Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dokumentasi Pribadi: Review Sang Pencerah dan Fakta Sejarah Muhammadiyah

8 April 2024   23:09 Diperbarui: 8 April 2024   23:11 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Pencerah menggambarkan sebagian besar kehidupan Achmad Dahlan 1868-1912 (berdirinya Muhammadyah), namun tidak sampai meninggalnya pada 1923.  Hanung menurut saya menggambarkan Muhammadyah sebagai organisasi yang punya kepedulian sosial pada murid-muridnya.

Mulanya hanya anak-anak miskin di sekitar alun-alun yang tidak dapat kesempatan sekolah dirangkul, tetapi akhirnya murid Kweek School yang berlatar belakang priyayi juga tertarik ikut bergabung.

Sejarah Muhammadyah: Gerakan Menengah Muslim

Fakta sejarahnya Muhammadyah banyak mendapat pengikut dari kalangan  menengah muslim, di antaranya para pengrajin perak seperti diutarakan Mitsio Nakamura dalam bukunya "Bulan Sabit dari Pohon Beringin".

Dalam salah satu scene Dahlan menekankan ayat-ayat mengenai perlunya menyantuni anak yatim. Muahmmadyah berkembang mirip organisasi zending Kristen mempunyai sekolah dari TK-D awalnya masa kolonial. Kemudian pada perkembangannya Muhammadyah sampai mendirikan dan menjalankan perguruan tinggi sesudah kemerdekaan.

Bahkan masa kolonial pun Muhammadyah punya poliklinik. Saya ingat pernah menyinggungnya bahwa di Kota Malang masa kolonial sudah ada poliklinik Muhammadyah.  Di Malang, Muhammadyah juga didukung  oleh para pedagang kecil. 

Nakamura mengungkapkan kekukuhan Muhammadyah terhadap kembali ke syariat Islam seperti yang diajarkan Muhammad berhadapan dengan aktivis PKI pada 1924 di Yogyakarta dan nyaris bentrok fisik.  Muhammadyah itu seperti melakukan Re-Islamisasi Jawa. Di Sumatera Barat, Hamka mengembangkan Muhammadyah sebagai gerakan pembaharuan Islam.

Yang menarik keturunan Achmad Dahlan tidak menonjol menurut sepengetahuan saya. Ketua Muhammadyah dipilih bukan berdasarkan darah biru tetapi dengan kapabilitas  dan integritas.  Itu sebabnya Muhammadyah bisa dipimpin oleh Amien Rais, Syafii Maarif, Dien Syamsudin yang bukan ulama, tetapi intelektual.  Pergantian Ketua Muhammadyah lebih mirip seperti mengganti rektor.

Irvan Sjafari  (diedit dari naskah diary 13 September 2024)

Foto: https://www.viu.com/ott/id/articles/sang-pencerah/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun