Selain candi, perempuan yang berprofesi sebagai wirausaha ini tertarik pada tiga mata air yang masing-masing punya fungsi. Pertama, air panas yang mengandung balerang untuk menyembuhkan penyakit stroke.
Kedua, air dingin dengan khasiat bagi kehidupan baru. Serta ketiga, sumber mata air rasanya seperti air kelapa muda. "Air balerangnya seperti mendidih. Saya juga minta mata air ketiga dan benar rasanya seperti air kelapa, " imbuhnya.
Sejarawan dari Universitas Negeri Malang Dwi Cahyono menyamaikan bahwa sekali pun Songgoriti merupakan candi kecil dan sebagian sudah runtuh, tetapi candi ini adalah peninggalan sejarah yang cukup istimewa.
Letak geografisnya di lembah antara Gunung Banyak, anak Gunung Anjasmoro di utara dan Gunung Panderman, anak Gunung Kawi di selatan membuatnya dapat mengalirkan air yang mengandung balerang.
Diduga pada masa lalu Gunung Panderman pernah jadi gunung api. Suatu saat terjadi erupsi tidak menembus lubang kepundan dan ada gerakan lava menyamping dan itu munculnya di Songgoriti.
"Songgoriti adalah candi sekaligus patirtan (pemandian) yang punya dua fungsi yaitu sebagai penyucian dan sebagai penyembuh, mengobati penyakit kulit," ujar peraih magister Arkeologi UI ini kepada Koridor.Â
Candi ini bergaya Jawa Tengahan yang berakhir pada abad ke 10 atau setidaknya transisi ke era candi Jawa Timuran yang dimulai abad ke 13. Ciri khas Candi Jawa Tengahan ialah tubuhnya tambun. Pada bagian atap terdapat undakan yang terdiri atas tiga tingkatan, sedangkan puncaknya berbentuk stupa (candi Buddha), ratna atau vajra (candi Hindu).
"Di kanan kiri relungnya ada pahatan mahluk kahyangan, mirip Jawa Tengah abad ke 8 dan abad ke 9. Berdasarkan argumen ini Candi Songgoriti diperkirakan ada di masa Mpu Sindok.Sementara candi bergaya Jawa Timuran ramping dan menjulang tinggi pada bagian puncak," pungkasnya (Bagian Keempat dari Lima Tulisan).Â
Irvan Sjafari, Ciciek Kemalasari
Sebagian tulisan dari tulisan saya di media online Koridor.Â