Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali: Prahara di Nusantara (3, Bentrokan di Taman Fantasi)

2 Mei 2022   19:07 Diperbarui: 2 Mei 2022   19:14 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Irvan Sjafari

Bagus kemudian memencet sesuatu memanggil semua robot Lutung Kasarung mereka punyai. Dia pun memberitahu Letnan Robin dan Serda Reda.

Bagus mencemaskan Purbaendah dan teman-temannya masih di atas. Firasat buruknya terbukti lima menit kemudian ketika tiga puluh robot setinggi dua meter berwarna perak metalik dengan senjata paser mendarat dan mematikan roket.

Kemudian diikuti  tiga puluh manusia bertopeng dengan baju rompi yang semuanya berwarna hitam-hitam mendarat dengan parasut yang bisa ditarik masuk ke ransel otomatis.

Kegiatan Abnon berhenti. Kapten Daud meminta para tamu dan rombongan Gubernur untuk menyingkir ke belakang pasukan.

"Kejadian," kata Raya mengambil senjata high voltase dari ranselnya. Lalu dia memberikan pada Bagus dan Atep, senjata high voltase. "Aku bawakan untuk kalian. Karena sudah menduganya."

"Berhenti. Siapa kalian dan mau apa?" tanya Kapten Daud bersiaga dengan senjata peluru api walau pun sebetulnya hanya untuk seremoni dan tidak akan menduga digunakan.

"Blietzkrieg! Kami Kumpeni!," ucap salah seorang di antara yang bertopeng itu dengan bahasa Indonesia dialek Belanda.

Para robot dan tentara bertopeng itu melepaskan tembakan paser, beberapa serdadu Kapten Daud terlontar. Juga sebuah bendi terbalik terkena rodanya hingga patah. Bendi yang dinaiki Maudy Sumilar. Tetapi Maudy malah berguling mengambil senjata milik serdadu yang tergeletak di dekatnya dan langsung menembak sebuah robot bertubi-tubi hingga hancur.

"Keren, kan?" kata Nola. "Dia malah menjatuhkan korban pertama di pihak musuh."

Bagus, Atep dan Raya menembak high voltasenya dua robot terpental dengan koslet tinggi lalu meledak. Begitu juga Kapten Daud dan dua serdadu mampu menjatuhkan satu robot lagi. Para tentara lawan berlindung di balik robot-robotnya menembak dengan aman.

"Ini mah sudah serangan umum," papar Bagus. "Apa yang mereka cari di sini? Mengapa tidak bandara?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun