Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Diny Hartiningtias, Anak Jakarta yang Terpikat pada Hutan Pinus

19 Juni 2024   15:30 Diperbarui: 19 Juni 2024   18:18 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diny Hartiningtias - Foto: Dokumentasi Pribadi Diny Hartiningtias 

Berkat ayahnya yang sering menanam pohon, Diny Hartiningtias  jatuh hati pada dunia lingkungan hidup. Ketika itu dia masih duduk di bangku SDN 05 Bendungan Hilir, Jakarta Selatan, Sang Ayah gemar berkebun.  Diny kecil suka bermain di kebun dan mengajak teman-temannya berkemah di halaman rumah.

Tidak mengherankan Program and Fund Raiser Manager Belantara Foundation ini merasa bekerja sesuai panggilan hatinya.   Peraih Magister Ilmu Kehutanan ini  dari Northern Arizona University ini sudah mengikuti kegiatan pencinta alam sejak duduk di bangku SMAN 28.

"Saya pertama kali tertarik dengan hutan pinus yakni saat melanjutkan pendidikan master. Kampus saya berada di sekitar hutan pinus jenis Panderosa," kata alumni Jurusan Biologi FMIPA UI ini ketika saya wawancarai melalui Whatsapp, 19 Juni 2024.

Diny memperkuat bukti bahwa semakin banyak generasi muda Indonesia pada lingkungan hidup.  Berikut petikan wawancaranya.  

Bagaimana ceritanya jatuh hati pada dunia lingkungan hidup? 

Sepertinya pertama kali saya suka dunia lingkungan hidup itu saat saya masih usia sekolah dasar. Pada saat itu, saya sering bermain di halaman rumah yang banyak pohonnya. Bapak saya suka berkebun, saya sejak kecil sering melihat Bapak merawat pepohonan. Kadang pula, Bapak mengajak saya dan teman-teman saya untuk berkemah di halaman rumah. Mungkin itu pertama kali tumbuh rasa suka dengan alam dan dunia lingkungan hidup.

Selanjutnya saat saya SMA, saya mulai mengeksplorasi informasi dan pengalaman di lapangan melalui ekstrakulikuler pecinta alam. Di situlah saya kemudian belajar memerhatikan alam lebih dalam dan melihat berbagai bentuk ekosistem.

Kalau aku searching di Google,  Diny ini berminat pada hutan? Khususnya pinus? Bagaimana ceritanya pengalaman Diny sampai mencintai hutan, lalu bagaimana pinus bisa memikat hati Diny?

 

Iya, saya sangat menyenangi topik-topik terkait dengan hutan. Saat saya berkuliah biologi, saya semakin banyak mendapat pengalaman belajar lebih lanjut tentang hutan.

Hutan sangat kompleks. Dari mulai pohon-pohon penyusunnya, hewan-hewan yang ada di dalamnya, faktor-faktor lingkungan seperti iklim, suhu, kelembaban, ketinggian, dan lain-lain bisa mempengaruhi kehidupan di hutan itu sendiri. Apalagi di Indonesia banyak sekali beragam jenis hutan.

Jenis hutan yang paling saya suka sebenarnya hutan hujan tropis. Hutan ini adalah hutan yang paling kaya, yang isinya paling beragam. Hutannya hangat, basah, lembab, rindang, hijau, dan semarak.

Khususnya pohon pinus? 

Namun, saya pertama kali tertarik dengan hutan pinus yakni saat melanjutkan pendidikan master. Kampus saya berada di sekitar hutan pinus jenis Panderosa. Pinus panderosa kulit kayunya berwarna jingga dan juga wangi seperti wangi vanila. Kemudian saya diberitahu oleh dosen pembimbing saya, yang banyak melakukan penelitian pinus di berbagai lokasi di dunia, bahwa di Indonesia ada jenis pinus yang unik namanya Pinus merkusii.

Saya tentunya pernah melihat pohon pinus merkusii karena memang cukup umum ditemukan di berbagai tempat di Jawa Barat. Yang saya baru tahu adalah ternyata pinus ini merupakan satu-satunya jenis pinus yang ada di bagian selatan bumi (southern hemisphere). Dari situlah saya mulai mempelajari lebih jauh tentang pinus di Indonesia.

Kebakaran hutan pinus menurut riset Diny di Indonesia seberapa parah?  Dibandingkan dengan Kanada tahun kemarin belum seberapa? Di mana saja di Indonesia yang rawan? Kalau di Indonesia penyebabnya apa?

Di berbagai hutan pinus di dunia, kebakaran menjadi salah satu bagian dari dinamika ekosistem hutan pinus. Ada beberapa jenis pinus yang bahkan membutuhkan api untuk dapat memencarkan bijinya. Beberapa jenis lain, memiliki kulit kayu yang tebal dan tahan dari api. Jadi, banyak jenis pinus yang sudah beradaptasi dengan kebakaran.

Dalam penelitian yang saya lakukan tentang pinus di Indonesia, saya ingin melihat bagaimana dampak kebakaran pada hutan pinus tersebut. Sepertinya memang di Indonesia, kebakaran di hutan pinus juga ada tetapi umumnya kebakaran kecil yang membakar tumbuhan tingkat bawah atau semak-semak. Meski terkena kebakaran, hutan pinus mampu bertahan dan beradaptasi dengan kulit kayunya yang tebal.

Kebakaran pinus di Indonesia tidak sebesar kebakaran hutan pinus di Kanada atau amerika bagian utara. Banyak hutan pinus di Kanada berupa hutan boreal dan api/kebakaran adalah bagian dari ekosistemnya. Api kebakaran membantu membuat lanskap hutan boreal, membantu regenerasi, dan mempertahankan bentuk ekosistem.

Namun, karena saat ini dampak perubahan iklim telah membuat musim kering sangat kering, api kebakaran rutin yang biasanya dalam intensitas kecil, saat ini berubah menjadi kebakaran besar akibat kemarau yang sangat panjang. Itulah mengapa kebakaran di Kanada belakangan ini terjadi secara masif.

Di Indonesia, kebakaran hutan pinus biasanya terjadi dalam intensitas relatif kecil. Biasanya terjadi di hutan yang dekat dengan kebun masyarakat. Penyebabnya bisa terjadi karena kondisi sangat kering, api yang menyebar dari bakaran sampah atau rokok, dan lain-lain.

Kawasan hutan pinus di Indonesia yang sudah dikunjungi Diny? Apa yang paling menarik dan mengapa? 

Saya pernah ke hutan pinus di Tapanuli Utara dan Kerinci, juga beberapa hutan pinus di Jawa Barat. Hutan pinus yang paling mengesankan menurut saya pinus di Kerinci. Di sana, pohon-pohon pinus yang sangat besar tumbuh bersama dengan berbagai tumbuhan tropis.

Pohon pinus juga banyak ditanam di Sulawesi dan Jawa sebagai hutan tanaman, sumber kayu untuk furnitur dan getahnya juga bisa dimanfaatkan.  Di Sentul atau di Mangunan, Jogjakarta, hutan kayu kini menjadi tempat wisata yang bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Pernah melakukan penelitian apa saja untuk hutan, yang saya cari di Google pernah ke Taman Bukit Barisan Selatan? Apa kesimpulannya terhadap penelitian itu?

Iya, saya pernah melakukan penelitian di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Di sana hutannya hutan tropis dataran rendah. TNBBS sangat menarik karena ada stasiun riset yang sudah mendata iklim dan biodiversitas beberapa dekade terakhir.

Di sana saya meneliti tentang pohon-pohon meranti (Dipterocarpaceae) dan hubungannya dengan faktor iklim. Ada sekitar 11 jenis dipterocarpacea di sana.

Kalau di Kalimantan, pada masa-masa tertentu pohon-pohon meranti ini memiliki pola perbungaan yang sinkron. Di sana, ada masa musim berbunga massal, hampir semua pohon dipterocarpaceae berbunga dalam satu waktu sehingga lantai hutan bisa dipenuhi oleh bunga-bunga tersebut. Biasanya itu terjadi 4-5 tahun sekali setelah musim kemarau panjang.

Namun kalau di TNBBS, pola perbungaan agak berbeda dengan yang di Kalimantan. Di TNBBS, hutannya terdiri dari pohon-pohon dipterocarpaceae yang berbunga lebih sering. Jadi, tidak ada musim berbunga massal seperti di Kalimantan. Regenerasi pohon dipterocarpus juga masih terjaga, banyak anakan-anakan pohon yang siap tumbuh sebagai penerus hutan tersebut.

Buat saya, pengalaman melakukan penelitian di TNBBS adalah pengalaman paling berharga. Di sanalah saya dilatih untuk mengamati pohon dan belajar tentang hubungan antara tumbuhan dengan faktor-faktor iklim lainnya. Di sana habitat masih terjaga dengan baik, banyak hewan-hewan endemik yang hidup seperti harimau sumatra, gajah sumatra, beruang, siamang, burung kuau, rangkong, dan lain-lain.

Sudah pernah ke Kawasan Bandung Utara dan Bandung Barat Lembang yang masih cukup banyak hutan pinus? Bagaimana komentar Diny soal hutan pinus di daerah ini khususnya Tahura yang tampaknya relatif terpelihara baik, apakah memang untuk konservasi pinus seperti ini?

Pernah.  Setahu saya, hutan pinus di Kawasan Bandung Utara dan Bandung Barat Lembang dulu ditanam dan dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda lalu kemudian dikelola oleh Perhutani. Belanda banyak mengembangkan hutan pinus di berbagai lokasi di Indonesia.

Menurut saya bagus sekali pada saat itu ada inisiatif pengembangan daerah hijau yang bahkan seratus tahun kemudian kita masih bisa mendapatkan manfaatnya dari situ. Sekarang ini kan wilayah tersebut menjadi tempat wisata juga, yang bisa memberikan manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial setidaknya bagi warga di sekitarnya.

Hal ini bisa jadi contoh untuk pengembangan kota. Bahwa hijaunya Bandung itu karena pernah ada penanaman pohon secara masif dan kini kita sangat menikmati manfaatnya. Kalau kita melakukan penanaman sekarang, pohon itu mungkin bisa bertahan hingga seratus tahun dan selama itulah orang mendapatkan manfaatnya.

Selama di Belantara pengalaman apa yang paling menarik? 

Selama di Belantara, pengalaman paling menarik adalah bekerja dengan berbagai sektor. Tujuan-tujuan konservasi alam tidak bisa dikerjakan sendiri, tetapi perlu kerja sama dengan berbagai sektor. Bekerja antar sektor ini bukan hal yang mudah. Masing-masing memiliki sudut pandang dan tujuan yang berbeda-beda. Buat saya ini pengalaman paling berharga di Belantara.

Ke depan Diny punya ekspetasi apa nih di bidang lingkungan dan mau melakukan apa nih demi ikut berkontribusi "menyelamatkan" Bumi?

Saya berharap bisa terus berkontribusi melalui bekerja di bidang konservasi alam ini. Saya pikir generasi muda saat ini jauh lebih peduli terhadap lingkungan dan kita punya harapan untuk bisa terus berusaha. Apalagi sekarang dampak perubahan iklim sekalian terasa, kita perlu lebih banyak orang-orang yang mau berusaha mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada. Bukan hal yang mudah, tapi kita masih punya harapan bila bisa bekerja bersama-sama.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun