Ranah Minang masih rusuh. Â Pada 3 Mei 1840 pasukan Belanda menyerbu sebuah kawasan Tapanuli, pesisir Barat Sumatera. Dalam pertempuran merebut sebuah benteng padri, Kapten Infantri CH. Bisschoff memperoleh tebasan sebelas kelewang dan pedang menyebabkan kematiannya sebagai harga direbutnya benteng tersebut.
Pada 7 Oktober 1839, penduduk antara Kota Nopan dan Kota Gadang di kawasan pantai Barat memberontak yang mengakibatkan tewasnya Letnan Dua Infantri  H. Steinhardt, diikuti dengan tewasnya Letkol Infantri JJ Roeps pada 28 Maret 1840 di Baros.
Perlawanan rakyat di Ranah Minang masih terjadi pada 1841 oleh Regent (semacam bupati) Batipuh, 1844-1845 Â di Pauh dekat Padang. Â Baru pada pertengahan Juni 1845 Belanda mampu memulihkan keamanan di Sumatera Barat.
Irvan Sjafari
Sumber:Â
Ginda, "Aktivitas Dakwah dan Kepahlawanan Tuanku Tambusai" dalam Jurnal Risalah, Volume 28, Nomor 1, Juni 2017
Mansoer, Drs. M. D "Sedjarah Minangkabau", Jakarta: Bhratara, 1970.
Sanusi, Ihsan, "Kolonialisme dalam Pusaran Konflik Pembaharuan Islam: Menelususri Keterlibatan dan Peran Belanda dalam Keberlangsungan Konflik yang Terjadi di Minangkabau", Majalah Ilmiah Tabuah, Â Volume 22 No. 1, Edisi Januari-Juni 2018
 Nederlandse Staatscourant,10 Juni 1825.