Dewi Turgarini mengungkapkan kemungkinan Orang Sunda mengenal memasak dengan menggoreng pada abad ke 19.
Sudah ada tradisi situs Jambansari, sekitar 1872-an di Kabupaten Ciamis (terkait Bupati Ciamis ke-16. RAA Kusumadiningrat) kuliner ayam sudah ada.
Pada waktu itu bupati mewajibkan pengantin pria menyerahkan dua tunas tanaman kelapa, bahan untuk minyak goreng.
Risa Herdahita Putri dalam artikelnya bertajuk "Awal orang Nusantara Mengenal Gorengan" yang dimuat di Historia  22 Juli 2020  menyebutkan keberadaan kuliner ayam goreng  dalam Serat Centhini karya pujangga Keraton.
Sewaktu  ada Surakarta dipimpin Sunan Pakubuwono V pada 1814 ada kendurian, dengan masakan yang dibakar dengan ditusuk, dikukus, direbus hingga digoreng.
Jaka Fadli Rahman dalam bukunya Jejak Rasa Nusantara 2023 mengungkapkan setelah sekolah Keoetamaan Istri berkembang, Balai Pustaka menerbitkan buku masak karya Nyai Djamah bertajuk  Boekoe Batjaan Roepa2 Kaolahan Asoeun Maroekalih Istri(buku bacaan rupa-rupa olahan untuk dibaca istri).
Di dalam buku itu  disebutkan  ada bagaimana membuat masakan goreng berbahan daging seperti sapi, ayam hingga ikan Halaman 170).
Kalau Sakola Kautamaan Istri berdiri pada 1904, maka akan memperkuat informasi dari Dewi Turgarini bahwa kuliner ayam goreng setidaknya sudah ada pada abad ke 19.
Saya pernah mengunjungi warung makan Sunda yang sudah berusia nyaris seabad, yaitu Warung Makan Sunda Ma Eha di dalam Pasar Cihapit.
Sebuah pasar tradisional tak jauh dari Jalan Martadinata berdiri sekitar 1920.
Ketika saya  bersnatap di warung itu berapa tahun lalu, usia perempuan yang bernama lengkap Juleha itu  sudah menginjak 88 tahun, namun masih aktif menjaga warung makannya.