Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maraknya Konser Selama 2023, Bandung Jadi Kota Musik?

16 Desember 2023   18:59 Diperbarui: 16 Desember 2023   19:23 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah konser di Cimahi-Foto: Irvan Sjafari

Saya terkejut ketika riset iseng yang saya lakukan menunjukkan sejak Juli hingga Desember 2023 sekira 60 event, gigs, konser musik berlangsung di kawasan Bandung dan sekitarnya. Itu angka yang terlacak karena ada dihimpun dari berbagai sumber  yang memuat daftar konser. 

Bagaimana kalau ditambah yang tidak terpublikasi konser atau gigs yang penontonnya hanya ratusan,  mempertahankan ciri khas gigs di Bandung sebelum pandemi?

Capaian itu dua kali lipat dari  jumlah event Januari hingga Juni 2023,  yang bisa jadi  menandakan bahwa kehidupan musik sudah pulih pasca pandemi. 

Bandung Kota Musik lahir kembali. 

Jumlah itu mengingatkan  riset yang saya lakukan untuk tulisan:  Bandung Kota Musik Tanpa Deklarasi 

Dalam tulisan itu saya mencatat Januari hingga Juni 2016 event musik lebih dari 50 event. Kalau pun saya lakukan riset lanjutan jumlahnya saya prediksi sekitar 100 event, termasuk pensi SMA yang mengundang musisi kondang.

Pada tahun sebelumnya Januari hingga Desember 2015 saja jumlah yang saya data sekitar 150 acara musik. Jumlah ini menurut data yang saya dapatkan puncak dari geliat musik di Bandung karena artinya setiap bulan lebih dari 10 event.

Saya menambahkan update  untuk sementara data yang saya dapatkan jumlah event musik pada 2017 di kawasan Bandung dan sekitarnya berkisar puluhan saja, tidak mencapai 100 event.

Kesimpulan kalau dari jumlah event musik dan konser dari beragam genre Bandung telah kembali menjadi "kota musik"  pasca dua tahun pandemi.

Salah satu acara yang menarik ialah Atma Asta Reinerva yang digelar oleh SMAN 8 Bandung
di Lapangan Pussenif, Bandung pada 14 Oktober 2023.

Acara tahunan siswa putih abu-abu ini mampu menghadirkan kombinais penyanyi dan band papan atas, di antaranya  JKT 48, Yura Yunita, Nadin Amizah, Hivi!, The Changcuters, Sal Priadi, Lomba Sihir, dan Feel Koplo.

Lainnya konser West Java Festival pada 2-3 September 2023 di Lapangan Gasibu dan Stadion Siliwangi.   Hadir kombinasi penyanyi ibu kota seperti JKT 48, grub band asal Bandung Juicy Luicy, Grup Band Gigi, The Changcutters dan sebagainya.

Tetapi ada berapa catatan penting  antara dekade sebelum pandemi dan sesudahnya untuk penyanyi asal Bandung.

Pertama, penyanyi yang tadinya "bergeriliya" di level indie seperti  Yura Yunita, Nadin Amizah pada pertengahan dekade 2010-an  kian melesat pada 2022 dan 2023, laris manis memenuhi berbagai event musik mulai  gigs hingga konser besar.

Sejumlah band atau grup indie terutama dari genre folk asal kota kembang yang kiprahnya saya catat  dalam tulisan pada 26 September 2016  tidak terlacak ada di event.

Sekalipun, ada beberapa nama penyanyi Bandung yang cukup memukau pada 2023 di antaranya Tiara Putri Effendy yang berkolaborasi dengan The Groove cukup menonjol.

Seperti dikutip dari Koridor   sejak Juli 2022 band legendaris The Groove menggandeng putri dari musisi Erland Effendy ini, sebagai featuring untuk menggantikan vokalisnya Rika Roeslan.

Pada 2-4 Juni 2023, Tiara sudah tampil bersama The Groove di perhelatan bergengsi Java Jazz.

Bagi Tiara ini penampilan keempatnya di ajang itu. Cuma pada 2005, 2006 dan 2007 Tiara hanya pemain perkusi.

Di Sportify menurut akun instagramnya, alumni Fikom Unpad ini menyanpaikan di platform spority lagunya mempunyai 220 ribu pendengar di 95 negara dengan 479 ribu streaming.

Akun Instagram penyanyi kelahiran Januari 1994 ini diikuti 16,5 ribu orang.

Kedua, saya terpukau dibanding genre lain band genre undergrond dan metalhead  dari Bandung  cenderung stabil. 

Meskipun tempat mereka manggung kerap  tersembunyi, tetapi di sisi lain kiprah mereka sudah sampai go internasional.  

Pada Mei 2023 lalu saya berkesempatan bertemu  Marliana S. Yonas atau karib disapa Deana "Anabelle" di salah satu tempat manggung genre metalhead di kawasan Pasar Kosambi.

Menurut Deana  beberapa band undegroud di kota kembang ini bahkan sudah go internasional, jadi tidak hanya bermain di tataran lokal.

