Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Suka Jajan? Hati-Hati Terpapar PFAS Penyebab Kanker dan Osteoporosis

7 Februari 2024   23:16 Diperbarui: 7 Februari 2024   23:19 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka juga melaporkan seberapa sering mereka mengonsumsi makanan yang disiapkan di rumah, di restoran cepat saji, atau di restoran non-cepat saji, yang mana para peneliti menyimpulkan adanya kontak dengan kemasan makanan, yang sering kali mengandung PFAS.

Peserta juga memberikan sampel darah, yang diuji kadar berbagai PFASnya. Kelompok CHS diuji dua kali, sekali pada usia 20 tahun dan sekali pada usia 24 tahun; kelompok NHANES diuji satu kali, sekitar usia 19 tahun.

Pada kelompok CHS, peserta yang melaporkan konsumsi teh lebih tinggi pada kunjungan pertama memiliki tingkat PFAS yang lebih tinggi pada kunjungan berikutnya, satu porsi teh tambahan dikaitkan dengan asam perfluorohexanesulfonic (PFHxS) 24,8% lebih tinggi, perfluoroheptanesulfonic 16,17% lebih tinggi. asam (PFHpS) dan asam perfluorononanoat (PFNA) 12,6 % lebih tinggi).

Mereka yang melaporkan lebih banyak asupan daging babi pada kunjungan awal juga memiliki tingkat PFAS yang lebih tinggi pada kunjungan berikutnya (satu porsi tambahan daging babi dikaitkan dengan asam perfluorooctanoic (PFOA)) yang 13,4 % lebih tinggi).

Tim peneliti menemukan mengonsumsi makanan yang disiapkan di rumah memiliki efek sebaliknya: untuk setiap peningkatan 200 gram makanan yang disiapkan di rumah, kadar asam perfluorooctanesulfonic (PFOS) turun 0,9% pada awal dan 1,6% lebih rendah pada masa tindak lanjut.

Temuan ini penting karena tidak hanya mengungkap keberadaan PFAS tradisional, seperti PFOA dan PFOS, namun juga PFAS yang lebih baru dikembangkan, termasuk PFHxS dan PFHpS.

Hasil tersebut dikonfirmasi di kelompok NHANES. Peserta yang mengonsumsi lebih banyak teh, hot dog, dan daging olahan memiliki tingkat PFAS lebih tinggi; makan lebih banyak makanan rumahan dikaitkan dengan tingkat PFAS yang lebih rendah.

Nah, Hampson menyimpukan perubahan pola makan dapat berdampak pada tingkat PFAS dalam tubuh. Temuan ini juga menunjukkan bahwa pemantauan masyarakat terhadap produk tertentu, seperti minuman, dapat membantu mengidentifikasi dan menghilangkan sumber kontaminasi.

Namun kemasan makanan lebih banyak ditemukan dan mungkin memerlukan pendekatan yang lebih berani.

Pada  2023, Jaksa Agung California mengeluarkan surat nasihat yang mewajibkan produsen kemasan makanan dan sedotan kertas untuk mengungkapkan kadar PFAS dalam produk mereka.

Dampak PFAS Terhadap Tulang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun