Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tiada Lagi Jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Siapkah Sekolah?

20 Juli 2024   23:04 Diperbarui: 20 Juli 2024   23:17 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang ada sejumlah sekolah yang satu tingkat misalnya kelas 10 sebanyak unit, kelas  11 punya jatah 10 unit dan kelas  12 sebanyak 10 unit.  Kalau IPA dan IPS gampang aturannya, bisa 60-40% sesuai jumlah minat atau 50-50%.  Kalau ada Jurusan Bahasa saya kira rata-rata satu kelas.

Dalam satu hari Senin hingga Jumat, bisa 4 sesi dari jam 7 hingga jam 15.00 dengan ada istirahat setiap dua jam.  Kurikulum pelajaran bisa diatur karena sudah ada rencana bakunya.

Nah, bayangkan kalau peminat pelajaran Fisika hanya peminatnya satu kelas,bahkan mungkin peminatnya tidak ada,  Biologi bisa lima kelas, Antropologi empat kelas, Ekonomi dan Kewirausahaan enam kelas.  Peminatnya kurang dari kebiasaan rata-rata sekolah dan pada mata pelajaran lain justru lebih.

Jadi guru Fisika di SMA, misalnya ya  ada tiga guru, namun ternyata cukup  satu guru untuk kelas 10 dengan enam jam pelajaran per minggu, tetapi di kelas 11 dan 12 hanya diminati satu kelas bahkan bisa jadi tidak ada sama sekali,  bagaimana guru yang lain? Ya jam mengajarnya berkurang.  

Sebaliknya Guru Antropologi yang tadi hanya satu jadi dapat tambahan jam. Bahkan kebutuhan gurunya jadi bertambah. Nah,  dengan regulasi yang berlaku bagi guru dan dosen jam mengajar berpengaruh pada tunjangan profesi guru. Jumlahnya jamnya menurut Indra Charismiadji harus 24 jam.  Kalau hanya 6 jam bagaimana?

Jangan sampai karena gurunya jadi korban sistem, tunjangannya tidak cair, sertifikasi tidak turun. Bagaimana kalau mata pelajaran yang diadakan tidak ada peminatnya?  Itu kata Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji. Baca: Dampak Penghapusan Jurusan IPA dan IPS.  

Di sisi lain mau memaksa siswa memilih mata pelajaran itu agar gurunya bisa mengajar? Nah, itu bertentangan dengan semangat Kurikulum Merdeka.  Itu persoalan pertama.

Lalu bagaimana dengan minat anak sekarang? Ada kawan yang bercanda jangan-jangan anak sekarang sukanya jadi Youtuber atau Influencer karena cepat mendatangkan uang dengan cepat. Jangan-jangan mereka milih pelajaran yang gampang-gampang saja, yang penting cepat lulus SMA? 

Jadi Youtuber dan piawai main gawai sudah terjadi sejak SMP?  Bagaimana juga kalau tidak memilih  karena mendengar kabar kalau guru mata pelajaran itu killer atau tidak menyenangkan cara mengajarnya?

Ya, itu juga salah konstruksi media yang menjadikan anak-anak sekarang jadi suka sama Youtuber dan Tiktok, podcast, mereka ramai memberitakan kesuksesan Youtuber.  Orangtua juga mudah memberikan gawai kepada anak-anak sejak SD. Apakah Kemendikbud Ristek sudha punya gambaran kasar minat anak-anak sekarang pada mata pelajaran seperti apa?

Jelas, kata Indra Charismiadji  kebijakan tanpa didukung riset lebih dahulu.  Baca:  Penghapusan Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Tidak Tahu Sejarah  dan Infrastruktur Guru Jadi Sorotan Utama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun