Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Karhutla di Rinjani, Budaya Populer dan Kerusakan Lingkungan

4 November 2023   14:54 Diperbarui: 4 November 2023   14:54 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Gabungan ke Rinjani Foto: Pusdalops BPBD Nusa Tenggara Baratnput

Kawasan hutan di Kaki  Gunung Rinjani  Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat terbakar.  Saat awal kebakaran pada 31 Oktober 2023  Senin luas lahan terbakar awalnya hanya mencapai 30 hektare.

Namun kemudian Kebakaran itu meluas. Penanggung Jawab Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) TNGR Lalu Santawana mengungkapkan laporan terakhir pada 3 November 2023, kebakaran sudah mencapai 130 hektare. 

Data yang dihimpun oleh Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga berita ini diturunkan belum ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.

Santawana mengatakan api yang berada pada lereng bawah yang pergerakannya ke arah perkebunan masyarakat dan jalur pendakian. Beruntung, pihaknya dapat memadamkan api dan turunnya hujan membantu.  

Menurut Santawana ada dua lokasi api besar yang membakar kawasan hutan Rinjani yang berlokasi di Abangan, Desa Sembalun Lawang.  Jenis vegetasi yang terbakar di antaranya semak, perdu, rumput dan dedaunan kering, pohon, pohon bakbakkan, cemara gunung dan saropan

"Spot api yang di lereng bagian bawah sudah bisa di padamkan. Sedangkan  spot api  yang berada pada lereng bagian atas belum bisa dipastikan karena secara visual masih tertutup kabut," ujar Santawana.

BPBD Nusa Tenggara Barat dan tim gabungan segera melakukan upaya pemadaman, pengendalian, serta pengamanan di wilayah yang terbakar, hal ini dilakukan untuk memeperkecil kemungkinan meluasnya titik api.

Dalam keterangannya BNPB menyatakan upaya pemadaman dilakukan dengan menggunakan air yang bersumber dari pemerintah Desa. Upaya Pengendalian juga dilakukan dengan cara membuat ilaran (sekat api) di sekitar lokasi kaki gunung guna memutus jalur yang kemungkinan akan di lalui jika titik api terus meluas. Upaya pengamanan juga dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari TNI dan Polri.

Hingga saat ini tidak diketahui apa pemicu kebakaran. Namun pada 28 Oktober lalu Budi Soesmardi selaku Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNGR mengatakan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) cukup rentan terjadi bencana kebakaran di musim kemarau. 

"Oleh karena itu sejumlah upaya dilakukan oleh Balai TNGR untuk mencegah kebakaran, terutama di wilayah-wilayah yang cukup rentan," kata Budi kepada wartawan.

Menurut Budi salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat yang memiliki lahan garapan yang berbatasan dengan wilayah TNGR agar tak membakar sampah sembarangan di musim kemarau ini.

Budi juga menyampaikan pihaknya  memasang imbauan dalam bentuk spanduk di area yang rawan kebakaran agar masyarakat dan pengunjung bisa lebih bijak dalam beraktivitas di sekitar kawasan.

Sebagai catatan Agustus 2023 lalu terjadi sebanyak tiga kali kasus kebakaran di Rinjani, termasuk kebakaran yang skala besar dengan luas kawasan yang terbakar mencapai 205 hektare.

Pada Juni 2019, pasca dibuka jalur pendakian bagi wisatawan pada Jumat lalu, kini Bukit Propok di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani mengalami kebakaran yang melahap sejumlah pepohonan di jalur menuju Pusuk, Sembalun.

Jalur yang sama juga terbakar pada 2018 lalu. Kobaran api ketika itu melahap rerumputan serta pepohonan di atas lahan sekitar 9,7 hektar are, sehingga mengganggu pandangan wisatawan yang melakukan pendakian.  

Popularitas Mengundang Kerusakan Lingkungan?

Gunung Rinjani berada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, tepatnya di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rinjani memiliki tinggi sekitar 3.726 mdpl. Gunung Rinjani juga menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Jayawijaya di Pulau Papua dan Gunung Kerinci di Pulau Sumatera.

Namun dibandingkan dengan Jayawijaya dan Kerinci  ada kesan budaya populer melekat pada Rinjani. Setidaknya  sebuah film layar lebar yang menjadikan Rinjani sebagai latar belakangnya, yaitu Romeo+Rinjani (2015). Film ini mengingatkan pada film 5 Cm yang menjadikan Semeru sebagai latar cerita. 

Seorang artis di Rinjani-Foto: https://www.suara.com/entertainment/2023/07/27/130558/
Seorang artis di Rinjani-Foto: https://www.suara.com/entertainment/2023/07/27/130558/

Namun film ini dikritisi  mengundang banyak pendaki dadakan yang minim rasa peduli terhadap alam seperti efek demam mendaki yang terjadi di Gunung Semeru akibat adanya film 5 cm(2012). Selain itu Rinjani menjadi budaya populer dengan dengan adanya kedigayaan media sosial adalah sarana informasi utama di zaman sekarang.

Keberhasilan sejumlah artis mencapai pucak membuat  posting mereka di media sosial  membuat  pendakian Rinjani  memperkuat sebagai budaya popular.  Meskipun pada akhirnya pendaki newbie hanya mendaki dengan tujuan pamer atau untuk memenuhi rasa ingin sharing di media sosial.

Wajar jadi instagramable karena Rinjani kondang  dengan pesona alamnya yang memiliki puncak bernama Puncak Dewi Anjani, dan danau kawah yang bernama Segara Anak.

Membludaknya pendaki newbie memberikan dampak negatif yang paling bisa dirasakan adalah banyaknya tumpukan sampah di sepanjang jalur pendakian maupun di puncak gunung itu sendiri. Banyak pendaki yang tidak menaati peraturan yang berlaku, seperti imbauan untuk "bawa turun sampahmu!"

Pada 28 Oktober lalu Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Forum Wisata Lingkar Rinjani melaksanakan kegiatan bersih-bersih sampah pada jalur wisata pendakian Sembalun dan jalur pendakian Torean menuju kawasan Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Timur.

Kepala Balai TNGR Dedy Asriady dalam keterangan tertulisnya mengungkapkan lokasi cleanup dilakukan di sepanjang jalur pendakian Sembalun dan area kemah Plawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak. Total jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan di jalur pendakian tersebut sebanyak 130 kilogram. 

Sedangkan di Jalur pendakian Torean total sampah yang berhasil dikumpulkan sebanyak 87 kilogram dengan titik lokasi cleanup di sepanjang jalur pendakian Torean, arean camp dan Danau Segara Anak. Jenis sampah dari kegiatan cleanup ini terdiri dari sampah plastik, botol plastik, botol kaleng, botol kaca, tisu, dan sampah organik.

Pada 2016 Gunung Rinjani didaki lebih dari 90 ribu orang, jumlah ini jauh melebihi populasi penduduk Kecamatan Sembalun yang hanya 19 ribu orang. Namun sayangnya hal tersebut justru menimbulkan masalah, karena sampah yang dihasilkan dari kegiatan pedakian mencapai 13 ton dan tidak terkelola dengan baik.  

Pada Agustus 2017 situs Kemenlhk menuturkan  telah terjadi kebakaran hutan disekitar jalur pendakian Sembalun dengan lokasi Bukit Penyesalan atas pos ekstra. Luas kebakaran diperkirakan 60 Ha. Dengan vegetasi yang terbakar yaitu rumput kering, semak, pohon cemara dan bakbakan. 

Penyebab kebakaran diduga dari api puntung rokok pengunjung. Pengunjung tersebut sudah diamankan oleh regu pemadam dan akan diserahkan ke Polsek Sembalun untuk diproses hukum.

Belajar dari kasus ini Koordinator Perlindungan, Penanganan, dan Kebakaran Hutan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Daniel A. Rosang, di Dialog Kentongan RRI Mataram, pada 18 Juli 2023 mengatakan, peralalatan pendakian yang memadai juga menjadi hal yang penting dalam mencegah kebakaran hutan.

Dia meminta pendaki Rinjani membawa peralatan yang cukup dengan tidak mengandalkan perapian tradisional karena metode itu justru dapat membahayakan kondisi vegetasi di sekitarnya. Pasalnya pula, jangan sampai percikan api perapian kemudian menyentuh vegetasi di sekitarnya, karena di ketinggian api akan sulit dipadamkan petugas.

Para pencinta alam dan aktivis lingkungan mengingatkan agar para pendaki sebaiknya tidak membuat api unggun dan merokok untuk menghangatkan tubuh.   Sementara memasak menggunakan kompor portable dan menjauhkan daun kering serta bahan lain yang mudah terbakar dari area memasak, termasuk daun kering, ranting, dan bahan lain yang mudah terbakar.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun