Dengan semakin sering digelarnya kejuaraan balap mobil, balap motor di Indonesia, maka regulasi olahraga ini lebih diperketat pada faktor keselamatan hingga antisipasi kecurangan di arena sirkuitÂ
Ketua Komisi Safety Ikatan Motor Indonesia (IMI) Dani Sarwono menyampaikan bahwa banyak yang harus diperbaiki dalam penyelenggaraan balap mobil di Indonesia. Â Salah satu di antaranya pihak mengusulkan untuk melakukan review untuk peraturan olahraga kendaraan bermotor mengadopsi seperti di F1.
Di antara yang direview ialah perlunya Steward yang permanen seperti dalam F1. Petugas ini semacam marshal yang mengawasi jalannya pertandingan dan mencatat pelanggaran aturan.
Dia juga menjadi salah satu pendukung keselamatan paling efektif, seperti mengibarkan bendera ketika melihat ada sesuatu di trek balapan. Â Jadi ketika seorang pembalap pernah melakukan kesalahan pada seri sebelumnya, maka Steward yang permanen punya catatan yang akan menambah sanksi atau penalti pembalap tersebut.
Pada arena balap mobil di Indonesia, Steward kerap berganti dari satu seri ke seri yang lain, sehingga dia hanya menghukum kesalahan pada seri itu.
Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa  insiden yang terjadi Kejuaraan Nasional (Kejurnas) kelas Indonesia Touring Car Race (ITCR) 1200 di Sirkuit Internasional Sentul, Bogor, Jawa Barat pada 3 Maret 2024 menjadi viral. Â
Dalam laga tersebut, sebuah insiden menimpa pembalap Toyota Gazoo Racing Indonesia (TGRI) yakni Amato Rudolph, mengalami benturan akibat mobilnya ditabrak oleh pembalap anyar Honda Racing Indonesia, M Andri Abirezky. Amato harus menunggu beberapa saat sampai kondisi lintasan benar-benar dipastikan aman. Baca: Kabar Oto. dan Gridoto.
Sementara  Andri harus menyerah dengan kondisi tak bisa melanjutkan balap akibat kerusakan parah mobilnya, dan mengharuskannya keluar lintasan kembali ke pit lane.
"Sekalipun tindakannya melanggar kode etik balap mobil IMI di mana mobil belakang bila menabrak mobil merupakan pelanggaran, dia tidak bisa dikenakan sanksi karena dia juga tidak bisa masuk finish," kata  Dani seperti dikutip dari Cakrawala.Â
Selain itu  kata Dani, pembenahan juga harus dilakukan di sirkuit Indonesia yang berbeda yang kerap mengelar arena balap mobil. Kendala aspalnya berbeda.
Kalau di luar negeri kamera sudah ada dalam mobil bukan saja di sirkuit. Sehingga ketika pembalap mengerem atau tidak, jelas akan tampak.
Persoalan lain yang harus dibenahi dari insiden 3 Maret 2024 itu ialah Sirkuit Sentul mempunyai keterbatasan kamera. Â Kalau menggunakan 2 atau 3 kamera keputusan yang dihasilkan steward murni kecelakaan.Â
Namun kemudian muncul tayangan video dari penonton yang memberikan perspektif berbeda hingga membuat framing berbeda di media sosial. Â Kalau ada kamera yang lebih banyak di sirkuit, maka Steward juga mempunyai masukan banyak. Â Bisa jadi sebuah tabrakan bukan hanya sebuah insiden, tetapi membahayakan keselamatan.
Waketum Olahraga Mobil IMI Pusat, Ananda Mikola  kepada Mobilenawes mengakui fasilitas yakni kamera di sirkuit Sentul yang terbatas. Ke depan petugas lomba, RC, termasuk Steward terus membekali diri dengan seminar olahraga balap, update regulasi FIA serta mengikuti perkembangan peraturan di balapan sekelas F1 hingga MotoGP.
"Dan, ternyata saya baru sadar, Steward di balap mobil ISSOM, banyak yang bukan dari latar belakang mantan pembalap. Ada baiknya ke depan, salah satu dari 3 Steward yang bertugas adalah Steward mantan pembalap," harap Nanda seperti dikutip dari Mobilnanews.
Catatan Sejarah
Sejarah mencatat soal keselamatan dalam kejuaraan balap mobil bukan hal main-main. Pada 12 Juni 1955  terjadi  kecelakaan di Sirkuit Le Mans, Prancis  yang menewaskan  77 orang di tempat dan puluhan luka-luka.  Kemudian jumlah korban yang meninggal  menjadi lebih dari 80 orang. Ada tiga tim yang bertanding dalam event itu, yaitu Ferrari, Jaguar, dan Mercedes-Benz.
Saksi mata mengatakan bahwa pembalap mobil dari  Mike Hawthorn (Inggris) yang mengendarai yang memenangkan perlombaan, diberi isyarat masuk ke pit Jaguar untuk mengisi bahan bakar.
Lance Macklin, di Austin-Healey, membelok keras untuk menghindari mobil hijau Inggris itu. Sementara pembalap Perancis, Pierre Levegh, yang mengejar pemimpin dengan kecepatan 125 mil per jam, tidak dapat menghindari mobil Macklin.
Mercedes peraknya meledak, menghujani percikan api ke udara, mesin depannya melesat ke kerumunan penonton bagaikan sabit menebas rumput. Â Baca: The Guardian https://www.theguardian.com/sport/1955/jun/13/motorracing
Langkah keselamatan segera menjadi isu. Â Pada 1923 ketika kejuaraan pertama digelar kecepatan hanya 100 km per jam, namun pada 1955 sudah menjadi 270 km per jam. Â Jarak antara trek dan penonton hanya sekitar 1,2 meter. Mobil-mobil tidak memiliki sabuk pengaman.
Kabinet Prancis kemudian menyimpulkan bahwa keamanan balapan harus lebih ditingkatkan dan jarak antara trek dan penonton harus diperjauh. Sementara  Mercedes-Benz menarik diri dari semua balapan pada akhir musim 1955 dan tidak kembali sampai  1987.
Swiss juga mengeluarkan larangan untuk semua balapan, imbas tragedi tersebut. Larangan ini baru dicabut pada Juni 2007. Â Baca: Liputan 6.Â
Tanah air juga mencatat sejarah buruk dalam kecelakaan di arena balap mobil pada 9 Juli 2006 di Maros, Sulawesi Selatan dalam arena Djarum Auto Black Drag Race 2006. Â Dua mobil peserta menyeruduk penonton yang berdiri di tepi jalan setelah dua mobil bersenggolan usai melintasi garis finish. Â Kejadian ini menyebabkan delapan orang tewas dan puluhan orang luka-luka. Â Baca: Antara dan Koran Tempo .Â
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H