Trilogi Divergent yang diangkat dari novelis yang juga perempuan Veronica Roth, juga sebangun, juga berlatar belakang dunia distopia. Tokoh utamanya adalah Beatrice Prior.Â
"Divergent" (2014), "Insurgent" (2015) dan "Allegiant" (2016) menggambarkan dunai distopia yang terbagi dalam berapa faksi yang berdasarkan potensi dan karakter demi tegaknya tatanan. Sayangnya tatanan ini mempunyai sisi dehumanisasi yang dilawan oleh tokoh utama dan pendukungnya.
"The Hunger Games" dan "Divergent" sama-sama menyuarakan anti totaliter (hanya saja yang satu terselubung), tokoh jagoannya sama-sama perempuan belasan tahun.Â
Tris dan Katniss sama-sama punya cinta dengan seorang cowok lazimnya gadis remaja. Â Hal ini tidak terjadi pada Black Widow dan terjadi pada Wonder Woman, film super hero lainnya.
Beatrice adalah kombatan yang tidak diselamatkan laki-laki dan sepenuhnya mandiri menentukan sikap. Hanya saja yang dilawan Beatrice adalah sosok perempuan, yang secara secara keseluruhan menggambarkan ketidakpercayaan para perempuan ketika politik dipimpin oleh laki-laki.
"Wonder Woman" (2017) adalah film tentang  superhero perempuan yang juga  menarik. Â
Adegan pertempuran di pantai antara pasukan Jerman Perang Dunia ke I Â yang semua laki-laki melawan pasukan perempuan Amazon bersenjata panah dan tombak merupakan adegan kolosal yang spektakuler dan sejalan dengan keyakinan saya bahwa perempuan bila dididik sejak dini untuk tidak pernah merasa lemah mampu bertempur seperti laki-laki.Â
Hanya saja memang secara biologis  ada waktu perempuan jadi lemah secara fisik. Selebihnya sama saja.
Bukankah sniper perempuan remaja dalam "Full Metal Jacket" (1987) dari Stanley Kubrick, bila pegang senapan sama bahayanya dengan laki-laki? Â Dalam sebuah adegan betapa paniknya tentara Amerika ditembaki remaja perempuan itu?
Sepak terjang Diana tokoh utama Wonder Woman sebagai pahlawan super selalu menang tiap kali bertarung dengan lawan-lawannya yang semuanya lelaki.Â