Memang selalu ada celah menciptakan lapangan kerja di Jakarta asalkan jeli. Â Mukroni, Ketua Koperasi Warung Tegal Nusantara (Kowantara) mengatakan untuk lapangan kuliner selalu ada peluang.Â
Bagaimana pun juga orang di Jakarta butuh makan sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan kuliner warung tegal cocok untuk bagi mereka yang punya penghasilan pas-pasan. Apalagi penduduk terus bertambah.
Saat ini ungkapnya, warteg di Jakarta berjumlah sekira 25 ribu. Masih ditambah untuk sebaran di Jabodetabek kurang lebih pada kisaran 50 ribu.
"Yang menjadi Kowantara berdasarkan data berada pada kisaran 10.000 warteg  perkembangan semakin maju dengan berdirinya warteg-warteg  bercorak modern," ujar Mukroni melalui Whatsapp, 12 April 2024.
Jakarta akan terus menjadi magnet bagi  perantau. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta memproyeksikan sekira  15.000-20.000 pendatang baru di Jakarta usai Lebaran 2024.
Meskipun demikian angka ini sudah turun dibandingkan  2023 dan 2022, yang masing-masing sebesar 25.918 orang dan 27.478 orang.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil  (Disdukcapil) DKI Jakarta menyatakan dari jumlah itu sebanyak 84,06% pendatang pasca-Lebaran 2023  paling tinggi hanya SMA.  Disdukcapil juga menyebut  62,32%  mempunyai penghasilan rendah.
"Banyak pendatang yang meminta tolong saudara atau kerabatnya di Jakarta agar bisa sekadar "menumpang" di kartu keluarga (KK)," kata Budi seperti dikutip dari BBC. Â
Menciptakan Lapangan Kerja di Desa
Jadi salah satu langkah untuk merem urbanisasi ada di hulu, yaitu menciptakan pekerjaan di perdesaan.  Sudah ada upaya itu. Tetapi tidak cukup untuk menghentikan arus urbanisasi.  Namun yang saya dapatkan  upaya itu justru dilakukan grassroot bukan pemerintah daerah.
Sugeng Handoko, seorang pemuda di Desa Nglanggeran, Kabupatan Gunung Kidul mampu kok membuat desanya menjadi  desa wisata pada 2007.Â