"Apa yang terjadi?"
"Kami ceritakan nanti," ajak Gumilar.
Mereka berempat kemudian memasuki ruangan. Aku dan Purbasari mengikuti.
"Sudahlah, kita punya reuni juga? Kalian ke kanan. Di situ ada yang harus kalian kenakan. Kalian harus ganti baju!"
Aku dan Purbasari melihat di depan sebuah bangunan kampus ada dua buah sepeda dan dua kaos serta dua jersey Persib lengkap dengan selempangnya. Â Di sana ada dua celana jins dan sepatu kets abad 20 dan awal abad 21.
"Bagaimana mengendarai ini?" tanya Purbasari.
"Tenang iparku. Seperti mengendarai kuda.  Hanya harus dikayuh kakinya, nanti kami ajarkan sebentar. Maaf,  aku lancang tadi harusnya kami  panggil paduka Purbasari. Kini kenakan jersey kesayangan kita dulu  Guru Minda."
Dengan agak canggung, aku dan Purbasari mengambil baju yang terbungkus plastik dan bersih. Rupanya sudah dipersiapkan, tentu saja Purbaendah tahu ukuran Purbasari.
"Wah, kawan Aa ternyata tampan tanpa bulu-bulu itu. Aku sudah duga," terdengar suara Purbaendah. "Selamat Ya adik Purbasari jadi ratu baru."
Kami menuju sebuah ruangan yang sudah disediakan dan mengenaan pakai celana jins dan kaos jersey Persib serta sepatu kets.  Lalu keluar, di  sana sudah menunggu Bagus dan Purbaendah juga dengan jersey Persib jins dan sepatu kets siap dengan sepedanya.
"Rambut adik dicat pirang. Aku juga, " katanya dengan centil.