Mereka yang ditemukan memiliki senjata atau amunisi akan dihukum mati. Andresen meninggalkan Montrado pada  1 Juli 1854 dan pergi ke Pontianak.
Namun tidak semua kongsi tunduk. Secara bertahap Montrado dikepung oleh pemberontak. Sebagian besar kota terbakar. Pada awalnya pendudukan Belanda  tidak melakukan apa pun terhadap hal ini karena mereka berharap membawa orang Tionghoa untuk bertobat melalui kebaikan. Namun ternyata tidak, makanya Belanda mengirim lagi  detasemen untuk menyerang musuh.
Mayor De Brabant memerintahkan detasemen dengan komandan Kapten Asmus untuk melakukan serangan depan dan dia menyerang musuh dari belakang. Â Peraturan pemerintah dapat diundangkan pada 5 November 1854.
Montrado kemudian  ditaklukkan berada di bawah kendali kapten Tionghoa, yang tunduk pada administrasi Belanda, dan sebagai Asisten Residen Montrado, ditunjuk Kapten Infanteri C. Van Houten.
Orang Tionghoa  belum menyerah. Mereka mendirikan Sam Cam Fui (atau Perjanjian Tiga Jari), yang bekerja secara rahasia. Van Houten digantikan  oleh Kapten Gustave Verspyck. Asisten Residen baru ini mencoba melacak perkumpulan rahasia karena Perjanjian Tiga Jari sedang merencanakan serangan ke Montrado. Hanya ketika salah satu ketua, Eng Njiem Sin, dibujuk untuk menunjukkan Verspyck jalan ke tempat pertemuan di hutan belantara, barulah mereka bisa terlihat.
Verspyck dan tiga puluh orang melakukan perjalanan setiap malam dan berhasil menangkap 18 anggota bersenjata aliansi; Verspyck menemukan sebuah buku yang menyebutkan nama 24 kepala suku (kebanyakan pemimpin Kiu Liong-kongsi), serta peraturan dengan anggota dan stempel perjanjian. Pasukan Hndia Belanda  mengakhiri mengakhiri kerusuhan di Montrado. Namun urusan dengan kongsi belum selesai.
Perang Kongsi Ketiga: Mandor 1884-1885
Pemberontakan Mandor pada 1884 dan 1885, juga disebut Perang Kongsi Ketiga, adalah pemberontakan kongsi Tionghoa melawan pemerintah Hindia Belanda. Pemberontakan ini terakhir, tetapi paling banyak memakan korban di pihak  Belanda.
Para pemberontak menganggap diri mereka sebagai pembela terakhir dari Republik Lanfang Cina, sebuah federasi kongsi yang telah ada di daerah itu sejak akhir abad ke-18, mendukungnya melawan invasi Belanda.
Para pemberontak Tionghoa menyerang  Mandor pada 23 Oktober 1884,  mampu menewaskan Kontrolir De Rijk dengan 4 atau 5 pembantunya di dalam atau di dekat rumahnya. Pemberontakan menyebar sangat cepat karenakali ini  orang Tionghoa dibantu oleh orang Dayak sehingga muncul kelompok bersenjata yang berulang kali menyerang patroli Belanda. Ada yang didefinisikan sebagai "geng".
Pada 24 Desember 1884, sebuah patroli sedang melakukan perjalanan melalui Landak, mencari kepala suku Dayak Goenang Pa yang diduga menyembunyikan dua pemberontak Tionghoa terkemuka. Namun, di Kampung Sebadu, patroli itu tiba-tiba diserang oleh pemberontak Tionghoa dan Dayak yang menembak dari kubu pertahanan. Belanda harus mundur, meninggalkan penembak jitu Eropa bernama Van den Berg tewas.