Wajar jadi instagramable karena Rinjani kondang  dengan pesona alamnya yang memiliki puncak bernama Puncak Dewi Anjani, dan danau kawah yang bernama Segara Anak.
Membludaknya pendaki newbie memberikan dampak negatif yang paling bisa dirasakan adalah banyaknya tumpukan sampah di sepanjang jalur pendakian maupun di puncak gunung itu sendiri. Banyak pendaki yang tidak menaati peraturan yang berlaku, seperti imbauan untuk "bawa turun sampahmu!"
Pada 28 Oktober lalu Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Forum Wisata Lingkar Rinjani melaksanakan kegiatan bersih-bersih sampah pada jalur wisata pendakian Sembalun dan jalur pendakian Torean menuju kawasan Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Timur.
Kepala Balai TNGR Dedy Asriady dalam keterangan tertulisnya mengungkapkan lokasi cleanup dilakukan di sepanjang jalur pendakian Sembalun dan area kemah Plawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak. Total jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan di jalur pendakian tersebut sebanyak 130 kilogram.Â
Sedangkan di Jalur pendakian Torean total sampah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 87 kilogram dengan titik lokasi cleanup di sepanjang jalur pendakian Torean, arean camp dan Danau Segara Anak. Jenis sampah dari kegiatan cleanup ini terdiri dari sampah plastik, botol plastik, botol kaleng, botol kaca, tisu, dan sampah organik.
Pada 2016 Gunung Rinjani didaki lebih dari 90 ribu orang, jumlah ini jauh melebihi populasi penduduk Kecamatan Sembalun yang hanya 19 ribu orang. Namun sayangnya hal tersebut justru menimbulkan masalah, karena sampah yang dihasilkan dari kegiatan pedakian mencapai 13 ton dan tidak terkelola dengan baik. Â
Pada Agustus 2017 situs Kemenlhk menuturkan  telah terjadi kebakaran hutan disekitar jalur pendakian Sembalun dengan lokasi Bukit Penyesalan atas pos ekstra. Luas kebakaran diperkirakan 60 Ha. Dengan vegetasi yang terbakar yaitu rumput kering, semak, pohon cemara dan bakbakan.Â
Penyebab kebakaran diduga dari api puntung rokok pengunjung. Pengunjung tersebut sudah diamankan oleh regu pemadam dan akan diserahkan ke Polsek Sembalun untuk diproses hukum.
Belajar dari kasus ini Koordinator Perlindungan, Penanganan, dan Kebakaran Hutan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Daniel A. Rosang, di Dialog Kentongan RRI Mataram, pada 18 Juli 2023 mengatakan, peralalatan pendakian yang memadai juga menjadi hal yang penting dalam mencegah kebakaran hutan.
Dia meminta pendaki Rinjani membawa peralatan yang cukup dengan tidak mengandalkan perapian tradisional karena metode itu justru dapat membahayakan kondisi vegetasi di sekitarnya. Pasalnya pula, jangan sampai percikan api perapian kemudian menyentuh vegetasi di sekitarnya, karena di ketinggian api akan sulit dipadamkan petugas.
Para pencinta alam dan aktivis lingkungan mengingatkan agar para pendaki sebaiknya tidak membuat api unggun dan merokok untuk menghangatkan tubuh. Â Sementara memasak menggunakan kompor portable dan menjauhkan daun kering serta bahan lain yang mudah terbakar dari area memasak, termasuk daun kering, ranting, dan bahan lain yang mudah terbakar.