Ke depannya, Gjenge berencana beralih ke teknologi 3D. Â Nzambi berencana membantu masyarakat dengan mempromosikan daur ulang, budaya daur ulang, dan menyediakan lapangan kerja bagi generasi muda di seluruh benua Afrika.
Penyulap Sampah Plastik dari Tanah Air
Sebenarnya apa yang dilakukan Nzambi bukan hal baru. Â Seorang warga Desa Tugumulya, Kabupaten Kuningan bernama Nana Suherna melakukan hal sama. Â Dia dan kawan-kawannya membuat paving block dari sampah plastik sejak dua tahun lalu.
Mereka memanfaatkan plastik yang tidak laku terjual atau lolos sortiran. Dengan mesin rakitan, pria kelahiran 1984 ini mampu memproduksi dua ratus buah paving block dalam sehari. Â Dengan mesin itu, Nana menyulap dua kilogram sampah plastik menjadi satu paving block.
Satu buah paving ukuran besar mampu menahan beban sebesar 47.926 kilogram dan yang paling kecil 10.597 kilogram. "Berkat kerajinan paving block ini, kami mampu mengurangi sampah plastik sebanyak 4 kuintal sehari," ungkap Nana kepada Koridor.Â
Alumni pendidikan Guru SD di Universitas Pendidikan Indonesia ini bersama timnya bisa membuat jalan gang hingga lapangan sepak bola.
Bank Sampah Unit Tugu Mulya ini menghargai pavling bloknya Rp150 ribu per meter persegi. Meski pun harganya lebih mahal dari paving block dari pasir dan semen, Nana yakin produk desanya bisa bersaing.
Sampah plastic bukan saja bisa diubah jadi paving block atau bata, tetapi juga jadi mebel. Seorang anak muda dari Kota Batu, Jawa Timur bernama Jeremy Nata Pangestu adalah tukang sulap tersebut. Ketua Yayasan Polistic Collective mengatakan satu unit kursi membutuhkan 25-30 kilogram sampah plastik.
"Kami sudah melakukan tes hidrolik mampu menahan beban sampai 250 kilogram. Kami membuat sheetpress multifungsi, termasuk mebel juga untuk dinding dan ubin alternatif," ujar Jeremy kepada Koridor. Â
Hanya saja kalangan aktivis lingkungan ada yang meragukan apakah pembuatan paving block dari sampah plastic memberikan kontribusi bagi lingkungan.Â