"Dana tersebut dapat dibiayai dengan mengenakan biaya pada penjualan bahan bakar fosil," kata Azevedo.
Kedua, Melarang Barang-barang yang Merusak Hutan
Kopi, daging sapi, karet, kedelai, dan minyak sawit dinilai berimbas  pada rusaknya kawasan hutan yang luas. Hasilnya melepaskan emisi karbon dalam jumlah besar dan kerap  dikonsumsi di negara-negara yang berjarak ribuan mil dari Amazon atau lembah Kongo tempat produk-produk tersebut diproduksi.
Untuk memastikan konsumen Eropa tidak mendorong permintaan lebih lanjut atas hilangnya hutan, UE telah memberlakukan peraturan ketat terhadap produk-produk berisiko tinggi.
Mulai 2024, perusahaan-perusahaan yang bekerja di titik-titik deforestasi harus menyatakan bahwa barang-barang mereka tidak merusak hutan setelah tanggal penghentian produksi pada 31 Desember 2020.
Jika negara-negara seperti Tiongkok dan Amerika Serikat juga memberlakukan pembatasan terhadap komoditas-komoditas terkait deforestasi, permintaan ekonomi mungkin akan turun tajam.
Hal ini akhirnya mengurangi dampak buruk terhadap hutan. insentif untuk menebangi hutan lebih lanjut. Sayangnya, cara ini tidak menyelesaikan masalah pencarian mata pencaharian alternatif.
Ketiga, Menerapkan Pajak Global
Perdana Menteri Barbados, Mia Mottley, merupakan pendukung kuat penerapan pajak internasional yang mengikuti prinsip "pencemar yang membayar" untuk menghasilkan pendanaan iklim.
Hal ini juga dapat mencakup pendanaan solusi berbasis alam, seperti perlindungan hutan, kata para ahli.
Dengan mengenakan pajak atas keuntungan minyak dan gas atau sistem keuangan global, Mottley berpendapat bahwa jumlah besar yang diperlukan untuk transisi energi global dan ketahanan iklim di masa depan dapat ditingkatkan.