"Lah, yang satu lagi mau diapakan?" tanya seorang tamu begitu antusias.
Purbaendah tersenyum. Dia mengeluarkan cambuknya. Tawanan itu ketakutan. Keringatnya bercucuran. Â Purbaendah menghentakan cambuknya ke arah lain membuat api menghancurkan sebuah batu.
"Kamu mau merangkak ke kakiku atau mau merasakan cambuk sakti ini?"
Laki-laki itu merangkak ke arah Purbaendah dan mencium kakinya.
"Kamu mau jadi budakku?"
Laki-laki kerempeng memeluk kakinya sambil menangis. "Mau?"
"Cukup, Aku ingin dia jadi budakku!"
"Hatur Nuhun!"
Purbaendah memberi isyarat. Tawanan laki-laki itu  diseret pengawal ke suatu tempat. Aku menyaksikan itu cukup bergidik. Gadis Purbaendah itu masih misterius. Sejauh ini dia hanya suka merisak dan mungkin pernah menyiksa musuh-musuhnya, namun belum pernah membunuh di mataku.
"Anjeun baik sekali," kata Purbararang tertawa. "Kamu mau tugaskan apa?"
"Aku belum punya tukang kuda, kan?"