Sejak berapa dekade lalu hingga sekarang band-band Bandung ialah mudah berkolaborasi.
Menurut Kimung band-band di Bandung bisa menjalin kerja sama karena ekosistemnya mendukung.
Jarak dan waktu tempuh tidak terlalu jauh. Dari utara ke tengah 20 menit, begitu juga dari tengah ke selatan.
"Kita nongkrong di tempat yang sama walau genre musik berbeda. Kita terikat banyak hal. Kita bisnis sama, tataran ideologi sama, walau musik berbeda. Kita bergerak di tataran kebudayaan sama. Identitas menjadi cair dulu," tutur mantan personel band cadas Burgerkill ini.
Dengan kondisi ini musisi Bandung tidak seragam, selalu mencari kemungkinan baru, bukan kemapanan.
Hal ini berbeda dengan orang Jakarta. Kalau di sana menanyakan musisi: berapa juta yang buka spotify, berapa keping CD terjual.
Sementara kalau para musisi Bandung kalau bertanya: "Kamu sudah menghasilkan apa yang baru".
Jarak tempuh tidak terlalu jauh membuat ruang kolektif cair menerima berbagai genre sehingga bisa mendorong para musisi bisa jadi sahabat baik.
Kelima, saya tidak tahu kabar musisi Indie favorit saya dari genre balada lainnya seperti Teman Sebangku, dengan vokalisnya Sarita Rahmi yang mengesankan saya dengan lagu "Perempuan Pagi".
Riset hanya menunjukkan jejaknya hingga 2019. Â Artinya Sarita dan Doly Harahap tidak ditemukan kabarnya sewaktu pandemi dan pasca pandemi. Padahal mereka punya karakter yang setidaknya untuk tingkat lokal.
Catatan saya menghimpun antara 200-300 grup musik hingga band di kota Bandung sejak 1990-an hingga sebelum pandemi memang harus diupdate. Â Tetapi tampaknya jumlahnya terus bertambah.