Bang Ali menyatakan  akan mengembalikan orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan rumah kepada gubernur daerah masing-masing.
Berhasilkah kebijakan Bang Ali, sejarah membuktikan tidak berhasil. Bahkan berbagai ungkapan bahwa sekejam-kejamnya Ibu Tiri lebih kejam Ibu Kota, Siapa Suruh datang Jakarta bagaikan masuk dari telinga kiri keluar telinga kanan.
Sampai kapan pun tidak akan pernah berhasil karena Jakarta menawarkan daya tarik bagi warga desa untuk datang mengadu nasib. Â Cerita keberhasilan orang-orang daerah di Ibu Kota lebih mempengaruhi daripada kisah ketidakberhasilan.
Pada 1970-an film tentang keberhasilan orang desa sukses di Ibu Kota bahkan sudah dibenamkan di benak anak-anak lewat film Chicha (1976), Diana (1977), hingga film untuk orang dewasa Oma Irama Penasaran (1976). Â Bagaimana tidak gagal? Kalau dalam film yang penontonnya banyak sudah dikatakan: kalau mau jadi penyanyi sukses ya di Jakarta.
Pada kenyataan, Iya. Â "Tidak ada yang bisa dikerjakan di kampung, selain bertani," cerita Yusuf tukang Warung Rokok asal Garut, dekat rumah saya di kawasan Depok, perbatasan Jakarta beberapa waktu lalu.
Sudah itu tanah untuk pertanian terus berkurang. Puslitbang Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) pernah melakukan penelitian tentang penyusutan lahan di Jawa Barat yang dirilis pada Desember 2020.
Penelitian itu mengungkapkan luas sawah di Jabar pada 2014 sebesar 936.529 hektar telah menyusut menjadi 898.711 hektar pada 2018.
Jadi kalau dikatakan pendatang  nekat ke Jakarta tanpa relasi dan modal tidak bisa disalahkan, karena  justru mereka yang butuh pekerjaan.
Pekerjaan informal menjanjikan bagi warga yang meninggalkan kampung halamannya karena tidak terserap lapangan kerja di sana.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan pada 2020 jumlah pekerja sektor informal mencapai 1.780.827 meningkat menjadi 1.812.709 pada 2021, sempat turun ke 1.797.797 pada 2022 (kemungkinan karena pandemi Covid-19).