"Saat ini musik underground lagi on fire untuk go international melahirkan band yang setahu saya di Bandung banyak. Sudah ada contoh Burgerkill dan Jasad untuk membuat genersi muda aware ke metal. Metal bisa ya go inernational dan konsisten," paparnya kepada Koridor  

Saya bersama Deana
Saya bersama Deana "Anabbelle"-Foto: Koleksi Irvan Sjafari

Ketiga ialah media sosial semakin digaya untuk menjadi promosi menjaga eksistensi para musisi Bandung.

Tetapi itu tampaknya  berlaku untuk nama-nama yang sudah melesat,  tidak dengan ratusan band dan musisi indie yang masih kuat di era 2010-an.

Tiara Putri Effendy menggunakan Youtube dan Instagram dengan baik.  Lagu anyarnya Sama Rata dilihat lebih dari 404 ribu viewer.

Beberapa band indie Band menunjukkan tajinya, antara lain Juicy Luicy Band .  Akun instagramnya 137 ribu follower per 16 Desember 2023.

Pada September 2022, Juicy Luicy menjadi band yang pertama di Indonesia dengan 100 juta streams di platform digital Spotify. 

Juicy Luiciy  salah satu band yang tampil di West  Java Festival 2 September 2023.

Lainnya yang menonjol adalah  Angsa dan Serigala. Instagram grup musik ini mempunyai follower 6.777 (per 16 Desember 2023).   

Sementara di  aplikasi Sportify,  Angsa dan Serigala mencatat 1,1 juta streaming, 227, 3 ribu pendengar, 85,5 ribu jam di 82 negara.

Pada waktu pandemi,  band yang berdiri pada 2008 ini membuktikan tetap produktif dengan merilis lagu  bertajuk 1.000 yang ditulis Araji dan Esa Prakarsa.

Lainnya adalah Bottlesmoker, sebuah duo/group electronic music sukses membuka Januari 2023 ini dengan go internasional.

Duo/group electronik ini   tampil di India, Nepal dan Bangladesh  seperti saya tulis di Koridor  

Perjalanan tersebut merupakan angin segar bagi Bottlesmoker, setelah batal tampil di negara-negara seperti Belanda, Amerika, Singapura, hingga Taiwan selama 2020-2022  akibat imbas pandemi Covid-19.

Sejarawan dan musisi Iman Rahman Anggawiria Kusumah yang akrab disapa Kimung mengatakan pandemi Covid-19 memang berdampak kepada musisi karena sangat sulit dalam perizinan kalau buat festival besar.

Memasuki 2023, acara gigs mulai ramai dengan 3-4 pertunjukkan setiap minggu.Didukung ruang dan venue seperti kafe dan bar Vandal, Makmur Bahagia, hingga tempat khusus buat pecinta band elektronik, musik eksperimen, culture punk.

"Memang kecil venue hanya cukup 200-300, tetapi intensif," katanya.

Keempat,  kolaborasi tetap dipertahankan band-band indie di Bandung.

Sejak berapa dekade lalu hingga sekarang band-band Bandung ialah mudah berkolaborasi.

Menurut Kimung band-band di Bandung bisa menjalin kerja sama karena ekosistemnya mendukung.

Jarak dan waktu tempuh tidak terlalu jauh. Dari utara ke tengah 20 menit, begitu juga dari tengah ke selatan.

"Kita nongkrong di tempat yang sama walau genre musik berbeda. Kita terikat banyak hal. Kita bisnis sama, tataran ideologi sama, walau musik berbeda. Kita bergerak di tataran kebudayaan sama. Identitas menjadi cair dulu," tutur mantan personel band cadas Burgerkill ini.

Dengan kondisi ini musisi Bandung tidak seragam, selalu mencari kemungkinan baru, bukan kemapanan.

Hal ini berbeda dengan orang Jakarta. Kalau di sana menanyakan musisi: berapa juta yang buka spotify, berapa keping CD terjual.

Sementara kalau para musisi Bandung kalau bertanya: "Kamu sudah menghasilkan apa yang baru".

Jarak tempuh tidak terlalu jauh membuat ruang kolektif cair menerima berbagai genre sehingga bisa mendorong para musisi bisa jadi sahabat baik.

Kelima, saya tidak tahu kabar musisi Indie favorit saya dari genre balada lainnya seperti Teman Sebangku, dengan vokalisnya Sarita Rahmi yang mengesankan saya dengan lagu "Perempuan Pagi".

Riset hanya menunjukkan jejaknya hingga 2019.  Artinya Sarita dan Doly Harahap tidak ditemukan kabarnya sewaktu pandemi dan pasca pandemi. Padahal mereka punya karakter yang setidaknya untuk tingkat lokal.

Catatan saya menghimpun antara 200-300 grup musik hingga band di kota Bandung sejak 1990-an hingga sebelum pandemi memang harus diupdate.  Tetapi tampaknya jumlahnya terus bertambah.

Seharusnya Pemerintah Kota Bandung harus jeli melihat bahwa keberadaan band-band lokal ini  memberikan potensi lain untuk wisata dan untuk itu perlu kebijakan.

Namun jangankan itu, Saung Udjo yang jelas-jelas punya kontribusi pariwisata  saja masih harus berjuang keras.

Musik adalah salah satu karakter Bandung sebagai kota kreatif, yang jika dibina bukan tidak mungkin go internasional seperti K-Pop.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun