Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Karhutla di Rinjani, Budaya Populer dan Kerusakan Lingkungan

4 November 2023   14:54 Diperbarui: 4 November 2023   14:54 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang artis di Rinjani-Foto: https://www.suara.com/entertainment/2023/07/27/130558/

Menurut Budi salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat yang memiliki lahan garapan yang berbatasan dengan wilayah TNGR agar tak membakar sampah sembarangan di musim kemarau ini.

Budi juga menyampaikan pihaknya  memasang imbauan dalam bentuk spanduk di area yang rawan kebakaran agar masyarakat dan pengunjung bisa lebih bijak dalam beraktivitas di sekitar kawasan.

Sebagai catatan Agustus 2023 lalu terjadi sebanyak tiga kali kasus kebakaran di Rinjani, termasuk kebakaran yang skala besar dengan luas kawasan yang terbakar mencapai 205 hektare.

Pada Juni 2019, pasca dibuka jalur pendakian bagi wisatawan pada Jumat lalu, kini Bukit Propok di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani mengalami kebakaran yang melahap sejumlah pepohonan di jalur menuju Pusuk, Sembalun.

Jalur yang sama juga terbakar pada 2018 lalu. Kobaran api ketika itu melahap rerumputan serta pepohonan di atas lahan sekitar 9,7 hektar are, sehingga mengganggu pandangan wisatawan yang melakukan pendakian.  

Popularitas Mengundang Kerusakan Lingkungan?

Gunung Rinjani berada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, tepatnya di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rinjani memiliki tinggi sekitar 3.726 mdpl. Gunung Rinjani juga menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Jayawijaya di Pulau Papua dan Gunung Kerinci di Pulau Sumatera.

Namun dibandingkan dengan Jayawijaya dan Kerinci  ada kesan budaya populer melekat pada Rinjani. Setidaknya  sebuah film layar lebar yang menjadikan Rinjani sebagai latar belakangnya, yaitu Romeo+Rinjani (2015). Film ini mengingatkan pada film 5 Cm yang menjadikan Semeru sebagai latar cerita. 

Seorang artis di Rinjani-Foto: https://www.suara.com/entertainment/2023/07/27/130558/
Seorang artis di Rinjani-Foto: https://www.suara.com/entertainment/2023/07/27/130558/

Namun film ini dikritisi  mengundang banyak pendaki dadakan yang minim rasa peduli terhadap alam seperti efek demam mendaki yang terjadi di Gunung Semeru akibat adanya film 5 cm(2012). Selain itu Rinjani menjadi budaya populer dengan dengan adanya kedigayaan media sosial adalah sarana informasi utama di zaman sekarang.

Keberhasilan sejumlah artis mencapai pucak membuat  posting mereka di media sosial  membuat  pendakian Rinjani  memperkuat sebagai budaya popular.  Meskipun pada akhirnya pendaki newbie hanya mendaki dengan tujuan pamer atau untuk memenuhi rasa ingin sharing di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun