Akibat pengaruh ALRI Divisi IV ini hanyaberapa kantor pos, rumah sakit dan sekolah dibuka karena kelompok ini menilai pendidikan penting, hingga mereka mengecualikan guru.Â
Semua kantor pemerintah lainnya tutup sementara di bank-bank dan perusahaan dagang hanya orang Eropa dan Tionghoa saja muncul. Â Baru setelah perundingan, pertengahan Oktober 1949 pemogokan berakhir setelah perundingan Belanda dengan ALRI Divisi IV.
Pemerintahan Militer Kalimantan Selatan Republik, diumumkan pada 17 Mei 1949, lebih seminggu setelah perjanjian Roem Royen, sebagai  bentuk protes terhadap pengakuan Belanda terhadap Kalimantan.
Selaku  Gubernur Tentara, Hassan Basry mengukuhkan, berintegrasinya Kalimantan dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Akhir 1948, ALRI Divisi IV melakukan pemogokan. Bahkan pasca  proklamasi 17 Mei 1949, ALRI Divisi IV  berhasil merongrong kewibawaan daerah otonom Banjar yang didalangi Belanda.
ALRI Divisi IV benar-benar  pengejawantahan pemerintahan militer yang berpihak kepada rakyat.  Pasukan ini  mendapatkan simpati rakyat dengan menperoleh  penghasilan pajak atas penjualan lateks, pasar, dan pajak pendapatan.
Selama 1945-1950 Hulusungai merupakan benteng perlawanan anti Belanda. Â Pasukan Ibnu Hajar bekas pejuang menjadi kecewa terhadap perlakuan terhadap mereka sesudah 1949. Pada akhir 1948 dan awal 1949 mereka benar-benar berhasil melumpuhkan pemerintahan di Kalimantan Selatan.
Pimpinan geriliya antara lain Hassan Basry, seorang guru agama Muslim di Ponorogo, asal Kandangan tempat dia dilahirkan sekitar 1922. Dia meninggalkan Surabaya pertengahan Oktober 1945 dengan membawa perintah dari Tentara Republik untuk mmebentuk organiasi geriliya.
November 1945 dibentuk Laskar Saifullah. Setelah terlaksana ingin kembali ke Jawa, tetapi blockade Belanda meghalangi. Dia kembali ke Kandangan, tetapi pasukan Belanda menangkap banyak anggota Laskar Saifullah dan dia membentuk organisasi kedua Banteng Indonesia untuk menggantikannya.
Para emigran dari Kalimantan di Jawa terus mengirim ekspedisi dari Jawa. Walaupun akibat blokade laut belanda menyulitkan, pada akhir 1946 sebanyak 1.500 orang kembali mencapai Kalimantan. Â
Ada tiga kelompok yang berlainan
- Pesindo, pimpinan Husin Hamsjah, Firmansyah (wakil), Damansyah
- Kelompok dipimpin Tjilik Riwut
- Ikatan Perjuangan Kalimantan bermarkas di Surakarta, Sabillillha Kalimantan diketuai Gusti H. Muis
Di Kalsel, Pesindo Kalimanyan dan Ikatan Perjuangan Kalimantan dikkordinasikan ALRI Divisi IV. ALri Divisi IV dibentuk 4 April 1946. Tujuannya menyatukan perjuangan geriliya.Â