Indonesia memiliki hutan hujan terluas ketiga. Â Sayangnya penggundulan hutan dan kebakaran yang diakibatkannya telah memungkinkan Indonesia menjadi salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Kebakaran yang terjadi pada 2019 merupakan kebakaran yang sangat merusak karena melepaskan 708 juta ton karbon dioksida. Jumlah ini  dua kali lipat jumlah yang dihasilkan oleh kebakaran di Amazon pada tahun itu.  Sebagian besar penyebabnya adalah pembakaran lahan gambut.
Empat  wilayah teratas di Indonesia  bertanggung jawab atas 51% dari semua kehilangan tutupan pohon antara tahun 2001 dan 2022. Riau mengalami kehilangan tutupan pohon paling banyak sebesar 4.09 juta hektar  dibandingkan dengan rata-rata sebesar 892 ribu hektar.
Padahal hutan  bukan saja berfungsi menyerap emisi karbon, tetapi habitat bagi satwa langka yang dlindungi seperti harimau, orangutan, gajah dan lain sebagainya. Bukan tidak mungkin konflik antara hewan-hewan dengan disebabkan karena berkurangnya wilayah habitat mereka.
Memang bukan hal mudah karena sawit di sisi lain adalah komoditi yang menggiurkan secara ekonomi. Namun apakah sawit juga bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat di daerah itu?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia memproduksi kelapa sawit sebanyak 45,58 juta ton pada  2022. Jumlah tersebut meningkat 1,02% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 45,12 juta ton.
Produksi kelapa sawit Indonesia menunjukkan tren meningkat. Rekor produksi terbanyak dalam satu dekade terakhir mencapai 47,12 juta ton pada  2019.
Provinsi yang paling banyak memproduksi kelapa sawit adalah Riau yang mencapai 8,97 juta ton pada tahun lalu.
Kalimantan Tengah menyusul di urutan kedua dengan produksi sebanyak 7,04 juta ton. Lalu, Sumatera Utara memproduksi kelapa sawit sebanyak 5,99 juta ton pada 2022.
Jadi bagaimana nih, gagasan pemimpin yang mendatang menyelesaikan masalah ini? Â Apakah perlu moratorium perkebunan sawit dan kemudian mencari komoditas lain untuk menjadi andalan ekonomi Indonesia yang tidak merusak lingkungan?
Irvan Sjafari