Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Tengah Malam Jahanam (2)

16 Agustus 2021   07:57 Diperbarui: 16 Agustus 2021   08:08 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi mana yang lebih menakutkan berhadapan dengan hantu atau jadi hantu?"

"Nggak lucu, Kang! Aku belum mau mati!"

"Kamu menemukan serabi di meja makan? Bisa antar aku ke sana? Mungkin kita bisa dapatkan sesuatu?"

Sundari mengangguk. Dia mengajakku ke ruang makan dan di sana sudah ada ayam goreng yang masih hangat plus sambal dan sayur asam dalam tudung. 

"Seperti baru dimasak?  Juga serabi tadi? Jumlahnya hanya empat potong ayam. Bukankah seharusnya  lebih, karena keluargamu total empat orang.  Sepertinya ayam goreng ini hanya untuk kita berdua. Jumlah serabinya juga untuk kita berdua. Terlalu rapi."

"Harusnya ada makanan lain. Semalam Papa membawakan pizza, harusnya ada bungkusnya di sini karena dia meninggalkan untuk aku," sahut Sundari.

"Coba ke belakang harusnya ada sampah!"

Sundari segera menarik tanganku dan benar dugaanku, tempat sampah kosong.

"Kalau kita mati jadi hantu, tidak akan seperti ini kan? Bisa melihat sampah, bukan hanya makanan?"

Kami merasa ada yang energi besar di dekat kami, tetapi tidak terlihat. Lantai keramik terasa bergetar, karena beratnya tidak sama dengan manusia.

"Kamu merasakan hal yang sama, Kang?" bisik Sundari. "Aku ikut usulmu, kita ke Buahbatu, ke rumah saudaramu. Kita hubungi Charles. Aku yakin nggak ada taksi daring lainnya di kota Bandung ini!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun