan terus berlanjut.

Penelitian Terumbu Karang di Indonesia

Transplantasi terumbu karang oleh organisasi SeaSoldier-Foto: Koleksi SeaSoldier
Transplantasi terumbu karang oleh organisasi SeaSoldier-Foto: Koleksi SeaSoldier

Sebagai contoh betapa pentingnya terumbu karang, Yunita Vernandha dan Nirmalasari Idha Wijaya dalam tulisannya di Jurnal Perikanan Ibrahimy  2023 menuturkan di perairan Gili Labak, Madura, terumbu karang menjadi habitat bagi 300 karang, 200 jenis kan hingga spesies seperti moluska, spons, alga dan sebagainya.

Di antaranya yang khas perairan itu adalah aemon laut berbentuk bunga hingga clownfish yang beranekaragam warna, mulai merah, putih, hitam, kuning dan kombinasinya.

Laporan yang cukup positif lainnya diungkapkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersadarkan monitoring yang dilakukan mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Mataram di Taman Wisata Giata Nada Kabupaten Lombok Barat pada 30 Januari 2024.

Ekspedisi ini menyampaikan variasi tutupan karang berkisar 5,11 hingga 77,93% dengan spot tertinggi di Gili Tangkong Utara pada kedalaman lima meter dan terendah di Gili Kedis dengan kedalaman sama.

Tim mahasiswa Ilmu Kelautan ini menemukan kekayaan spesies ikan karang  berkisar antara 18 hingg56 jenis dengan indivisu 117 hingga 995. Mereka mencatta bahwa kekayan terumbu karang tertinggi ada di Gili Poh Utara pada kedalaman lima hingga 12 meter.

Badan konservasi dan perlindungan satwa dunia (WWF)  mengungkapkan keberadaan terumbu karang berperan sebagai  perlindungan sejumlah spesies  mulai dari  penyu laut, ikan, kepiting, udang, ubur-ubur  hingga  burung laut.

Terumbu karang rumah berteduh, tempat bertelur, dan perlindungan dari predator. Terumbu karang juga mendukung organisme di dasar rantai makanan laut.  Kalau terumbu karang musnah, dampaknya akan berantai.  Di Indonesia menurut catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada  2018 melakukan pemantauan terhadap 1.067 lokasi.

Pengamatan menunjukkan hanya 70 lokasi terumbu karang  dalam kategori sangat baik, 245 lokasi kategori baik, dan 386 dalam kondisi buruk.  Jadi angka yang rusak sudah lebih dari sepertiga.

Kerusakan yang mengerikan juga diungkapkan Tim Peneliti Coral Bleaching dari Departemen Ilmu Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University dalam laporan pemantauan pada 29-30 Desember 2023 di area Gosong Pramuka, Kepualauan Seribu.

Pakar terumbu karang dari tim itu Beginer Subhan menuturkan setelah melakukan pengamatan terjadi pemutihan dari kelompok karang genus Acropora, Montipora dan Pachyseris.  "Separuh dari tujuh hektar luasan karang telah mengalami pemutihan," kata Beginer seperti dikutip dari Mongabay.

Perjuangan Serdadu Laut dan Komunitas Laut Biru

Berbagai pihak terutama dari kalangan komunitas dan NGO berupaya menyelamat terumbu karang.  Di antara yang paling peduli ialah SeaSoldier, organisasi nirlaba yang didirikan artis Nadine Chandrawinata dan Dinni Septianingrum. 

Menurut Dinni ketika saya hubungi sepanjang 2023-2024 SeaSoldier atau Serdadu Laut  melakukan transplantasi terumbu karang di Bali, Pulau Lemukutan, Kabupaten Mempawah dan Likupang, Sulawesi Utara dengan total hampir dua ribu bibit, mayoritas jenis acropora.

Kegiatan ini adalah salah stau dari kegiatan Seasoldier tekait pantai dan laut, yaitu membersihkan pantai dan laut dari sampah, penanaman mangrove dan tranplantasi terumbu karang.

"Kami menyadari kondisi terumbu karang di Indonesia itu banyak yang rusak, karena aktivitas manusia seperti pariwisata, perikanan, ataupun transportasi, limbah, atau sampah. Semua berujung ke laut," ujar Dinni ketika saya hubungi, 25 Agustus 2024.

Dikatakannyan  terumbu karang adalah salah satu dari tiga ekosistem laut yang sangat penting.  Terumbu karang adalah  rumah bagi ikan atau banyak biota untuk berkembang biak, sebagai penyerap karbon dan berbagai fungsi lainnya, hingga harus dipertahankan kelestariannya.

Kepedulian terhadap eksistensi terumbu karang juga dinyatakan Komunitas Laut Biru dari Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar.  Ketua Komunitas Laut Biru Putra Ardiansyah mengatakan memulai proyek  transplantasi karang pada 2022 dengan nama Taman-Teman Karang.

Pada tahun itu untuk  mempeperingati hari laut sedunia, komunitas ini mencoba melakukan dengan menggunakan beton-beton bekas yang kami pungut di pinggir jalan kota.

"Saat itu kami menurunkan 50 bibit karang di perairan Pulau Gusung Toraja, Polewali Mandar," ucap Putra ketika saya hubungi, 25 Agustus 2024.

Pada 2022 itu juga   pada lokasi yang sama  komunitas ini menurunkan  turunkan lagi dua  unit rak beton untuk percobaan, isinya raknya juga ada sekitar 50 fragmen karang.

"Kami ambil izin pengelolaan ruang laut di BPSPL untuk proyek  transplantasi karang di Pulau Gusung toraja seluas satu hektar, itu untuk perencanaan jangka panjang," papar dia.

Kalau lokasi yang Komunitas Laut Biru  berhasil melakukan perawatan dengan pertumbuhan yang bagus. Sayangnya  pada 2024, lokasi proyect kami tertutup sedimen pasir.

Kondisi ini membuat proyek yang dijaga  mereka selama dua tahun gagal.  "Ini kesalahan saya karena tidak memperkirakan lokasi pas untuk keamanan karang dari sedimen pasir di sekitar," katanya lagi.

Pada 2023 juga mengambil momentuk peringatan hari laut sedunia lagi, anak-anak muda ini melakukan transplantasi dengan 30 rak spider dengan total bibit sebanyak 500. Lokasinya berbeda, yaitu di Pantai Tebung Karang Labuang, Polewali Mandar.

"Kami lakukan kegiatan ini memang karena mempelajari karang. Kami ingin mengedukasi orang lain, lebih dari itu orang-orang banyak menganggap itu sarana eduwisata yang menarik," pungkasnya.

Namun apa yang dilakukan  Komunitas Laut Bitu adalah upaya yang baik berkontribusi merivatilasi terumbu karang.  Bahkan mereka menggunakan dana swadaya dan mempunyai keterbatasan biaya.  Namun mereka sadar yang dilakukan adalah untuk masa depan Bumi.

Irvan Sjafari

Sumber: 

Vernanda, Yunita dan Wijaya,Nrmalasari Idha, "Kelimpahan Clownfish (Amphironinae ocellaris) sebagai Bioindikator Kondisi Karang di Gili Labak, Madura dalam Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Vol. 14. No.1 (2023) 

zmescience.com  23 Agustus 2024

worldwildlife.org | dislutkan.ntbprov.go.id | greenpeace.org | mongabay.co.id | theguardian.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun