Pada 30 Agustus 1859, Verspyck melakukan pengintaian dengan 80 orang dan sepucuk senjata, tetapi hujan lebat telah membentuk anak sungai dan sungai dan membasahi tanah; medannya begitu sulit dilalui sehingga seseorang harus kembali.
Keesokan harinya, Kapten Schiff dikirim ke pengintaian dengan 100 orang dan tiga pounder, dan, terus-menerus diganggu oleh musuh, berhasil melewati Benua Padang dan mengusir pasukan Lehman.
Serangan Terhadap  Kapal Onrust, 26 Desember 1859
Para pejuang Banjarmasin mencatatkan prestasi dalam pertempuran di atas Sungai Barito pada 26 Desember 1859. Â Menurut sumber Belanda, Letnan C. Bangert ditugaskan untuk membujuk seorang Tumenggung Surapati untuk mengekstradisi Pangeran Antasari yang sudah menyingkir di Amuntai. Belanda bekerja sama denan pemuka setempat Haji Mohamad Saib sebagai juru rundingnya,
Yang terjadi justru Surapati menyerang kapal  kapal uap Onrust tempat perudingan. Saib yang lolos melaporkan tetapi dia melakukan serangan berbahaya dengan para pengikutnya di atas kapal sehingga para perwira dan awak kapal yang tidak dapat melawan semuanya dibunuh.
Said lolos dari pembantaian,melaporkan;menurutnya, setelah mendapat sambutan yang ramah, tiba-tiba Surapati menampar Letnan Bangert dengan klewangnya (mandau). Dengan teriakan seruan, para pengikutnya melompat ke atas kapal dan menyerang semua serdadu dan awak kapal. Perahu lainnya berdatangan dalam sekejap 600 hingga 700 orang memasuki kapal.
Sebanyak lima perwira, seorang juru tulis dan 43 bawahan mereka tewas dalam pertempuran itu. Kapal Onrust sendiri akhirnya tenggelam ke dalam sungai. Lima orang Eropa sebetulnya sempat melompat ke sungai, namun juga tertangkap dan terbunuh.
Pertempuran ini merusak prestise dan reputasi militer Belanda. Di negerinya, terdapat kekecewaan besar  dan pertanyaan mengapa sikap bermusuhannya penduduk Banjarmasin begitu besar.
"Pengkhianatan Surapati  harus dituntut dengan balas dendam berdarah. Darah teman-temanmu yang terbunuh hanya bisa dicuci dengan darah para pembunuh; hukumannya harus seperti kejahatan, berat," ujar Verspiyck  dalam sebuah sumber Belanda.
Ekspedisi pembalasan itu dikirim ke Lontontor, sebuah desa antara Muara Tewe dengan Buntok pada Februari 1860.  Namun pasukan Suropati juga siap dan  memiliki kesempatan untuk mempersiapkan  perlawanan. Dia  dan anak buahnya melakukan kerja lapangan, di mana meriam dari kapal uap Onrust  dibawa ke darat oleh orang-orang Surapati untuk digunakan.